Guru Besar Farmasi UNAIR Sebut Eukaliptus Sebagai Penanganan Gejala Awal pada Penyakit Pernafasan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Ramainya perbincangan tanaman Eukaliptus dapat membunuh virus Covid-19 menarik perhatian para pakar kesehatan herbal. Terutama pakar farmasi untuk mengungkap kembali khasiat tanaman Eukaliptus terhadap kesehatan.

Guru Besar Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR) Prof. Dr. Mangestuti, MS., Apt., memberikan pendapatnya mengenai tanaman Eukaliptus. Menurutnya, saat ini memang belum ada pembuktian tanaman Eukaliptus  ampuh untuk membunuh Covid-19.

“Tanaman Eukaliptus sesungguhnya hanya mampu membunuh virus SARS secara in vitro dan belum ada pembuktian mampu membunuh SARS Cov-2 (Covid-19)”, ungkapnya dalam Webinar Herbal Pusaran Covid-19 pada Jumat (24/7/2020).

Prof. Manges menambahkan bahwa tanaman Eukaliptus mungkin membunuh virus tertentu, tapi tidak yang lain. Tanaman Eukaliptus digunakan hanya sebagai manajemen penanganan gejala awal pada gejala penyakit pernafasan.

Senyawa monoterpene pada tanaman Eukaliptus memiliki kemampuan menguap secara mudah. Penguapan senyawa pada tanaman Eukaliptus dapat diserap kuat dan cepat ke kapiler sinus hidung untuk diteruskan ke sistem imun.

“Masyarakat perlu tahu bahwa tanaman Eukaliptus hanya sebagai menangkal bukan untuk membunuh,” ujarnya.

Prof. Manges juga memberikan alternatif penangkal virus Covid-19 dengan obat-obatan herbal lain seperti minyak atsiri, kunyit, secang, dan jahe. Obat-obatan herbal tersebut dapat menjadi alternatif karena dapat ditemukan secara mudah daripada tanaman Eukaliptus yang masih jarang ditemukan.

Pada minyak atsiri, kemampuan sebagai pembersih udara ruangan mampu menurunkan jumlah mikroorganisme infeksi dengan alami.  Minyak atsiri memiliki dampak panjang mampu meredam stress dan menambah sistem imun tubuh secara berkala.

Stress yang sering melanda seseorang selama pandemi Covid-19 menyebabkan imunitas menurun secara drastis. Hal itu disebabkan oleh saraf simpatik yang terlalu aktif menyebabkan limfosit terkurung dalam lymph nodes dan tidak keluar untuk menyerang pathogen.

“Jika stress yang berlebih, kita bisa memanfaatkan kunyit, secang, atau jahe sebagai obat herbal meningkatkan imunitas tubuh,” jelasnya.

Prof. Manges menegaskan kandungan kurkumin pada kunyit mampu menghambat enkapsulasi masuk ke dalam sel tubuh. Mengkonsumsi kunyit dengan dosis 500-200 mg per hari dapat menjaga imun tubuh dari berbagai virus yang masuk ke dalam tubuh.(*)

Penulis: Aditya Novrian

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).