Pentingnya Bidang Oklusal dalam Memprediksi Jaringan Lunak Wajah yang Lebih Baik pada Pasien Maloklusi Kelas II Etnis Jawa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Maloklusi Kelas II. (Sumber: Jurnal UGM)

Maloklusi skeletal Kelas II memiliki prevalensi 15% dalam populasi dunia, dan sebagian besar kasus yang dijumpai adalah Maloklusi kelas II divisi 1. Maloklusi tersebut disertai dengan perbedaan skeletal antara mandibula dan rahang atas, protrusi rahang atas, retrusi mandibula, atau kombinasi keduanya. Karakteristik maloklusi kelas II divisi 2 sering disertai dengan gigitan dalam yang parah, kecenderungan insisif sentral dan rahang bawah terhadap lingual, serta insisif lateral inklinasi rahang atas ke arah labial.

Secara umum, dalam sefalometrik, maloklusi kelas II dengan perbedaan skeletal anteroposterior memiliki karakteristik perhitungan ANB yang besar, menunjukkan hubungan yang tidak menguntungkan antara rahang atas dan rahang bawah. Perbedaan skeletal anteroposterior biasanya disertai dengan perbedaan vertikal, seperti wajah anterior yang lebih pendek.

Jaringan lunak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan maloklusi Kelas II, seperti dalam kasus maloklsui kelas II divisi 1, menyebabkan bibir atas hipotonik atau retraksi gigi rahang bawah karena bibir bawah hiperaktif. Rotasi mandibula berkaitan erat dengan bidang oklusal. Penelitian sebelumnya telah mengamati perubahan horisontal terus menerus dari bidang oklusal disertai dengan pengurangan mandibula selama pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada bidang oklusal dapat mempengaruhi pola pertumbuhan maloklusi skeletal Kelas II. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pentingnya bidang oklusal untuk memprediksi profil jaringan lunak yang lebih baik pada pasien maloklusi Kelas II etnis Jawa.

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai distribusi data dalam kelompok data atau variabel. Setelah uji normalitas dilakukan, kami menghitung rerata dan simpangan baku data. Tidak terdapat korelasi antara SNA dan sudut-Z, OCC-MP, sudut Go, sumbu Y, dan sumbu wajah, tetapi dijumpai korelasi negatif dengan OCC-SN dan OCC-FH. Terdapat korelasi positif SNB dengan sudut-Z dan korelasi negatif untuk OCC-SN dan OCC-FH. Tidak terdapat korelasi ANB dengan OCC-FH, OCC-MP, Go angle, sumbu Y, dan sumbu wajah, tetapi terdapat korelasi positif OCC-SN dan korelasi negatif dengan sudut-Z. Ada korelasi positif FMA dengan OCC-SN dan OCC-FH dan korelasi negatif dengan sudut-Z, sedangkan FMIA memiliki korelasi negatif dengan OCC-SN dan OCC-FH dan korelasi positif dengan sudut-Z. Tidak ada korelasi yang ditemukan dari IMPA dengan parameter yang telah ditentukan.

Ada korelasi positif antara OCC-SN dengan OCC-MP, Go angle, dan Y-axis, sedangkan korelasi negatif ditemukan untuk sudut-Z dan sumbu wajah, sedangkan OCC-FH tidak memiliki korelasi dengan OCC-SN, OCC-MP, dan Go angle; Namun, terdapat korelasi negatif dengan sudut-Z dan sumbu wajah, dan korelasi positif dengan sumbu-Y. Dalam OCC-MP, korelasi yang signifikan diperoleh dalam parameter OCC-FH, Go angle, sumbu Y, dan sumbu wajah. Ada korelasi negatif antara Z-angle dan OCC-SN, OCC-FH, OCC-MP, Go, dan Y-axis, dan korelasi positif dengan Z-angle (atas) dan sumbu wajah.

Pada sudut-Z, tidak ada korelasi dengan OCC-MP, tetapi ada korelasi negatif dengan OCC-SN, OCC-FH, Go angle, dan sumbu Y, dan korelasi positif dengan sudut-Z (rendah) dan sumbu wajah. Korelasi positif ditemukan antara Go angle dan OCC-SN, OCC-MP, dan Y-axis, sedangkan korelasi negatif ditemukan antara sudut-Z dan sumbu wajah. Sumbu Y memiliki korelasi dengan OCC-SN, OCC-FH, OCC-MP, dan Go, sementara ada korelasi negatif dengan sudut-Z dan sumbu wajah. Selain itu, sumbu wajah memiliki korelasi positif dengan sudut-Z dan korelasi negatif dengan OCC-SN, OCC-FH, OCC-MP, sudut Go, dan sumbu Y.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara bidang oklusal dengan profil jaringan lunak dan keseimbangan wajah pada pasien maloklusi etnis Jawa. Pasien dengan maloklusi skeletal Kelas II etnis Jawa, terdapat korelasi yang signifikan antara bidang oklusal dan sudut-Z, sehingga dapat mempengaruhi bentuk profil jaringan lunak, menyebabkan keseimbangan wajah yang terganggu.

Bidang oklusal dianggap penting dalam menentukan diagnosis ortodonti dan rencana perawatan. Kontrol yang efektif dan lebih banyak perhatian pada bidang oklusal dalam perawatan ortodonti dapat meminimalisir rotasi mandibula yang tidak menguntungkan dan mencapai profil wajah yang baik. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi pentingnya bidang oklusal setelah perawatan ortodonti untuk prognosis yang lebih baik.

Penulis: I Gusti Aju Wahju Ardani

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/abstract/10.1055/s-0040-1713331

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).