Terapi Platelet-Rich Plasma untuk Kerusakan Saraf Tepi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Terapi Platelet-Rich Plasma. (Sumber: Ultimo Clinic)

Diperkirakan 37,6 juta orang menderita nyeri neuropatik pada tahun 2005 dan diperkirakan bahwa prevalensi akan meningkat menjadi 39,1 juta orang pada tahun 2011. Beberapa bentuk dari nyeri neuropatik di orofasial seperti trigeminal neuralgia dan glossopharyngeal neuralgia, postherpetic neuralgia serta neuropatik perifer (akibat keganasan dan diabetes melitus). Neuroregenerasi diperlukan untuk terapi nyeri neuropatik, karena nyeri ini timbul diakibatkan dari kerusakan jaringan saraf. Neuroregenerasi atau perbaikan jaringan saraf merupakan pertumbuhan kembali atau kesembuhan dari jaringan saraf, sel, atau produk dari sel. Mekanisme yang terjadi adalah pembentukan ulang bagian – bagian saraf seperti mielin dan regenerasi akson.

Farmakoterapi untuk nyeri neuropatik memiliki keterbatasan dan umumnya digunakan terapi simtomatis untuk mengurangi keluhan nyerinya dengan menggunakan NSAID dan opioid 6. Sehingga terapi baru untuk meregenerasi jaringan saraf pada terapi nyeri neuropatik sangat diperlukan. Salah satu terapi lain yang dapat digunakan untuk terapi pengobatan nyeri neuropatik adalah Platelet rich plasma (PRP).

Penelitian ini telah mendapatkan ijin penelitian dan telah sesuai dengan etik penelitian yang disetujui oleh komisi etik penelitian Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga. PRP yang digunakan adalah alogenik, berasal dari spesies tikus Wistar, dibuat dalam bentuk freezed dried agar mudah dalam penyimpanan dan aplikasi kapan saja, karena freezed dried platelet rich plasma (FD-PRP). Alogenik PRP dengan sediaan freezed dried memiliki potensi yang sama pada kondisi fresh autologous PRP dan tidak menimbulkan respon hipersensitivitas imunologis pada penelitian hewan coba kelinci, dibuktikan dengan tidak ada peningkatan respon imun humoral (imunoglobulin M/Ig M) setelah penyuntikan FD-PRP bentuk cairan, namun tetap memiliki fungsi meningkatkan TGF β1 seperti fresh PRP.

Cedera saraf yang dilakukan pada hewan cba sebagai model nyeri neuropatik. Perlakuan tersebut menyebabkan adanya kerusakan jaringan sara tepi. Segera setelah terjadi cidera pada saraf tepi, akan disusul dengan proses degenerasi pada ujung saraf. Perubahan histologis terutama melibatkan fragmentasi fisik dari akson dan myelin.

Neuroregenerasi atau perbaikan jaringan saraf merupakan pertumbuhan kembali atau kesembuhan dari jaringan saraf, sel, atau produk dari sel. Ujung akson muncul dari ujung proksimal dan berkembang hingga ke bagian distalnya. Perkembangannya diatur oleh faktor kemotaktis yang disekresi oleh sel Schwann. Salah satu parameter neuroregenerasi yang dapat dilihat dari penelitian ini adalah ketebalan mielin yang terbentuk dengan dosis tunggal atau dosis berulang selama 14 hari dan 21 hari.

Ketebalan mielin yang diukur terjadi karena pemberian PRP. Mielin terbentuk karena adanya rangsangan dari faktor neurotrophin yang dikeluarkan oleh sel schwan, sehingga untuk mengetahui adanya neuroregenerasi dilihat jumlah sel schwann pada setiap kelompok perlakuan karena PRP dapat meningkatkan proliferasi sel Schwann dan diferensiasi beberapa faktor neurotropik. Sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pemberian PRP dapat  meningkatkan  remyelinisasi akson pada neuroregenerasi. Pemberian PRP dosis tunggal selama 21 hari menunjukkan dosis yang paling efektif untuk neuroregenerasi.

Penulis : Saka Winias

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.sysrevpharm.org/fulltext/196-1591496467.pdf?1593189040

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).