Potensi Kurkumin Nanopartikel sebagai Hepatoprotektor

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi kurkumin. (Sumber: farmasetika.com)

Belakangan ini penggunaan kurkumin sebagai obat hepatoprotektor pada pasien dengan sirosis hepatik menunjukkan tren yang meningkat bahkan telah menjadi terapi standar di beberapa rumah sakit. Kurkumin dapat menekan stres oksidatif dan mampu menghambat enzim alanin aminotransferase (ALT), aspartat aminotransferase (AST), dan laktat dehidrogenase (LDH). Selain itu, kurkumin juga memiliki aktivitas aktioksidan yang tinggi. Namun demikian kurkumin memiliki keterbatasan bioavailabilitas (ketersediaan hayati) akibat sifat kelarutannya yang rendah di dalam air, etanol, atau aseton.

Pembuatan kurkumin dalam bentuk nanopartikel diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut. Hasil penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kurkumin yang diiisikan ke dalam nanopartikel silika mesoporus (C-NSM) dapat meningkatkan bioavailabilitas. C-NSM memiliki profil pelepasan yang bagus dan kelarutan yang lebih tinggi. C-NSM memiliki mesostruktur kubikal dan porus terinterkoneksi, ukuran porus yang lebar, dan jarak difusi yang lebih pendek. Memilki gugus amin yang terfungsionalisasi, C-NSM dapat menyebabkan pelepasan kurkumin yang cepat, dalam jumlah yang lebih banyak serta secara berkelanjutan. Segala keunggulan C-NSM tersebut diduga juga mampu meningkatkankan efek hepatoprotektor kurkumin.

Pengujian efek hepatoprotektor dilakukan dengan pemberian C-NSM selama 14 hari sebelum dilakukan pemberian karbon tetraklorida  untuk menyebabkan kerusakan sel hepatik tikus yang seolah-olah menyerupai kondisi pasien sirosis hepatik. Kerusakan membran lipid sitoplasma akibat pemberian C-NSM akan menyebabkan peningkatan petanda serum hepatik seperti ALT, AST, dan ALP serta perubahan histologi berupa sel nekrotik dan degeneratif pada sel hepar tikus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa C-NSM memiliki efek hepatoprotektor yang baik. Kelompok tikus yang diberikan C-NSM memiliki nilai ALT dan AST serta jumlah sel nekrotik hepatik yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif. Namun demikian C-NSM memiliki jumlah sel nekrotik yang lebih tinggi dibandingkan kurkumin sehingga diduga NSM memiliki efek toksik pada hepar. Sebelumnya belum pernah dilaporkan adanya toksisitas NSM dalam bentuk kubikal seperti yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karenanya sebelum C-NSM dimanfaatkan sebagai hepatoprotektor, perlu dilakukan uji toksisitas NSM.

Penulis : Eka Pramhyrta Hestianah

Informasi lengkap tentang riset ini dapat diakses pada artikel di bawah ini:

https://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/index.php/3/article/view/1550

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).