Bedah Epilepsi, Harapan untuk Kesembuhan Anak dengan Epilepsi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Epilepsi adalah kelainan yang disebabkan gangguan atau cetusan listrik di dalam otak yang tidak normal. Sering dan memang yang umum terjadi epilepsi ini diasosiasikan dengan kejang seluruh tubuh yang disertai dengan keluar busa dari mulut.

Bentuk kejang tersebut hanya salah satu dari bermacam-macam bentuk kejang yang dapat terjadi pada epilepsi. Bentuk yang paling ringan adalah apa yang disebut sebagai ”serangan kecil” atau petit mal yang hanya tampak seperti melamun sesaat, tidak bergerak, dan tidak berespon terhadap lingkungan, yang segera akan sadar kembali tanpa dia menyadari bahwa dia telah kehilangan “kesadaran” sesaat.

Epilepsi dapat terjadi pada segala usia dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam penyebab. Epilepsi yang muncul pada usia dini atau anak, biasanya lebih kompleks jika dibandingkan dengan yang muncul setelah dewasa. Banyak sindrom epilepsi yang muncul pada bulan-bulan pertama kehidupan seorang anak dan akan berlanjut hingga usia yang lebih tua. Biasanya mereka lebih cenderung untuk kebal terhadap obat anti epilepsi, bahkan dengan 2 atau lebih jenis obat anti epilepsi, tetapi kejangnya tetap tidak dapat dikendalikan dengan baik.

Pembedahan untuk epilepsi sebenarnya bukanlah hal baru di bidang bedah saraf. Metode penyembuhan ini telah dikembangkan oleh para ahli sejak tahun 1930an, dan makin berkembang dengan makin majunya teknologi pendukungnya seperti EEG dan Neuroradiologi yang dapat menghasilkan pencitraan dan penentuan lokasi yang lebih akurat.

Tentu tidak semua jenis epilepsi adalah kandidat yang baik untuk operasi. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dan prosedur yang harus dijalani sebelum seorang anak dengan epilepsi dinyatakan kandidat yang baik untuk epilepsi. Berikut adalah siapa saja yang merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan pembedahan:

• Telah terbukti kebal terhadap pengobatan yang optimal bahkan dengan beberapa jenis obat atau disebut juga intractable epilepsy.

• Kejang hanya mengenai beberapa anggota tubuh dan fokus epilepsi tertentu yang jelas.

• Pemeriksaan EEG dan MRI sesuai dengan jenis kejangnya.

• Ada kelainan yang diduga kuat sebagai penyebab kejangnya.

• Kejang yang terjadi menyebabkan ketidakmampuan (handycap)

Kriteria tersebut di atas adalah beberapa kriteria lama yang masih dipakai. Pada kriteria tambahan yang baru, beberapa jenis epilepsi bahkan tidak perlu harus dicoba dengan obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama baru dinyatakan kebal obat. Tetapi merujuk pada jenis kejangnya dan gambaran EEG serta MRI pra pembedahan, anak dengan epilepsi dapat diramalkan akan kebal obat sehingga dihindari pemberian obat dan segera ditawarkan pembedahan untuk mencegah makin mundurnya tumbuh kembang dan hendaya (handycap) yang terjadi.

Pada anak, epilepsi mempunyai beberapa aspek yang berbeda dengan orang dewasa sehingga pendekatannya pun akan berbeda. Epilepsi pada anak mempunyai aspek yang jarang ditemui bahkan tidak didapatkan pada orang dewasa, antara lain, otak anak yang sedang tumbuh atau belum matur/ matang; masih ada kesempatan untuk terjadinya apa yang disebut brain plasticity atau kemampuan otak untuk memperbaiki diri dan mengambil alih sebagian fungsi otak lain yang rusak; penyebab di luar lobus temporalis lebih banyak; serta penyebab dan jenis epilepsi lebih bervariasi dibanding dewasa.

Jenis pembedahan yang dilakukan pada anak juga lebih bervariasi. Mulai yang ringan, yaitu lesionectomy atau hanya mengambil jaringan yang rusak, hingga yag lebih luas seperti hemisferektomi atau memisahkan belahan otak kiri dan kanan untuk mencegah rambatan gelombang epilepsi. Pada pembedahan yang sifatnya hanya memisahkan, maka tidak ada bagian otak yang diambil.

Hampir semua bagian otak tersebut masih berada di tempatnya. Pembedahan hanya mengucilkan atau mengisolasi bagian otak yang merupakan generator kejang dari bagian otak yang sehat dengan cara memotong kabel penghubungnya. Tentu karena otak yang menjadi generator kejang tersebut sebenarnya sudah tidak berfungsi normal, tindakan pemisahan ini juga tidak akan memberikan komplikasi tambahan. (*)

Penulis: Dr. Wihasto Suryaningtyas, dr., Sp.BS

Artikel mengenai bedah epilepsi ini dimuat di Jurnal Scopus:

Lesson learned from early experience in pediatric epilepsy surgery service in Surabaya, Indonesia. Neurology Asia 2020; 25(1) : 99 – 100_ https://www.neurology-asia.org/articles/neuroasia-2020-25(1)-089.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).