Psikologi Keluarga Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Duta Islam

Kecelakaan merupakan masalah kesehatan yang terjadi secara signifikan di berbagai rentang kehidupan manusia. Kecelakaan terjadi secara tiba – tiba, tidak bisa diprediksi sebelumnya dan berlangsung dalam waktu yang cepat. Kecelakaan menjadi penyebab kematian dan kecatatan yang tertinggi di seluruh dunia. Di Indonesia, pada tahun 2019, terjadi peningkatan angka kecelakaan lalu lintas sebesar tiga persen dibandingkan dengan tahun lalu. Korban kecelakaan dapat mengalami masalah kesehatan mulai dari ringan, sedang, sampai berat. Berdasarkan data kepolisian, rata-rata korban kecelaakan lalu lintas yang meninggal setiap jam adalah tiga orang. 

Kecelakaan menimbulkan trauma psikologis baik bagi korban kecelakan maupun keluarga korban. Berbagai reaksi emosional bisa muncul ketika keluarga mendengar salah satu anggota keluarganya mengalami kecelakaan ataupun pada saat melihat kondisi korban. Keluarga merasa takut kehilangan korban, marah jika pada saat berada di rumah sakit korban tidak segera mendapatkan penanganan dan sedih jika korban meninggal atau ketika keluarga tidak diijinkan untuk mendampingi korban. Di dalam artikel yang berjudul “Families’ Psychological Fragility during an Emergency” dijelaskan mengenai bagaimana pengalaman keluarga korban kecelakaan lalu lintas yang dirawat di IGD (Instalasi Gawat Darurat) dalam keadaan kritis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan wawancara mendalam kepada 10 partisipan (keluarga pasien korban kecelakaan lalu lintas yang mendampingi korban pada saat di IGD yang merupakan keluarga inti korban). Dari hasil wawancara didapatkan beberapa hal terkait reaksi psikologi yang dialami oleh keluarga. Hasil penelitian dituliskan dalam tema-tema berikut “denial reaction to an accident atau reaksi menyangkal terhadap adanya kecelakaan”, “fear of losing a loved one atau takut kehilangan orang yang dicintai“, “vulnerable to fragility atau kerentanan akan terjadinya kerapuhan diri“, “givig up hope atau berserah diri“, dan “traumatic effect of accidents atau efek traumatis pasca kecelakaan”. 

Tema tersebut merupakan wujud reaksi psikologis yang dirasakan oleh keluarga ketika mendengar anggota keluarga mengalami kecelakaan dan selama mendampingi keluarga yang dirawat di IGD. Reaksi pertama yang dialami adalah denial reaction to an accident atau reaksi penyangkalan terhadap peristiwa atau kecelakan yang dialami, merasa tidak percaya bahwa anggota keluarga mengalami kecelakaan. Pada saat keluarga mendampingi pasien dan melihat kondisi korban dalam keadaan kritis, maka reaksi psikologis yang terjadi adalah takut kehilangan anggota keluarga (fear of losing a loved one), takut bahwa korban akan meninggal dunia. Ketakutan ini dirasakan karena kondisi korban yang semakin memburuk. Kondisi korban dan situasi yang ada di ruang IGD merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis, keluarga akan mengalami kerentanan untuk mengalami kerapuhan  (vulnerable to fragility) apabila keluarga tidak mampu menghadapi atau beradaptasi terhadap stressor yang dialami.

Situasi ini akan diperparah jika tidak ada dukungan baik yang berasal dari tenaga kesehatan atau anggota keluarga yang lain. Fragility atau kerapuhan yang akan dialami oleh keluarga meliputi kerapuhan terhadap kondisi fisik, psikologis dan sosial (hubungan dengan kerabat yang lain). Ketika perkembangan kondisi korban semakin memburuk maka terkadang keluarga merasa putus asa dan menyerahkan semua kepada Yang Maha Kuasa (giving up hope), pasrah dengan kemungkinan yang akan dialami oleh pasien. Kondisi yang dialami oleh keluarga selama mendampingi pasien di IGD dapat menimbulkan suatu trauma psikologis pada mereka. Terkadang, apa yang mereka alami akan mereka ingat dan menjadi suatu kejadian traumatis yang tidak ingin diingat Kembali (traumatic effect of accidents).

Dari hasil penelitian ini kita mendapatkan gambaran mengenai bagaimana kondisi psikologis kelurga pasien korban kecelakan lalu lintas terutama pada korban yang mengalami kondisi kritis. Keluarga merupakan kelompok yang rentan untuk mengalami kerapuhan atau masalah psikologis sehingga pada saat tersebut diperlukan dukungan psikososial baik dari tenaga kesehatan ataupun keluarga. Dukungan tersebut bisa menjadi salah satu hal yang dapat memperkuat mekanisme koping yang digunakan oleh keluarga dalam menghadapi situasi krisis sehingga diharapkan keluarga dapat melalui peristiwa tersebut dan tidak mengalami trauma di kemudian hari. 

Penulis: Arina Qona’ah 
Berikut link jurnal terkait tulisan di atas: https://www.psychosocial.com/article/PR270897/19263/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).