Perilaku Ramah Lingkungan Para Pelancong

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi perilaku wisatawan. (Sumber: iNews)

Industri pariwisata dianggap sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat yang memiliki kontribusi terhadap ekonomi global secara signifikan. Pertumbuhan tersebut membawa manfaat besar bagi daerah tujuan wisata seperti meningkatkan perekonomian lokal, memberikan lebih banyak peluang kepada masyarakat dalam hal penciptaan lapangan kerja baru, infrastruktur, dan  lain sebagainya.

Di Indonesia, industri pariwisata menyumbang sebesar 15% dari PDB dari 10,8 juta wisatawan  pada Januari 2019 dan pemerintah Indonesia bermaksud meningkatkannya menjadi 21,6 juta pengunjung pada tahun 2025.. Meskipun ada peluang positif dari kegiatan pariwisata dalam meningkatkan ekonomi masyarakat lokal  dan kualitas hidup tetapi juga mengancam kearifan lokal, budaya dan lingkungan.

Namun, kegiatan wisatawan membawa dampak negatif yang sangat besar bagi lingkungan karena menghasilkan limbah. Sebuah studi empiris oleh Italo Arbulu et al (2018) menjelaskan bahwa aliran timbulan sampah dan pariwisata massal dapat menyebabkan degradasi lingkungan ke tujuan wisata, dan menggambarkan bahwa pertumbuhan wisata sebesar 1% pada saat kedatangan akan menghasilkan kenaikan limbah pembuangan sebesar 1,25% dan akan menyebabkan peningkatan timbulan sampah kota sebesar 0,51%.

Sekali lagi studi lain menunjukkan bahwa wisatawan memiliki keterlibatan rendah dalam bertanggung jawab terhadap masalah lingkungan, Budeanu., (2005) menggambarkan bahwa hanya 1 dari setiap 20 wisatawan mendukung lingkungan dengan perilaku konsumsi yang ramah lingkungan. Studi ini berharap dapat memberikan kontribusi untuk mengatasi masalah ini dengan mempelajari perilaku pariwisata pro-lingkungan, dengan menyelidiki faktor yang mempengaruhi perilaku niat wisatawan untuk mengurangi limbah.

Berdasarkan data pada survei terhadap 265 wisatawan di Bali, total responden 265 terdiri dari wisatawan domestik sebanyak 150 dan wisatawan internasional sebanyak 115. Rangkuman data demografi menunjukkan  bahwa partisipasi perempuan yang sangat besar sekitar (63,4%) dan laki-laki 36,6%, sedangkan berdasarkan  distribusi latar belakang pendidikan kurang lebih 48,3 persen adalah mahasiswa sarjana dan kelompok usia paling konsisten terbentuk pada usia 18-25 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku antara wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik terhadap pengurangan limbah. Selain itu, norma pribadi, nilai altruistik, tujuan, citra hijau ditemukan terkait dengan sikap wisatawan terhadap perilaku pro-lingkungan. Selain itu, norma pribadi memiliki hubungan secara langsung maupun tidak langsung pada niat untuk mengurangi pemborosan melalui Sikap. Meskipun, kami menemukan bahwa nilai altruistik, gambar hijau tujuan memiliki pengaruh positif pada Sikap, variabel-variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku niat wisatawan terhadap pengurangan limbah.

Hasil ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lain dengan minat yang sama dalam mengatasi masalah tersebut. Untuk mengatasi masalah timbulan limbah, perlu dipahami faktor-faktor yang mendasari perilaku niat pro-lingkungan. Studi ini merekomendasikan pembuat kebijakan, manajemen destinasi untuk mempromosikan perilaku pro-lingkungan khususnya dalam pengurangan limbah. Dengan melakukan itu, mempromosikan destinasi sebagai citra destinasi hijau dan nilai altruistik sebagai alat yang efektif untuk menjaga pariwisata  yang berkelanjutan. 

Penulis: Sri Gunawan

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini:

https://www.psychosocial.com/article/PR270086/14110/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).