Korelasi Antara Ekspresi IL-10 dan Tipe Histopatologis pada Pasien Karsinoma Nasofaring

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah keganasan yang berasal dari jaringan limfoepitel dan sel epitel nasofaring. Selama ini, respons terapi NPC dianggap dapat diprediksi dari tipe histopatologis, tetapi beberapa pasien dengan tipe histopatologis yang sama, mungkin menunjukkan respons terapi yang berbeda. Fakta ini membuktikan bahwa tipe histopatologis tidak cukup akurat untuk memprediksi respons terapi pada pasien KNF. Budiani dkk, telah membuktikan bahwa level ekspresi IL-10 meningkat secara signifikan pada pasien KNF WHO tipe III dibandingkan dengan WHO tipe II. Pernyataan ini didukung oleh penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi, Surakarta, yang telah menunjukkan bahwa ekspresi IL-10 meningkat pada pasien KNF WHO tipe III.

Pemeriksaan ekspresi IL-10 dan tipe histopatologis diharapkan dapat membuat prediksi respon terapi yang lebih baik untuk pasien KNF. Korelasi antara ekspresi IL-10 dan tipe histopatologis pada pasien KNF yang berobat di Poliklinik Onkologi Unit Rawat Jalan telinga hidung tenggorok bedah kepala dan Leher, Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, Surabaya, sampai saat ini belum pernah diteliti. Secara histopatologis, KNF WHO tipe II dan III diakui memiliki respons terapi yang lebih baik, namun tidak semua pasien KNF WHO tipe II dan III menghasilkan respons terapi lengkap. Menurut hukum Bergonie dan Tribondeau, sensitivitas sel terhadap radiasi berada pada proporsi terbalik dengan diferensiasi sel. Artinya, semakin buruk diferensiasi sel, semakin baik respons terapinya. KNF WHO tipe II memiliki derajat diferensiasi baik sampai sedang, dan WHO tipe III tidak memiliki diferensiasi. Sebuah studi oleh Fibrian, (2010) menunjukkan bahwa pada ketiga jenis histopatologis, terutama di stadium III dan IV memiliki respons terapi yang hampir sama.

IL-10 diproduksi oleh Epstein-Barr Virus (EBV) encodeed RNAs (EBER) in situ dalam inti sel KNF. Jaringan manusia yang mengandung EBER bersifat radiosensitif, sehingga memiliki prognosis yang lebih baik terhadap radioterapi. Beberapa studi melaporkan peran IL-10 dalam pengembangan KNF. Data ini didukung oleh studi Farzin et al, (2012) yang mengungkapkan bahwa tingkat ekspresi IL-10 tinggi pada stadium lanjut karsinoma sel skuamosa kepala dan leher. Menurut Tan et al.(2006), ada korelasi yang signifikan antara Epstein-Barr Virus (EBV) Load dan IL-10, sehingga dapat digunakan sebagai penanda untuk mengevaluasi respon terapi KNF. Fujieda et al. (1999) menemukan bahwa ekspresi IL-10 dapat menjadi faktor untuk mengevaluasi respon terapi dan prognosis pasien KNF.

Penelitian ini membuktikan bahwa ada korelasi positif antara ekspresi IL-10 dan tipe histopatologis  KNF WHO tipe I, II, dan III.Berdasarkan teori bahwa IL-10 memiliki peran dalam meningkatkan diferensiasi sel KNF melalui aktivasi STAT3. Aktivasi STAT3 dalam sel epitel yang terinfeksi oleh EBV melibatkan Janus Kiknase-1 (JAK1), Activating Protein-1 (AP1), Jun N kinase (JNK), dan rute Tyrosine Kinase-2 (TYK2).Ikatan IL-10 dengan reseptornya terkait dengan aktivasi Janus tyrosine Kinases dan stimulasi pensinyalan hilir. Aktivasi JAK1, TYK2 dan STAT3 terlibat dalam pensinyalan kaskade. IL-10 merangsang aktivasi STAT3 yang menghasilkan pertumbuhan invasif dari lapisan sel epitel nasofaring independen, yang pada akhirnya akan menjadi sel karsinoma. Aktivasi STAT3 yang tinggi dapat meningkatkan diferensiasi sel KNF. Banyak bukti telah menunjukkan bahwa aktivasi STAT3 berperan dalam membentuk dan mengembangkan tumor.

Hasil ini susuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiani et al. (2002) yang telah membuktikan bahwa ekspresi dan level IL-10 meningkat secara signifikan pada KNF WHO tipe III dibandingkan dengan WHO tipe II. Studi ini menemukan bahwa aktivasi LMP-1 di NPC juga merangsang produksi IL-10 yang dibantu oleh CD4. Latent membrane protein (LMP) 1 dapat memicu aktivasi IL-10 melalui sitokin Tumor Necrosis factor Activating Receptor1,2 (CTAR1,2), Tumor Necrosis Factor Associated Factor (TRAF), TNF Receptor-Associated Death Domain (TRADD), selanjutnya , berdampak pada Jun N kinase (JNK), JAK, dan Activating Protein (AP1) rute. Rute ini akan merangsang aktivasi STAT3 yang akan mempengaruhi diferensiasi sel KNF.

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi di Surakarta, yang menunjukkan bahwa ekspresi IL-10 meningkat pada pasien KNF WHO tipe III. Peradangan stroma dan rute sitokin berperan dalam merangsang pertumbuhan dan ekspresi gen EBV, baik laten atau litik pada sel epitel KNF. Sitokin yang diproduksi oleh sel-sel peradangan telah mengaktifkan rute sinyal NF-kB dan STAT3 dalam sel-sel epitel EBV yang terinfeksi. Peradangan kronis sel epitel yang terinfeksi EBV memiliki peran dalam patogenesis KNF WHO tipe III.

Ekspresi interleukin-10 dan tipe histopatologis diharapkan dapat memprediksi respon terapi yang lebih baik pada pasien KNF. Diperlukan pemahaman yang baik tentang korelasi antara ekspresi IL-10 dan tipe histopatologis sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Penelitian ini sesuai dengan hipotesis, yang berarti ekspresi IL-10 dan tipe histopatologis dapat digunakan untuk memprediksi respon terapi secara lebih akurat pada pasien KNF.

Penulis: Dr. dr. Muhtarum Yusuf, Sp. THT-KL)K), FICS

Link terkait tulisan di atas: The correlation between IL-10 expression and histopathological type in nasopharynx carcinoma patients | Hamita | Oto Rhino Laryngologica Indonesiana. https://www.orli.or.id/index.php/orli/article/view/353

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).