Mycobacterium tuberculosis adalah penyakit infeksi yang sangat tergantung pada respon imun. Keprahan dari tuberculosis dipengaruhi oleh respon imun penderita. Menurut laporan WHO ada 22 negara yang mempunyai angka prevalensi tuberculosis tinggi, Penderita terbanyak di Asia (55%), Afrika (30%), Timur Tengah (7%), Eropa (4%) dan Amerika (3%). Jadi hampir seluruh dunia tidak terbebas dari tuberkulosis. Negara Indonesia menduduki rangking ke 5 di dunia setelah India, Cina, Afrika selatan dan Nigeria.
Usaha untuk kontrol tuberculosis dalam bentuk preventif, pencarian kasus baru dan managemen terapi sangat penting. Pengobatan yang diberikan saat ini adalah Obat Anti Tuberculosis (OAT). Pengobatan denag OAT menggunakan lebih dari satu obat atau kombinasi dari beberapa obat dan penggunaannya lama sekitar 6 bulan terapi. Kelemahanya penderita menjadi bosan, malas dan lupa dan kadang tidak ingin melanjutkan pengobatan sehingga hasilnya tuberculosis tidak sembuh dan Mycobacterium tuberculosis menjadi resisten dan berbahaya sebagai sumber penularan.
Masalah pengobatan tuberculosis masih sangat komplek, dan panjangnya waktu pengobatan, kombinasi dari OAT dapat juga menyebabkan resisten. Beberapa peneliti menggunakan immunomodulator sebagai tambahan terapi. Secara umum, imunomodulator hanya mempengaruhi salah satu aspek pada respons imun yang kompleks sehingga kurang mampu membangkitkan berbagai respons imun untuk mengeliminasi bakteri. Disamping immunomodulator harganya mahal dan mempunyai efek samping seperti kelelahan, flu like syndrome, nafsu makan turun, kehilangan fertilitas, supresi sumsum tulang, depresi hingga bunuh diri, autoimun dan trombositopeni.
Untuk alasan ini penggunaan cytokine sebagai immunomodulator untuk pencegahan tuberculosis belum pernah diberikan. Sehinggga perlu mencari material immunomodulator yang cocok untuk infeksi tuberculosis. Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional, dimana pengobatan komplementer dan alternatif berdampingan sejajar dengan kedokteran Barat.
Daun ungu (Graptophyllum pictum) adalah satu tanaman obat tradisional Indonesia. Daun ungu masuk dalam daftar dari 66 komoditi tanaman biopharmaceutical dengan surat keputusan ketetapan Menteri Pertanian No 511/KPts?PD 310,92006. Orang Indonesia menggunakan tanaman ini untuk penyembuhan bengkak, luka bakar, wasir dan melancarkan menstruasi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ungu mempunyai efek antibakterial dan aktivitas antibaterial terhadap Mycobacterium tuberculosis H37Rv in vitro, mempunyai efek antiradang, immunomodulator pada fungsi fagositosis dan pembentukan immunoglobulin M dan TNF α pada mencit.
Keamanan dari daun ungu telah diteliti oleh beberapa peneliti melalui uji toksisitas akut dan subkronik. Hasilnya menunjukkan ekstrak etanol daun ungu mempunyai nilai toksisitas yang rendah pada mencit tetapi perlu diteliti lagi untuk pemakaian jangka Panjang. Melalui penelitian toksisitas subkronik pemberian ekstrak daun ungu dinyatakan aman dan mampu meningkatkan daya hidup dari mencit.
Berdasarkan data tentang kemampuan yang dimiliki daun ungu terhadap aktivitas fitofarmaka serta melihat penggunaannya yang lama di masyarakat tanpa menimbulkan efek samping maka penelitian dilanjutkan untuk mengetahui efek ekstrak daun ungu terhadap ekspresi IFN γ pada paru mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Hasilnya menunjukkan bahwa ektrak daun ungu dapat meningkatkan ekspresi IFN-γ. Peningkatan ekspresi IFN-γ meningkat seiring dengan peningkatan dosis ektrak daun ungu yang diberikan dan tampak nyata perbedaannya antara kelompok yang hanya diinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan dengan kelompok yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan diberikan ektrak daun ungu.
Meningkatnya ekspresi IFN-γ pada mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis dikarenakan adanya ligan dari Mycobacterium tuberculosis yaitu Lipoarabinomannan (LAM). LAM berikatan dengan reseptor pada permukaan alveolar makrofag terutama Toll Like Receptor-2 (TLR-2). TLR-2 berikatan dengan Cluster of Differentiation-14 (CD-14) untuk mengenali LAM. Ikatan atau pengenalan TLR-2 dengan komponen dari Mycobacterium tuberculosis (LAM) mengakibatkan terbentuknya signal untuk mengaktifkan sel imun atau memproduksi sitokin.
Aktivasi melalui TLR-2 menghasilkan perekrutan adaptor sitoplasmik MyD88. Selanjutnya MyD88 berinteraksi dengan IRAK 1 (IL 1-receptor assosiated kinases-1) dan meneruskan signal-nya ke TRAF 6. TRAF 6 (TNF receptor assosiated factor 6 ) menginduksi kompleks protein kinase, sehingga terjadi fosforilasi IKK yang mengaktivasi faktor transkripsi NF-kB. IKK yang memfosforilasi IkB menyebabkan terjadinya pelepasan NF-kB sehingga masuk ke nukleus dan menjadi aktivator trankripsi gen untuk mensekresi sitokin melalui jalur proinflamasi. Meningkatnya ekspresi NF-kB menyebabkan peningkatan ekspresi sitokin pro inflamasi, salah satunya adalah IFN-γ.
Peningkatan ekspresi IFN-γ juga terjadi karena pemberian ekstrak daun ungu karena efek flavonoid yang terkandung dalam daun ungu yaitu flavonol quercetin, kaempherol dan myrecetin. Diketahui bahwa kaempherol adalah senyawa yang mampu berikatan dengan reseptor estrogen (ER). Makrofag mempunyai reseptor estrogen sehingga pemberian ektrak daun ungu akan terjadi ikatan antara kaempherol dengan reseptor estrogen di permukaan sel makrofag. Ikatan tersebut mengakibatkan terjadinya hantaran sinyal intra seluler. Sinyal tersebut dimulai dengan meningkatnya aktivitas IkB yang terikat pada NF-kB. Hal ini mengakibatkan degradasi dan fosforilasi IkB meningkat dan translokasi NF-kB ke dalam inti juga meningkat. NF-kB akan mempengaruhi Naive T sel untuk meningkatkan produksi sitokin proinflamasi IFN-γ . Quercetin mempunyai efek imunomodulasi pada sel T dengan meningkatkan ekspresi IFN-γ dan menurunkan ekspresi sitokin IL-4 pada Pheripheral Blood Mononuclear Cells (PBMC). Peningkatan konsentrasi quercetin akan diikuti dengan peningkatan ekspresi IFN-γ.
IFN-γ merupakan sitokin yang penting untuk pertahanan terhadap infeksi mikobakteria. IFN-γ release assay (IGRA) telah disetujui sebagai alat bantu dalam mendiagnosis infeksi Mycobacterium tuberculosis. Pada individu dengan level IFN-γ yang rendah menunjukkan kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis karena IFN-γ merupakan mediator utama untuk mengaktivasi makrofag terhadap patogen intraseluler. Kekurangan IFN-γ akan gagal untuk menjaga kekebalan proteksi terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Penulis: Lilik Maslachah
Informasi detail dari publikasi hasil penelitian ini dapat dilihat pada link :