Valsartan, Alternatif Terapi Gagal Jantung pada Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit yang mengarah pada kelainan struktur dan atau fungsi sirkulasi yang dapat diamati segera setelah lahir atau di kemudian hari. PJB adalah penyakit yang sering ditemukan di Indonesia dengan prevalensi diperkirakan 6–10 per 1.000 kelahiran hidup. Sekitar sepertiga anak akan menunjukkan gejala yang bervariasi dari ringan ke berat, yang mungkin muncul pada minggu-minggu pertama kehidupan dan dapat mengakibatkan 50% kematian pada bulan pertama kehidupan apabila tidak ditangani dengan baik. Namun, fasilitas dan infrastruktur yang memadai untuk diagnostik dan terapeutik, termasuk operasi, di Indonesia masih belum optimal.

Salah satu komplikasi paling umum pada PJB adalah gagal jantung, yaitu ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Manajemen gagal jantung pada anak umumnya didasarkan pada pengalaman klinis dan penerapan temuan dalam uji coba yang melibatkan orang dewasa, didukung oleh literatur dan penelitian terbatas pada populasi anak. Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEIs), yaitu captopril dan enalapril, merupakan obat gagal jantung lini pertama yang telah banyak digunakan. Angiotensin receptor blocker (ARB) dianggap memiliki keefektifan yang sama dengan ACEI dan telah banyak penelitian dilakukan pada orang dewasa tetapi tidak ada penelitian serupa yang dilakukan pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan perubahan klinis menggunakan skor gagal jantung anak, ekokardiografi, elektrokardiografi, dan rontgen dada sebelum dan sesudah pemberian kaptopril dan valsartan pada anak dengan PJB pirau kiri-ke-kanan yang mengalami gagal jantung.

Penelitian ini adalah uji acak terkontrol dan tersamar ganda (randomized controlled trial double-blind study) yangdilakukan pada 32 anak PJB pirau kiri-ke-kanan dengan skor gagal jantung anak >2. Randomisasi dilakukan pada penelitian ini dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok anak yang mendapatkan kaptopril dan kelompok anak yang mendapatkan valsartan. Diuretik tetap diberikan pada kedua kelompok selama masa studi penelitian. Obat-obat tersebut diberikan selama 30 hari dan kemudian dilakukan evaluasi skor gagal jantung anak, ekokardiografi, elektrokardiografi, rontgen dada dan efek samping selama pengobatan. Anak yang akan direncakan operasi dalam satu bulan, memiliki gangguan fungsi ginjal, memiliki kadar serum kalium >5,5 mEq/L dan telah mendapatkan pengobatan gagal sebelumnya diekslusi dari penelitian ini.

Jenis PJB pirau kiri-ke-kanan yang banyak didapatkan pada penelitian ini adalah defek septum ventrikel kemudian dilanjutkan dengan paten duktus arteriosus dan defek septum atrium. Penurunan skor gagal jantung anak dan frekuensi denyut jantung pada gambaran EKG didapatkan pada kedua kelompok anak yang mendapatkan kaptopril dan valsartan. Penurunan cardio thoracic ratio (CTR) pada rontgen dada didapatkan hanya pada kelompok anak yang mendapatkan valsartan sedangkan pada pemeriksaan ekoakrdiografi tidak didapatkan perubahan yang bermaka sebelum dan setelah diberikan kaptoril dan valsartan. Tidak ada perbedaan yang signifikan apabila dibandingkan antar dua kelompok tersebut.

Pada PJB pirau kiri-ke-kanan dengan defek yang sedang hingga besar akan terjadi beban volume yang berlebih sehingga tubuh akan berkompensasi dalam bentuk dilatasi dan hipertrofi miokrad, vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membandingkan penggunaan ACEI dan ARB. Studi tersebut sebagian besar dilakukan pada pasien dewasa dan jarang dilakukan pada anak. Losartan Heart Failure Survival Study merekomendasikan penggunaan ARB sebagai terapi alternatif pada pasien yang tidak dapat mentolerir penggunaan ACEI. Valsartan memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan kaptopril sehingga cukup diberikan satu kali sehari dibandingkan kaptopril yang diberikan dua hingga tiga kali sehari.

Sebagai kesimpulan dari penelitian ini, valsartan memberikan penurunan skor gagal jantung anak, frekuensi denyut jantung berdasarkan EKG dan cardio thoracic ratio (CTR) berdasarkan rontgen dada dengan efek samping berupa batuk yang lebih sedikit dibandingkan kaptopril. Valsartan dapat digunakan sebagai salah satu pilihan obat selain kaptopril untuk pengobatan gagal jantung pada anak PJB pirau kiri-ke-kanan. Penelitian ini dilakukan pada jumlah sampel yang kecil dengan periode observasi yang pendek yang menjadikan keterbatasan dari penelitian ini.

Penulis: dr. I Ketut Alit Utamayasa, Sp.A(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
http:// https://inabj.org/index.php/ibj/article/view/997/467 Utamayasa A, Rahman MA, Ontoseno T, dan Budiono. The Indonesian Biomedical Journal, 2020 12 (1), 1-84. Published 2020 Mar. doi: 10.18585/inabj.v12i1.997

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).