Peran Reseptor Immunoregulator sebagai Alternatif Terapi Interstitial Lung Diseases

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Interstitial Lung Diseases. (Sumber: Hello Sehat)

Imunologi saat ini menjadi salah satu tema yang banyak dijadikan bahan diskusi. Infeksi virus corona SARS-CoV-2 adalah penyebab infeksi Covid-19. Pasien yang terinfeksi virus ini bisa mengalami badai sitokin. Reaksi ini sebenarnya merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh tapi justru menjadi penyebab terjadinya cedera paru akut. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada banyak hal yang belum diketahui dari reaksi imunitas pada manusia. Imunoregulasi imunitas menjadi hal yang menarik.

Konsep imunoregulasi imun merupakan dasar utama pengaturan imunitas yang terdiri dari sistem struktur pengenalan yang mengatur spesifisitas antigen dari respons imun dan sistem interkoneksi yang terlibat dalam pengaturan respons imun secara keseluruhan. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak data eksperimental menunjukkan bahwa perubahan mekanisme imunoregulasi terlibat dalam patogenesis berbagai penyakit seperti imunodefisiensi, neoplasma, penyakit infeksi, atopic, dan gangguan autoimun.

Reseptor immunoregulator

Sistem imunitas bawaan dan adaptif saling berhubungan satu sama lain untuk memproteksi tubuh manusia. Kekebalan alami merupakan sistem pertahanan yang berevolusi dan mencakup hampir semua jaringan. Selain itu, sel-sel imunitas alami/bawaan seperti netrofil, monosit/makrofag, dan sel natural killer (NK) mempunyai kemampuan menghancurkan beragam pathogen berbahaya. Salah satu di antaranya adalah sistem pattern recognition receptors (PRR) yang mengidentifikasi ancaman eksogen atau stres endogen melalui reseptor khusus. Secara umum, respons ini dikontrol oleh tipe-reseptor imunoregulator yang menerjemahkan rangsangan ekstraseluler ke jaringan pensinyalan intraseluler yang kompleks dan unik.

Bergantung pada tipe sel imun dan reseptor spesifik/adaptif yang diaktifkan, kaskade pensinyalan imunoregulasi memicu degranulasi, fagositosis, sitotoksisitas, serta produksi molekul bioaktif. Struktur reseptor imunoregulasi terdiri atas (1) domain ekstraseluler yang mampu mengenali target serta, (2) bagian transmembrane, dan (3) sebuah ekor atau tail di dalam sitoplasma yang memfasilitasi transmisi dari target ke respons efektor bawaan.

Secara spesifik, proses ini pensinyalan biokimia terjadi melalui molekul berbasis tirosin. Reseptor imunoregulator dikategorikan sebagai stimulator atau inhibitor berdasarkan keterlibatannya dengan jaringan pensinyalan intraseluler yang unik. Reseptor ini bisa berupa sebuah immmunoreceptor tyrosine-based activation motif (ITAM) dan/atau immunoreceptor tyrosine-based inhibition motif (ITIM). C-type lectin-like receptors (CTLRs) merupakan salah satu jenis PRR yang bekerja berdasarkan sistem immunoregulator.

Penyakit interstitial lung diseases

Penyakit paru interstisial atau interstitial lung diseases (ILD) merupakan kelompok besar penyakit paru yang cukup heterogen. Keragaman ini terutama disebabkan oleh faktor penyebab, perjalanan penyakit, gejala klinis hingga terapi. Meskipun begitu, banyak penyakit ILD yang masih belum diketahui secara pasti etiologinya.

ILD merupakan penyakit paru dengan sejumlah kelainan klinis yang mempengaruhi struktur alveolar, interstisial paru, dan saluran udara kecil/bronkus dan bronkiolus. Fibrosis yang progresif menjadi gambaran patologi utama yang didapatkan pada hampir semua penyakit ILD.

Penegakan diagnosis yang relatif tidak mudah ditambah data penyakit yang belum banyak menjadi penyebab penyakit ini sering dilupakan. Diperkirakan seperlima dari masalah paru dan sistem pernapasan yang ditemui dalam praktik pengobatan paru merupakan kasus-kasus penyakit ILD.

CTLR sebagai target terapi ILD 

Dectin-1 merupakan salah satu jenis CTLR yang diekspresikan oleh banyak sel imun seperti makrofag, limfosit, sel NK, dan monosit. Reseptor ini akan mengenali molekul b-glucans yang diproduksi oleh jamur, bakteri, ragi, dan beberapa tumbuhan. Studi membuktikan bahwa Dectin-1 akan mengaktifkan respons inflamasi melalui beragam pensinyalan. Aktivasi interleukin-17 (IL-17), tumor necrosis factor-a (TNF-a), dan IL-1b adalah sebagian mediator proinflamasi yang diproduksi oleh aktivasi Dectin-1.

IL-1b merupakan mediator profibrosis yang berperan penting dalam pathogenesis ILD. IL-17 juga berperan penting dalam beberapa penyakit kronis yang berujung pada kerusakan organ diikuti oleh gangguan penyembuhan luka hingga akhirnya muncul fibrosis. Selain itu, secara umum Dectin-1 terlibat dalam pathogenesis dalam banyak penyakit ILD seperti idiopathic pulmonary fibrosis (IPF), autoimmune ILDs, sarcoidosis, dan chronic hypersensitivity pneumonitis (HP).

Ringkasnya, Dectin-1 sebagai salah satu CTLR merupakan salah satu target potensial dalam diagnosis, terapi, dan evaluasi penyakit ILD. Pembahasan lebih lengkap bisa dibaca dalam artikel kami dengan mengakses tautan berikut.

https://www.mdpi.com/1422-0067/21/10/3665

Penulis: Wiwin Is Effendi

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).