Performa Budidaya dan Profitabilitas Juvenil Ikan Kerapu Hibrid Cantang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Suka Ikan

Ikan kerapu (Epinephelus spp.) merupakan ikan yang bernilai tinggi di pasaran, terutama jika dijual dalam keadaan hidup. Karena profitabilitas ekonominya, industri ikan kerapu meningkat secara cepat pada 10 tahun terakhir dan banyak spesies secara luas telah dibudidayakan di Cina dan negara-negara Asia Tenggara. Perkembangan budidaya ikan kerapu telah meningkat pesat saat teknologi hibridisaasi menggunakan teknik pemijahan buatan (artificial spawning). Pada tahun 2006, Borneo Marine Research Institute di Sabah (Malaysia) telah berhasil mengembangkan kerapu hybrid dari betina kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan jantan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) yang di Indonesia dikenal sebagai kerapu “cantang”. Sebagai salah satu spesies kerapu utama yang dibudidayakan di Indonesia, budidaya kerapu cantang masih perlu ditingkatkan efisiensi produksinya. 

Indonesia merupakan produsen utama benih (fingerling) kerapu di Asia-Pasifik. Budidaya kerapu telah berkembang di Indonesia, seperti di pesisir Jawa Timur, Utara Bali, Selatan dan Utara Sumatera, serta area lainnya. Beberapa farm kerapu berbentuk industri yang terintegrasi dengan sistem produksi tersegmentasi. Segmentasi ini terdiri dari pembenihan, penggelondongan, dan pembesaran yang umumnya terpisah pada lokasi berbeda. Kerapu dibelihara di hatchery sampai ukuran 2-3 cm, kemudian dilanjutkan dengan penggelondongan (nursing) sammpai ukuran 7-10 cm untuk selanjutnya dibesarkan di karamba jaring apung (KJA) di laut. Penggelondongan dilakukan di bak yang ada di darat (onshore tank) untuk mencegah tingkat kematian yang tinggi. Penggelondongan biasanya satu lokasi dengan hatchery

Penggelondongan kerapu memerlukan sistem budidaya yang tepat dan efisien untuk menghasilkan performa budidaya yang optimal. Kombinasi dari poduksi yang efisien dengan performa budidaya yang baik akan menghasilkan profitabilitas ekonomi yang tinggi bagi pembudidaya yang menerapkan segmentasi produksi. Ukuran ikan pada saat awal tebar dan lamanya waktu penggelondongan merupakan faktor yang esensial yang berdampak pada efisiensi produksi. Sebagai contoh, beberapa studi mengenai pengaruh ukuran tebar pada pertumbuhan dan produksi ikan laut telah dilaporkan pada ikan kakap merah (Lutjanus guttatus) dan pike-perch (Sander lucioperca) yang memberikan informasi bahwa ukuran tebar awal yang lebih besar dan waktu pemeliharaan yang lebih lama dapat meningkatkan biaya produksi yang juga berasosiasi dengan resiko. 

Studi yang sama pada ikan kerapu hibrid cantang menunjukkan bahwa performa budidaya paling baik terjadi pada ukuran tebar awal yang lebih besar dan periode pemeliharaan yang lebih lama. Sementara itu, ukuran tebar awal yang lebih kecil dan periode pemeliharaan yang lebih cepat menunjukkan hasil profitabilitas yang lebih baik yang artinya secara ekonomi lebih menguntungkan. Rekomendasi yang mungkin bisa diaplikasikan untuk meningkatkan keuntungan budidaya kerapu pada proses penggelondongan adalah penggunakan kombinasi ukuran tebar awal 1-5 cm dengan lama pemeliharaan 30 hari.  

Penulis: Darmawan Setia Budi, S.Pi., M.Si.
Informasi lebih lengkap dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/iaj/article/view/8229/6762

Ismi, S., & Budi, D. S. (2020). Culture performance and profitability of cantang hybrid grouper (Epinephelus fuscoguttatus♀× Epinephelus lanceolatus♂) fingerlings in different initial stocking sizes and nursery periods. Indonesian Aquaculture Journal15(1): 43-49. 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).