Hasil observasi beban kerja pada perawat rawat inap rumah sakit X, diketahui bahwa rata-rata nilai beban kerja per orang yaitu 86,59 % dari waktu keseluruhan jam kerja. Hal ini berarti beban kerja perawat sudah melebihi waktu produktif. Waktu kerja produktif yang optimal adalah 80% dari total jam kerja dan 20% digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan non produktif. Beban kerja yang berlebih dapat menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Beban Kerja juga berpengaruh signifikan terhadap Burnout Syndrome Pada Perawat Rawat Inap.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara beban kerja terhadap burnout syndrome. Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan perawat mengalami kejenuhan dan kelelahan Hal ini akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan yang diberikan perawat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kiekkas menunjukkan hasil bahwa burnout syndrome memiliki hubungan yang signifikan dengan beban kerja perawat. Kiekkas juga menyebutkan beban kerja yang tinggi secara spesifik berpengaruh pada salah satu dimensi dari burnout syndrome yaitu physical and emotional exhaustion.
Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan perawat mengalami kelelahan atau kejenuhan yang akan menimbulkan stres kerja pada perawat yang kemudian akan berdampak pada penurunan kepuasan kerja. Stres kerja yang berlebihan pada perawat cenderung akan mengarah ada burnout syndrome. Kelelahan fisik yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan berdampak pada kelelahan psikologis.
Burnout menjadi masalah psikologis bagi perawat serta menjadi faktor penyebab unsafe actionpada perawat. Perawat yang mengalami burnout dan mempunyai lingkungan yang kurang aman dapat memberikan perawatan yang kurang efisien. Beban kerja berat yang tidak tepat berbanding lurus dengan kejadian burnout. Perawat yang bekerja di rumah sakit perlu menghadapi banyak situasi yang sulit setiap hari, pada saat yang sama, mereka adalah bagian dari masyarakat yang dipengaruhi oleh situasi ekonomi secara umum di negara. Perawat sering bekerja lebih dari satu beban kerja, dan secara konstan berada di bawah tekanan emosional, fisik dan kelelahan mental.
Pada kenyataannya tidak semua perawat mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sering kali mereka mengalami kelelahan mental dan emosional akibat tugasnya yang harus selalu siap memberikan pelayanan yang maksimal bagi orang lain. Hal ini, apabila tidak segera diatasi oleh pihak rumah sakit, maka akan menguras stamina dan emosi perawat, serta menimbulkan tekanan yang mengakibatkan perawat mengalami burnout atau kejenuhan kerja.
Telah ditemukan sejak lama, bahwa perawat memiliki resiko tinggi mengalami burnout. Ketidakseimbangan antara beban kerja dan jumlah tenaga perawat menyebabkan overload beban kerja. Lingkungan kerja perawat yang paling tinggi tingkat tekanannya hingga menyebabkan stres tinggi yaitu perawat bagian gawat darurat, ortopedi dan traumatologi, onkologi, serta perawatan tingkat lanjut. Apabila perawat mengalami overload beban kerja secara terus menerus, perawat akan mengalami burnout. Salah satu tanda burnout pada perawat yaitu perawat jarang tersenyum kepada pasien.
Perawat yang mengalami burnout dan mempunyai lingkungan yang kurang aman dapat memberikan perawatan yang kurang efisien daripada perawat yang tidak mengalami burnout. Safety climate didefinisikan sebagai gambaran atau persepsi pekerja terhadap praktek keselamatan, peraturan, dan prosedur sehingga mereka bertindak aman dalam lingkungan kerja dikaitkan dengan prioritas-prioritas lainnya seperti produktivitas6. Salah satu dimensi iklim keselamatan yaitu safety communication. Komunikasi ini sangat penting agar situasi berbahaya dapat dikurangi atau dihindari dan agar manajemen dapat mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menghindari paparan berbahaya dan lingkungan.
Penulis : Tri Martiana, Yulia Purnawati
Artikel lengkapnya dapat diakses pada link berikut ini:
http://www.ijfmt.com/scripts/IJFMT_July-Sept.%202020_%20Final.pdf