Mengatasi Middle Child Syndrome dari Sisi Anak Tengah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumberi : Pixabay.com

UNAIR NEWS – Dalam keluarga, orang tua adalah orang adalah pihak yang memiliki tanggung jawab utama untuk mengatasi anak yang mengalami middle child syndrome. Orang tua adalah pihak yang menjembatani komunikasi antar anggota keluarga, membangun egaliter, dan membudayakan berbagi.

Meskipun begitu, menurut Rudi Cahyono, M.Psi., Psikolog atau yang akrab disapa Rudi anak tengah itu sendiri dapat mengatasi kondisinya. Namun juga tergantung pada usia anak tersebut.

Pada anak tengah yang telah remaja atau beranjak dewasa, mereka dapat berusaha mengelola persoalan tersebut meskipun efektivitasnya tidak bisa dijamin. Sehingga, idealnya tetap perlu komunikasi dan kerjasama dengan orang tua meski diawali dari kesadaran anak bahwa ada kesalahan dengan persepsi anak terhadap perlakuan orang tua.

“Untuk itu, agar tidak mispersepsi perlu dijalin komunikasi antara anak dan orang tua,” ucap Rudi.

Selama anak mau menginventarisir secara adil semua perlakuan orang tua baik yang dinilai negatif atau positif, maka dampak dari middle child syndrome tidak akan bertambah buruk. Komunikasi antara anggota keluarga juga perlu terjalin dengan baik agar dampak tidak menjadi lebih buruk.

Jika terjadi dampak buruk, yang paling mungkin terjadi adalah dramatisasi. Anak menjadi semakin marah, meskipun kadang dipendam dan sewaktu-waktu bisa meledak. Kemudian, anak bisa memberontak, atau malah menarik diri dari anggota keluarganya.

Untuk menjadi lebih positif dalam menjalani kehidupan, anak tengah perlu menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua. Jika ada ketidakcocokan, maka perlu disampaikan secara baik-baik.

“Sebelumnya, berawal saja dari berpikir positif atau tanpa prasangka, menganggap segala tindakan orang tua bersifat natural dan pasti tanpa niat untuk bertindak kejahatan,” terang salah satu dosen di Fakultas Psikologi UNAIR itu.

Anak juga dapat memperluas wawasan dengan mempelajari fenomena anak tengah atau fenomena middle child syndrome. Kemudian, mencoba mengamati keluarga lain dengan kondisi urutan kelahiran yang sama. Lalu anak dapat mencari hal yang positif dan sangat berharga dari keluarganya.

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).