Wawasan Penelitian Terkait Pengungkapan Karbon

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi atom karbon: Sumber: Cendika
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan teknologi, masalah lingkungan telah menjadi peristiwa yang tidak dapat dihindari. Masalah lingkungan adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi pembangunan berkelanjutan. Salah satu permasalahan lingkungan adalah terjadinya emisi karbon. Emisi karbon yang telah mencapai tingkat yang mengganggu, membutuhkan penyeimbangan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi perusahaan (Oestreich & Tsiakas, 2015; Zamil et al., 2019; Atari et al., Caurkubule et al., 2020; Tvaronavičienė et al., 2020; El Idrissi et al., 2020).
Laporan IPCC menyatakan bahwa emisi gas rumah kaca antara 2000-2010 telah mencapai 2,2% per tahun. Dibandingkan dengan 1970-2000, emisi gas rumah kaca adalah sekitar 1,3% per tahun (KLH, 2015). Sejumlah tindakan telah dilakukan untuk mengurangi perubahan iklim. Di 2000, Proyek Pengungkapan Karbon (CDP) diluncurkan di Inggris, dengan tujuan untuk mengumpulkan data terkait lingkungan. Sebagai bentuk kepedulian terhadap perubahan iklim, PBB juga membuat perjanjian internasional tentang pemanasan global yang disebut Protokol Kyoto. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya. 
Pentingnya Pengungkapan Karbon bagi Perusahaan
Implikasi dari Protokol Kyoto telah menimbulkan masalah penghitungan karbon, yang merupakan cara bagi perusahaan untuk mengenali, mengukur, mencatat, menyajikan, dan mengungkapkan emisi karbon. Kekhawatiran dalam karbon polusi telah mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan emisi karbon sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan mereka. Pengungkapan emisi karbon telah menjadi topik yang sering dibahas pada beberapa penelitian di perguruan tinggi pada beberapa tahun terakhir (Choi et al., 2013; Ben-Amar et al., 2017; Chariri et al., 2018; Fonseca & Gonzales, 2008; Ganda & Ngwakwe 2013; Matsumura et al., 2014; Mayorova, 2019; Hermawan, Gunardi, 2019).
Pengungkapan emisi karbon memungkinkan para pemangku kepentingan untuk menilai peran perusahaan mereka dalam mengurangi rumah kaca gas. Andrew dan Cortese (2011) menyatakan bahwa pengungkapan karbon disajikan sebagai bentuk sukarela yang digunakan untuk pengambilan keputusan internal dan eksternal. Upaya perusahaan untuk mengurangi emisi karbon dengan penghitungan karbon sejalan dengan konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Iman Harymawan, Nadia Klarita Rahayu, Dyah Ayu Larasati, Abdul Ghofar, dan Dian Agustia melakukan riset yang berjudul Insight into research on carbon disclosure. Para peneliti tersbut melakukan pencarian pada Mei 2019 menggunakan basis data Scopus. Ruang lingkup pencarian dibatasi pada wawasan awal tentang praktik pengungkapan karbon. Dokumen yang digunakan adalah yang diindeks Scopus seperti prosiding dan jurnal artikel yang relevan dengan masalah pengungkapan karbon untuk dimasukkan dalam diskusi makalah kami.

Penelitian ini bertujuan untuk membahas temuan sebelumnya tentang Pengungkapan Karbon, mengidentifikasi tren, teori, dan keseluruhan hubungan. Pada pencarian awal, peneliti menemukan 22 hasil; salah satu diantaranya adalah dalam bentuk bab buku. Penelitian ini menemukan beberapa artikel dengan diskusi luas yang mencakup lingkungan, akuntansi, dan hukum. Pengukuran variabel pengungkapan emisi karbon berbeda di setiap studi. Penelitian sebelumnya dapat diklasifikasikan menjadi dua, pertama mengenai tata kelola perusahaan, dan yang kedua adalah tentang karakteristik perusahaan. Dalam isu tata kelola perusahaan, keberadaan komite audit independen, keahlian komite audit, rapat komite audit, dan dewan keragaman gender di dalamnya perusahaan memiliki efek positif terhadap pengungkapan emisi karbon. Klasifikasi kedua didasarkan pada karakteristik perusahaan, yang terdiri dari profitabilitas perusahaan, leverage, dan ukuran pasar.

Penelitian yang terkait dengan pengungkapan emisi karbon juga menggunakan beberapa variabel kontrol, seperti ukuran perusahaan, komite independensi, dualitas CEO, jumlah komite dewan, sektor industri karbon tinggi, kebijakan pensiun wajib untuk direksi, profitabilitas, ukuran dewan, pengembalian aset, GHG, GHG_SQ, CONC, substitutability, ukuran pasar, usia, capex, CIND, TRAD, SIGNAT, GHGDUM, EXP_RESP, EXP_PUBL, ROA, ROE, dan jenis Industri.

Penulis: Iman Harymawan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://jssidoi.org/jssi/papers/papers/view/530

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).