Menilik Penanganan Pandemi Covid-19 di Kabupaten Pamekasan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pandemi Covid-19 merupakan permasalahan yang baru bagi semua pihak, termasuk kepala daerah. Mereka dituntut untuk merumuskan berbagai kebijakan atau langkah-langkah yang strategis guna memutus rantai penyebaran virus di daerahnya.

Tidak hanya itu, masyarakat pun diharapkan untuk bersikap adaptif terhadap kebijakan pemerintah. Demikian penjelasan Bupati Kabupaten Pamekasan, Badrut Tamam, saat mengisi online conference yang digelar oleh Prodi Magister Manajemen Bencana bersama Komunitas HR 24/7, Prodi Magister Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), dan seluruh prodi di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.

Dalam konferensi bertajuk Bertahan atau Melawan Covid-19 yang berlangsung pada Selasa (28/7), Badrut juga memaparkan kondisi Kabupaten Pamekasan selama pandemi.

“Persepsi masyarakat Kabupaten Pamekasan dalam menghadapi pandemi virus corona beragam. Sebagian percaya, tetapi ada pula yang merasa tidak percaya, menganggapnya konspirasi atau halusinasi, dan pesimis. Selain itu, pandemi ini juga memberikan dampak pada semua bidang, salah satunya adalah ekonomi yang berjalan sangat lambat,” ujarnya.

Melihat kondisi yang ada, Badrut tak tinggal diam. Ia bersama jajarannya telah berupaya untuk melakukan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya protokol kesehatan dan melibatkan seluruh stakeholder dalam menangani masalah yang terjadi selama pandemi.

“Beberapa terobosan yang dilakukan Kabupaten Pamekasan, antara lain, membentuk Pamekasan Call Care, Wira Usaha Baru (WUB), memperkuat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) maupun Industri Kecil Menengah (IKM), dan mengembangkan potensi desa. Dari pengembangan desa, kami dapat memproduksi alat pelindung diri (APD),” tutur Badrut.

Konferensi kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari Koordinator Prodi Magister (KPS S2) Imunologi, Dr. Theresia Indah Budhy, drg., M.Kes., Sp.PMM(K), yang menjelaskan mengenai anjuran untuk selalu menjaga diri agar masyarakat tidak terinfeksi Covid-19.

“Dalam kondisi seperti ini, kita perlu berjaga-jaga dari serangan virus corona. Yang harus diperhatikan adalah keadaan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar,” ujar Dr. There.

Konferensi ditutup oleh pembicara terakhir, Dr. Christrijogo Soemartono Waloejo, dr., Sp.An., KAR, yang menjelaskan pandemi Covid-19 dari perspektif manajemen bencana.

Menurut Dr. Christrijogo, setiap harinya, pasien corona yang masuk bisa mencapai 50-60 orang. Sayangnya, belum ada penanganan khusus yang mampu mencegah penyebaran virus. Selain itu, dirinya juga merasa khawatir dengan penerapan kebijakan New Normal.

“Bahkan, Australia yang telah menerapkan new normal, sempat memperoleh pasien positif lagi sebanyak 50 orang dalam satu hari. Sistem yang terbaik sebenarnya lockdown karena yang terjangkit dapat terkontrol dan terdata dengan baik,” imbuh Dr. Christrijogo.

Untuk itu, Koordinator Prodi Manajemen Bencana ini menekankan agar masyarakat selalu menerapkan 3 kebiasaan atau MCD, yakni Menggunakan Masker, Kebiasaan Cuci Tangan (dianjurkan mandi dan kumur-kumur tenggorokan), serta melakukan physical distancing.

Pelaksanaan konferensi yang dihadiri oleh 400 partisipan itu juga mendapat apresiasi dari Direktur Sekolah Pascasarjana UNAIR, Prof. Dr. Sri Iswati, SE., M.Si., Ak. Ia berpendapat bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak positif dan negatif bagi seluruh pihak.

“Konferensi ini merupakan bentuk ikhtiar untuk bisa bertukar pikiran, informasi, juga pengetahuan yang disponsori Prodi Magister Manajemen Bencana Sekolah Pascasarjana UNAIR. Kami berharap agar edukasi yang telah disampaikan oleh para pembicara dapat menyebar ke masyarakat luas melalui para partisipan dan bermanfaat,” tutup Prof Is. (*)

Penulis: Nabila Amelia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).