Menilik Kanker Serviks dan Berharganya Nyawa Wanita

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Kanker merupakan penyebab kematian terbesar pada wanita. Di Indonesia angka kejadian kanker menempati urutan no 8 di Asia Tenggara dan no 3 Di Asia. Kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara yang paling banyak dijumpai pada wanita Indonesia. Data Kemenkes per 31 Januari 2019, angka kejadian kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk, artinya hampir 50% penderita kanker serviks berakhir dengan kematian. Terbatasnya akses informasi yang akurat menjadi salah satu penyebab tingginya kasus kanker serviks di Indonesia. Penyebab lainnya adalah minimnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini. Akibatnya, sebagian besar kasus yang ditemukan sudah memasuki tahap stadium lanjut dan menyebabkan kematian

Kanker merupakan penyakit yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya, namun penyakit ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti merokok/terkena paparan asap rokok, aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, mempunyai anak banyak (paritas), sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB, penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas. 40% kanker dapat dicegah dengan menghindari faktor risikonya, oleh karena itu diperlukan peningkatan kesadaran dari masyarakat untuk mencegah faktor risiko tersebut dan peningkatan program pencegahan dan penanggulangan yang tepat. Aktivitas seksual pada usia muda dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks, dimana usia tersebut berada dalam rentang < 18 tahun.

Di Indonesia, telah banyak program yang dijalankan guna menurunkan angka kejadian kanker serviks ini. Salah satu lembaga pemerintah dibawah Kemetrian Kesehatan yaitu Badan Kependudukan dan  Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah menetapkan suatu program yang diluncurkan sejak tahun 2010 lalu dan dinamakan program pendewasaan usia perkawinan (PUP). Konsep dari program ini salah satunya untuk menunda kehamilan pada usia < 20 tahun yang secara tidak langsung juga berarti untuk mencegah terjadinya hubungan seksual pertama kali yang terlalu dini.

Kanker serviks atau dikenal juga dengan istilah kanker leher rahim, yaitu kanker yang terjadi pada daerah organ reproduksi wanita (leher rahim) yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya diantara rahim (uterus) dengan liang senggama perempuan (vagina). Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks berubah menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks.

Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papillomavirus) Virus ini dapat ditularkan melalui kontak sekret dan kontak seksual. Akan tetapi khusus kanker serviks, penyebabnya adalah HPV tipe high risk yaitu 16 dan 18. Salah satu faktor resiko terjadinya kanker serviks adalah usia melakukan hubungan seksual pertama yang terlalu dini. Dilihat dari segi usia, idealnya seorang wanita untuk melakukan hubungan seksual adalah pada usia 18 tahun ke atas karena diharapkan sel-sel mukosa pada organ genitalianya tidak rentan terhadap perubahan yang bisa merubah sel ke dalam kondisi abnormal/kanker. Hubungan seksual dilakukan di bawah usia

18 tahun akan mengakibatkan luka kecil dan terjadi rangsangan yang dapat mengundang virus penyebab kanker masuk. Pada umumnya sel-sel mukosa di sekitar serviks wanita baru matang pada usia sekitar 18 tahun ke atas. Sel ini akan rentan terhadap perubahan yang bisa merubah keadaan sel lain yang normal menjadi keadaan abnormal atau mengarah ke keganasan. Faktor yang lain yaitu : sering berganti pasangan, penyakit menular seksual, penurunan sistem kekebalan tubuh dan status sosial ekonomi (status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan terbatasnya akses ke sarana kesehatan yang memadai).

Kanker serviks pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan gejala apapun, untuk mencegah terjadinya kanker serviks diperlukan adanya skrining tanda dan gejala, seperti : 1) Ada bercak atau perdarahan setelah hubungan seksual 2) Ada bercak atau perdarahan di luar masa haid 3) Ada bercak atau perdarahan pada masa menopause 4) Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya 5) Keputihan dengan bau menyengat dan tidak bisa dihilangkan walaupun sudah diobati. Pengobatan kanker serviks dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi biologis dengan perbaikan sistem kekebalan tubuh. Pilihan terapi ini tergantung pada derajat keparahan kanker serviks. Semakin dini ditemukan tingkat keberhasilan pengobatan akan semakin baik. Karena kelainan ini pada stadium dini tidak menimbulkan gejala, maka upaya terbaik adalah dengan melakukan deteksi dini dengan pemeriksaan pap smear atau IVA test. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk rutin dilakukan pada wanita yang telah menikah setidaknya 1 tahun sekali, agar jika mulai ada kelainan pada sel-sel serviksnya dapat segera diketahui dan diobati

Kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada wanita dan biasanya pada stadium awal tanpa gejala. Pencegahan terbaik adalah dengan menghindari faktor resiko dan rutin melakukan pemeriksaan pap smear atau IVA untuk mendeteksi lebih dini, sehingga semakin banyak penderita kanker serviks yang selamat dari keamtian.

Penulis : Zakiyatul Faizah, dr., Mkes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada :

https://www.indonesianjournalofcancer.or.id/e-journal/index.php/ijoc/article/view/639

Dewi Sulistyawati, Zakiyatul Faizah, Eighty Mardiyan Kurniawati. (2020). An Association Study of Cervical Cancer Correlated with The Age of Coitarche in Dr. Soetomo Hospital Surabaya. Indonesian Journal of Cancer. Vol 14 (1) : 3-7

DOI: 10.33371/ijoc.v14i1.639

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).