Tugas Kesehatan Keluarga dan Kepatuhan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Klikdokter

Ketidakpatuhan terhadap pengobatan ditemukan sebagai penyebab TB yang resistan terhadap beberapa obat (MDR-TB). Pada 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan TB-MDR sebagai krisis di seluruh dunia karena jumlah kasus baru setiap tahun hampir mencapai setengah juta dan yang terus muncul dengan epidemi serius di beberapa negara. Selain itu, ada terdeteksi jumlah 136.000 kasus yang memenuhi syarat untuk pengobatan TB-MDR. Surveilans prevalensi TB di Indonesia melaporkan BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk dengan usia 15 tahun ke atas. Tingkat pemberitahuan (CNR) pada 2015 untuk semua kasus adalah 117 per 100.000 warga negara. Survei prevalensi tuberkulosis pada tahun 2014, Indonesia dipandang sebagai kontributor terbesar kedua pasien tuberkulosis setelah India. Pada tahun 2015, Provinsi Jawa Timur Indonesia melaporkan kasus baru BTA positif berjumlah 23.183 pasien, yang mengungkapkan tingkat deteksi kasus 56%, sedangkan targetnya adalah 70%.

WHO menyatakan bahwa, pada 2013 dunia mengalami krisis TB-MDR. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus TB-MDR adalah kurangnya kepatuhan pasien dalam pengobatan TB. Ketidakpatuhan pasien dalam minum obat anti-TB dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti lamanya periode pengobatan yang menyebabkan kebosanan atau perasaan sembuh sehingga pasien cenderung menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum program pengobatan selesai. Pengalaman pribadi pasien tentang efek samping dari obat anti-TB juga memengaruhi kepatuhan pasien terhadap obat tersebut. Faktor lain yang menyebabkan ketidakpatuhan pasien TB dalam minum obat adalah karena kurangnya pengawasan dari Pengawas Obat-Obatan (SSD). SSD adalah orang yang paling dekat dengan pasien, serta petugas kesehatan yang mengawasi pasien dalam minum obat. Dalam hal ini, keluarga dianggap lebih efektif dalam pengawasan obat pasien, karena keluarga adalah lingkungan terdekat dari pasien. Hasil wawancara dengan beberapa pasien TB paru di poli paru, Rumah Sakit Umum Haji Surabaya menyatakan bahwa mereka menerima dukungan yang baik dari keluarga mereka sehingga mereka bersedia untuk menjalani prosedur perawatan yang ditentukan, tetapi yang lain mengatakan bahwa, selama menderita TBC, mereka merasa kurangnya perawatan keluarga yang baik

Teori perilaku Green and Kreuter menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan individu, yaitu (1) faktor predisposisi adalah faktor yang ada pada diri individu, seperti pengetahuan, sikap, nilai, kepercayaan dan lain-lain; (2) faktor pendukung adalah faktor pendukung dari lingkungan individu, yang meliputi ketersediaan sumber daya manusia, aksesibilitas ke sumber daya manusia, peraturan masyarakat/pemerintah, prioritas dan komitmen terhadap kesehatan dan sebagainya; (3) faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku kesehatan, dukungan keluarga, teman sebaya, guru, tokoh masyarakat dan sikap penyedia layanan kesehatan.

Faktor dalam perumusan perilaku pengobatan pasien TB paru adalah adanya dukungan keluarga, yang dapat dievaluasi melalui pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Keluarga memiliki peran pemeliharaan kesehatan, yang mencakup lima tugas kesehatan keluarga: mengenali masalah kesehatan dalam keluarga, mengambil keputusan untuk tindakan pengobatan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan yang sehat, serta memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang tersedia sekitar lingkungan dengan maksimal. Peran keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga sangat dibutuhkan dalam proses perawatan. Keluarga pribadi adalah faktor utama penyembuhan pasien. Peran keluarga dalam memotivasi pasien untuk minum obat, menjelaskan bahwa perawatan itu penting, membantu mendapatkan obat, membuat pasien selalu minum obat, memberikan perawatan dan memberikan dorongan untuk pulih dengan cepat akan membentuk kepatuhan pasien selama prosedur perawatan.

Hasil penelitian mengungkapkan hubungan yang signifikan antara pelaksanaan tugas keluarga dan kepatuhan pasien dalam minum obat. Kepatuhan dalam minum obat akan meningkat ketika pasien mendapat dukungan dari anggota keluarga lainnya selama perawatan. Sehubungan dengan penelitian, hasil menyatakan bahwa kepatuhan dalam pengobatan akan meningkat ketika pasien mendapatkan bantuan dari keluarga. Komunikasi yang terbuka dan dua arah dalam keluarga akan sangat mendukung pasien TB, saling mengingatkan dan memotivasi pasien untuk melanjutkan perawatan dapat memperoleh proses penyembuhan. Peran keluarga dalam perawatan pasien TB dapat menjadi dukungan sosial yang baik untuk setiap anggota keluarga.

Kemampuan keluarga untuk melakukan perawatan kesehatan atau pemeliharaan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilakukan. Keluarga yang dapat melakukan tugas kesehatan keluarga yang baik berarti mereka mampu menyelesaikan masalah kesehatan yang ada pada anggota keluarga. Peran keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga yang baik adalah motivasi atau dukungan yang kuat dalam mendorong pasien untuk mencari pengobatan secara teratur sesuai anjuran. Perilaku kesehatan pasien TB dalam hal kepatuhan minum obat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Salah satu faktor penting yang berperan penting dalam pembentukan perilaku pengobatan pasien TB paru adalah adanya dukungan keluarga, yang dapat dievaluasi melalui pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Dukungan keluarga sangat mendukung keberhasilan perawatan seseorang dengan selalu mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur, memberikan perawatan yang baik selama proses perawatan pasien, memberikan pengertian dan semangat kepada pasien untuk tetap rajin dan teratur dalam merawat. Kehadiran kesehatan keluarga dan tugas dan tugas akan memiliki dampak psikologis pada kepatuhan pasien dalam proses perawatan. Keluarga yang telah mampu melakukan tugas kesehatan keluarga dengan baik akan membentuk perilaku kesehatan yang baik pula, yang dalam hal ini adalah perilaku kepatuhan minum obat.

Penulis: Tintin Sukartini, Nora Dwi Purwanti, dan Herdina Mariyanti
Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://www.e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/8175

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).