Analisis Ekspresi Kekebalan Adapif Limfosit T (Cd8+) pada Anak Usia Dni Penderita Gigi Berlubang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alodokter

Gigi berlubang pada anak usia dini (ECC) adalah suatu kondisi yang ditemukan ≥1 adanya lubang pada gigi, kehilangan gigi (gigi berlubang dengan indikasi pencabutan), atau adanya penambalan pada gigi primer pada anak-anak berusia 71 bulan atau lebih muda, sedangkan Gigi berlubang pada anak usia dini (S-ECC) terjadi pada anak-anak <3 tahun dengan ≥1 busuk, hilang (karena karies). Efek ECC pada anak-anak tidak hanya pada kesehatan mulut saja, tetapi juga kesehatan umum. Papa kesehatan gigi dan mulut, ECC dapat menimbulkan rasa sakit, masalah ortodontik, kerusakan email, dan juga gangguan dalam fungsi mulut, seperti pengunyahan dan bicara, selain itu berpengaruh pada perkembangan gigi permanen nantinya.

Bakteri penyebab gigi berlubang adalah salah satu faktor risiko terjadinya ECC. Patofisiologi ECC berkorelasi dengan kolonisasi awal dan tingginya tingkat bakteri penyebab gigi adalah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus, selain dari tingginya kadar gula yang terkandung dalam plak gigi, protein saliva, glucan yang menciptakan lingkungan asam di rongga mulut, sehingga menimbulkan kerusakan pada  enamel dan dentin.

System kekebalan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk tetap sehat dengan memberikan perlindungan terhadap bakteri berbahaya dan merupakan respons spesifik terhadap bakteri tertentu. Respons bawaan adalah garis pertahanan pertama dalam mempertahankan tubuh melawan patogen dengan cara yang sama setiap saat, sedangkan respons imun adaptif yang diperoleh secara adaptif akan memanfaatkan kemampuan limfosit spesifik dan produknya (imunoglobulin dan sitokin) untuk menghasilkan respons terhadap mikroba yang menyerang secra efektif.

Selama infeksi, respons imun harus mampu menghilangkan bakteri yang berbahaya dengan menimbulkan kerusakan jaringan yang sangat sedikit. Baik respon imun bawaan dan adaptif, termasuk sel T memainkan peran penting dalam menghilangkan bakteri berbahaya dengan melepaskan sitokin pro-inflamasi dan mengaktifkan limfosit T sitotoksik (CTL). Selain itu, T helper (TH) dan sel T regulator juga diperlukan dalam mensekresi antibodi oleh sel plasma. Studi terbaru menemukan fungsi penting baru dari TH, termasuk T Follicle (Th17, Th22), dalam kekebalan terhadap infeksi, juga dalam perkembangan penyakit dan prognosis. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan membandingkan ekspresi limfosit T (CD8+) pada anak-anak dengan S-ECC dan anak-anak bebas karies.

Air ludah dikumpulkan diperoleh dari anak usia 4 hingga 6 tahun. Subjek diinstruksikan untuk berkumur 10 ml larutan NaCl steril 1,5% selama 30 detik , yang diambil pada pukul 9 hingga 11 a. m. yng ditampung dalam gelas steril. Prosedur ini diulang empat kali.  Air ludah yang terkumpul disentrifugasi pada 450 g selama 15 menit pada suhu 40 ° C. Pelet itu kemudian dicampur menjadi 2 ml media Roswell Park Memorial Institute (RPMI) (TranGen biotech, Beijing, Cina) dan vortex. Suspensi sel kemudian diambil dan dihitung dengan menggunakan hemositometer (JSQA hemocytometer, Hunan, China).

Sel limfosit (3 x 105 sel / ml) dikultur dalam labu kultur jaringan (Greiner) 75 cm2 dengan medium kultur lengkap RPMI-1640 dan 1% penicillin /streptomisin pada 5% CO2 dan kelembaban atmosfer 95% pada 37 ° C selama 24 jam.  Ekspresi CD8+ diamati dengan menggunakan metode flow cytometry). Ekspresi CD8+ dianalisis menggunakan prosedur FACScan standar dengan mAb sesuai dengan protokol produsen. Hasilnya dihitung dan disajikan dalam rata-rata. Data yang diperoleh menganalisis normalitas dan homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji-T untuk menemukan perbedaan antara dua kelompok, dengan tingkat signifikansi pada 0,05.

Perbedaan ekspresi seperti yang ditunjukkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa anak dengan gigi berlubang (0.3400±0.14726) sedangkan pada anak yang tidak memiliki gigi berlubang (0.3250±0.11301) Ekspresi limfosit T (CD8+) anak-anak yang menderita gigi berlubang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak memiliki gigi berlubang. Namun, uji-t independen tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari limfosit T (CD8+) antara anak-anak yang menderita gigi berlubang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak memiliki gigi berlubang. Sel T CD8+ adalah sel T pembunuh (atau sel T sitotoksik), adalah sel efektor yang berfungsi sebagai imunitas yang diperantarai sel. Sel-sel T CD8 + naif dan harus diaktifkan agar berfungsi sel-sel efektor (yaitu fungsi imun). Aktivasi ini terjadi melalui interaksi dengan pro-antigen presenting cells (APC), terutama sel dendritik di kelenjar getah bening, dan mengarah ke jalur intraseluler yang mengatur lebih banyak antige spesifik TCR pada sel T dan mengarah ke fungsi efektor.  Tingkat limfosit T (CD8+) pada anak-anak dengan gigi berlubang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak memiliki gigi berlubang.

Penulis: Dr. Muhammad luthfi, drg., M.Kes 

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:  http://agribiop.com/expression-analysis-of-t-lymphocyte-cd8-in-severe-early-childhood-caries/

Muhammad Luthfi, Priyawan Rachmadi, Aqsa Sjuhada Oki dan Agung Sosiawan. Expression Analysis of T Lymphocyte (CD8+) in Severe Early Childhood Caries. Annals of Biology 36 (2) : 227-231, 2020


Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).