Analisis Beban Kerja dan Burnout Syndrome pada Perawat Rawat Inap

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Burnout Syndrome. (Sumber: Nusantara Traissers)

Hasil observasi beban kerja pada perawat rawat inap rumah sakit X, diketahui bahwa rata-rata nilai beban kerja per orang yaitu 86,59 % dari waktu keseluruhan jam kerja. Hal ini berarti beban kerja perawat sudah melebihi waktu produktif. Waktu kerja produktif yang optimal adalah 80% dari total jam kerja dan 20% digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan non produktif. Beban kerja yang berlebih dapat  menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Beban Kerja juga berpengaruh signifikan terhadap  Burnout Syndrome Pada Perawat Rawat Inap.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara beban kerja terhadap burnout syndrome. Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan perawat mengalami kejenuhan dan kelelahan Hal ini akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan yang diberikan perawat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kiekkas menunjukkan hasil bahwa burnout syndrome memiliki hubungan yang signifikan dengan beban kerja perawat. Kiekkas juga menyebutkan beban kerja yang tinggi secara spesifik berpengaruh pada salah satu dimensi dari burnout syndrome yaitu physical and emotional exhaustion.

Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan perawat mengalami kelelahan atau kejenuhan yang akan menimbulkan stres kerja pada perawat yang kemudian akan berdampak pada penurunan kepuasan kerja. Stres kerja yang berlebihan pada perawat cenderung akan mengarah ada burnout syndrome. Kelelahan fisik yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan berdampak pada kelelahan psikologis.

Burnout menjadi masalah psikologis bagi perawat serta menjadi faktor penyebab unsafe actionpada perawat. Perawat yang mengalami burnout dan mempunyai lingkungan yang kurang aman dapat memberikan perawatan yang kurang efisien. Beban kerja berat yang tidak tepat berbanding lurus dengan kejadian burnout. Perawat yang bekerja di rumah sakit perlu menghadapi banyak situasi yang sulit setiap hari, pada saat yang sama, mereka adalah bagian dari masyarakat yang dipengaruhi oleh situasi ekonomi secara umum di negara. Perawat sering bekerja lebih dari satu beban kerja, dan secara konstan berada di bawah tekanan emosional, fisik dan kelelahan mental.

Pada  kenyataannya  tidak semua  perawat  mampu  menjalankan tugas  dan  fungsinya  dengan  baik, sering  kali  mereka  mengalami kelelahan mental dan emosional akibat tugasnya yang harus selalu siap memberikan pelayanan yang maksimal bagi  orang  lain.  Hal  ini, apabila tidak segera diatasi oleh pihak rumah sakit, maka  akan  menguras  stamina  dan emosi  perawat,  serta  menimbulkan tekanan  yang  mengakibatkan  perawat mengalami  burnout  atau  kejenuhan kerja.

Telah ditemukan sejak lama, bahwa perawat memiliki resiko tinggi mengalami burnout. Ketidakseimbangan antara beban kerja dan jumlah tenaga perawat menyebabkan overload beban kerja. Lingkungan kerja perawat yang paling tinggi tingkat tekanannya hingga menyebabkan stres tinggi yaitu perawat bagian gawat darurat, ortopedi dan traumatologi, onkologi, serta perawatan tingkat lanjut. Apabila perawat mengalami overload beban kerja secara terus menerus, perawat akan mengalami burnout. Salah satu tanda burnout pada perawat yaitu perawat jarang tersenyum kepada pasien.

Perawat yang mengalami burnout dan mempunyai lingkungan yang kurang aman dapat memberikan perawatan yang kurang efisien daripada perawat yang tidak mengalami burnout. Safety climate didefinisikan sebagai gambaran atau persepsi pekerja terhadap praktek keselamatan, peraturan, dan prosedur sehingga mereka bertindak aman dalam lingkungan kerja dikaitkan dengan prioritas-prioritas lainnya seperti produktivitas6. Salah satu dimensi iklim keselamatan yaitu safety communication. Komunikasi ini sangat penting agar situasi berbahaya dapat dikurangi atau dihindari dan agar manajemen dapat mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menghindari paparan berbahaya dan lingkungan.

Penulis : Tri Martiana, Yulia Purnawati

Artikel lengkapnya dapat diakses pada link berikut ini:

http://www.ijfmt.com/scripts/IJFMT_July-Sept.%202020_%20Final.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).