Performa Produksi Ikan Nila Triploid dalam Budidaya Monosex vs Mixed-Sex

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ikan nila. (Sumber: Universitas Riau Wordpress)

Induksi triploidi merupakan salah satu cara untuk memproduksi ikan steril yang bermanfaat dalam akuakultur, karena pada proses metabolisme, ikan akan mengalami pengurangan atau penghambatan penggunaan energi untuk reproduksi, termasuk gametogenesis. Sebagai hasilnya adalah energi metabolisme dialihkan untuk pertumbuhan somatik. Ikan steril juga potensial untuk peningkatan sintasan yang lebih baik dibandingkan ikan diploid. Budidaya ikan steril merupakan salah satu manajemen budidaya yang terbaik dalam praktek akuakultur, karena ikan memungkinkan dalam menggunakan metabolisme tubuh untuk meningkatkan kandungan biomassa daging lebih cepat daripada produksi gamet dalam siklus reproduksi.

Kemampuan reproduksi ikan nila yang tinggi dan tidak terkontrol dapat menyebabkan populasi ikan yang dihasilkan sangat padat, tetapi berukuran kecil dan pertumbuhan lambat, sehingga kurang menguntungkan secara komersial dalam usaha akuakultur. Sterilisasi kemungkinan merupakan solusi terbaik yang menjadi pilihan untuk mengatasi permasalahan pada budidaya ikan nila dan induksi triploidi merupakan salah satu metode untuk memproduksi ikan steril. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan triploid memiliki tingkat pertumbuhan, produksi karkas, kelangsungan hidup dan kualitas daging yang lebih tinggi daripada ikan diploid.

Pada sisi yang lain, beberapa pengujian menunjukkan bahwa ikan nila jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada ikan nila betina. Tingkat produksi budidaya ikan nila monoseks jantan adalah 10% lebih tinggi bila dibandingkan dengan populasi campuran atau mixed-sex. Akan tetapi, pengaruh kombinasi peran triploidi dan dimorfisme seks terkait performa pertumbuhan pada ikan nila belum diketahui, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh peran triploidi dan dimorfisme seks terhadap performa produksi ikan nila yang dibudidayakan secara monosex dan mixed-sex.

Pemeliharaan Ikan secara Indoor

Hewan uji dalam penelitian ini adalah populasi ikan Nirwana triploid dan diploid dari hasil fertilisasi dan inkubasi secara buatan, sedangkan populasi ikan nila triploid diproduksi melalui perlakuan kejut suhu panas. Setelah ikan berumur 5-6 hari setelah menetas dan kuning telurhabis, larva ikan dipelihara secara indoor secara bertahap dalam akuarium volume 50 L dengan kepadatan 1 ekor/L dan akuarium bervolume 180 Ldengan kepadatan 4 ekor/L, masing-masing untuk populasi ikan triploid dan diploid hingga ikan umur 60 hari. Pada akhir pemeliharaan dilakukan identifikasi dan pemisahan seks untuk menyediakan bahan uji perlakuan pemeliharaan di lapang dengan enam kelompok yang berbeda, yaitu monoseks jantan, monoseks betina dan campuran jantan dan betina (1:1), baik populasi triploid maupun diploid.

Pemeliharaan Ikan secara Outdoor

Populasi ikan nila triploid dan diploid yang telah terbagi masing-masing tiga kelompok (monoseks jantan, monoseks betina dan campuran) dipelihara dalam hapa berukuran 2,0 m ´ 1,0 m ´ 0,7 m dengan kepadatan 10 ekor/m2 dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Pembesaran ikan dilakukan selama empat bulan atau hingga ikan umur 180 hari. Ikan diberi pakan pelet komersial dengan kandungan protein kasar 40% pada satu bulan pertama dan kandungan protein kasar 33% pada tiga bulan berikutnya, secara at-satiation, tiga kali sehari.

Pada akhir pemeliharaan dilakukan penghitungan performa pertumbuhan, meliputi pertambahan bobot biomassa, absolute growth rate (AGR), specific growth rate (SGR), feed conversion ratio (FCR) dan kelangsungan hidup ikan serta dressing dan edible carcass serta analisis proksimat pada ikan nila triploid dan diploid jantan dan betina. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan ANOVA dengan program software Minitab 17 dan UJBD dengan selang kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan nila triploid lebih tinggi secara signifikan (p<0,05) daripada ikan nila diploid. Pertambahan biomassa dari ikan nila triploid monoseks jantan, monoseks betina dan campuran, masing-masing adalah 31,3, 11,4 dan 23,4% lebih tinggi daripada ikan nila diploid pada kelompok yang sama. Pola yang sama juga ditunjukkan pada pertambahan bobot tubuh dan panjang tubuh individual dari ikan nila triploid monoseks jantan dengan nilai yang lebih tinggi, masing-masing adalah 26,8 dan 14,3%, selanjutnya diikuti oleh kelompok ikan nila triploid campuran (masing-masing adalah 21,4 dan 14,3%) dan ikan nila triploid monoseks betina (masing-masing adalah 9,6 dan 6,2%).

Ikan nila triploid monoseks jantan menghasilkan AGR tertinggi dibandingkan dengan kelompok yang lain, diikuti oleh kelompok ikan nila triploid campuran, kemudian ikan nila diploid monoseks jantan dan monoseks betina, sedangkan ikan nila triploid campuran memiliki nilai FCR terendah dibandingkan dengan kelompok yang lain, diikuti oleh ikan nila triploid monoseks jantan dan ikan nila diploid monoseks jantan. Kelangsungan hidup ikan nila triploid monoseks jantan dan campuran dan ikan nila diploid campuran lebih tinggi daripada kelompok yang lain. Secara umum, ikan nila triploid lebih cepat tumbuh daripada diploid dan ikan nila triploid monoseks jantan menunjukkan kecepatan pertumbuhan yang tertinggi, sedangkan ikan nila diploid monoseks betina menunjukkan kecepatan pertumbuhan yang terendah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persentase dressing ikan nila triploid betina tertinggi, sedangkan pada ikan nila diploid betina terendah (p<0,05). Persentase edible carcass ikan nila triploid jantan dan betina lebih tinggi daripada ikan nila diploid, masing-masing adalah 8,6 dan 10,5% lebih tinggi daripada ikan nila diploid betina, sedangkan ikan nila triploid jantan, masing-masing adalah 2,1 dan 5,9% lebih tinggi daripada ikan nila diploid jantan. Berdasarkan analisis proksimat daging  menunjukkan bahwa kandungan protein kasar dari ikan nila triploid betina dan jantan adalah sama, tetapi lebih tinggi daripada ikan nila diploid (p<0,05). Pada bagian yang lain, kandungan lemak kasar dan abu dari ikan nila triploid, baik jantan maupun betina lebih rendah dibandingkan dengan ikan nila diploid, sedangkan kandungan karbohidrat antara ikan nila triploid dan diploid tidak berbeda nyata (p>0,05), baik jantan maupun betina.  

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan produksi ikan nila triploid yang dibudidayakan secara monoseks jantan untuk menghasilkan performa produksi budidaya ikan nila yang lebih baik daripada budidaya ikan nila konvensional selama ini. (*)

Penulis: Akhmad Taufiq Mukti

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini:

https://doi.org/10.3906/vet-1905-79

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).