Pendekatan Bedah Transoral Terhadap Tumor Fibrosa Soliter

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh gaya tempo co

Solitary fibrous tumors (SFT) adalah neoplasma sel spindle yang berasal dari mesenkimal. Tumor ini dapat ditemukan di area ekstrapleural, termasuk peritoneum, mediastinum, orbit, ruang parapharyngeal fossa infratemporal, saluran pernapasan bagian atas dan hidung, kelenjar ludah dan kelenjar tiroid dan rongga mulut. Angka kejadian SFT pada rongga mulut adalah sekitar 3%. Kelainan ini memiliki gambaran klinis berupa pembengkakan tanpa rasa sakit, beberapa di antaranya dapat menimbulkan gejala kompresi. Diagnosis bandingnya adalah lipoma, adenoma pleomorfik, schwannoma, fibrous histiocytomas, tumor kelenjar jinak dan kista dermoid. Seorang wanita berusia 25 tahun datang ke Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Rumah Sakit Universitas Airlangga, Surabaya dengan keluhan utama benjolan tanpa rasa sakit di pipi kiri sejak sembilan bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluh sakit gigi atau mati rasa dan tidak memiliki riwayat kesehatan yang buruk. Pemeriksaan rongga mulut menunjukkan adanya asimetri sisi kiri wajah tanpa disertai kemerahan. Palpasi menunjukkan adanya massa  dengan diameter 4 cm, teraba padat, dapat digerakkan, dan tidak lunak terletak di area bukal dan meluas ke area malar kiri di bawah lengkung zigomatikum. Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya tonjolan di mukosa bukal kiri, sementara palpasi mengkonfirmasi adanya massa yang jelas, tegas dan tidak lunak yang terletak jauh di area bukal.

Pemeriksaan orthopantomogram awal menunjukkan tidak ada kerusakan mandibula dan rahang atas. Ultrasonografi (USG) dari pipi kiri menunjukkan adanya massa padat hypoechoid yang terdemarkasi dengan baik berukuran 2,6×2 cm yang terletak di atau tumpang tindih dengan kelenjar parotis kiri. CT scan kepala dan leher dengan kontras mendeteksi tumor jaringan lunak yang berkembang 2,69×3,73×4,0 cm di region bukal kiri yang menghasilkan lekukan dan saucerisasi dinding sinus maksilaris posterior kiri, pterigoid medial , masseter dan otot temporal kiri yang diduga sebagai massa jaringan yang tumbuh lambat. Tumor berasal dari ruang bukal dan meluas ke ruang temporal. Massa diberi nutriasi oleh cabang-cabang arteri bukal kiri. Struktur tulangnya normal.

Pemeriksaan fine needle aspiration biopsy (FNAB) menunjukkan area hiposeluler yang terdiri dari distribusi luas eritrosit dengan sejumlah histiosit sel inflamasi dan neutrofil, tetapi tidak ada tanda-tanda keganasan. Biopsi insisional pada bukal kiri yang memperlihatkan jaringan dengan profil fibroblast lebar, sangat mirip dengan fibroma. Setelah mendapatkan persetujuan pasien, dilakukan biopsi eksisional menggunakan pendekatan transoral dilakukan dengan anestesi umum. Spesimen tumor seberat lima gram. Secara mikroskopik terdiri dari proliferasi fibroblast dengan inti gelendong dan datar yang tersusun tidak beraturan di dalam matriks kolagen, selain itu juga ditemukan adanya pembuluh darah yang dilatasi. Berdasarkan gambaran tersebut maka tumor dapat didiagnosis sebagai tumor fibrosa padat.

SFT adalah neoplasma mesenchymal langka yang umumnya ditemukan pada jaringan lunak. Meskipun sebagian besar muncul di pleura parietal atau visceral atau peritoneum, SFT juga ditemukan di mediastinum, paru-paru, hati, payudara, retroperitoneum, tulang belakang, meninges, dan daerah kepala dan leher ekstrakranial. Gejalanya tergantung pada lokasi dan kedalaman tumor. Biasanya tumbuh lambat dan tanpa gejala dengan kulit dan mukosa normal di atasnya. Terdapat aktivitas imun untuk CD34, bcl-2, CD-44, CD99 dan Vimentin. Sedangkan keratin, EMA, S-100, desmin, actin otot polos dan otot spesifik, memiliki hasil negatif. Indikator tersebut juga berperan dalam diagnosis SFT. Meskipun tidak patognomonik, homogen atau heterogen, peningkatan yang ukuran massa secara perlahan merupakan salah satu ciri SFT yang tampak pada CT dan pencitraan MR. Karakteristik ini dikaitkan dengan temuan tumor yang tervaskularisasi. Pada lesi yang besar, remodeling dari tulang-tulang yang berdekatan berlangsung lama. Apabila ditemukan kerusakan tulang, maka lesi dapat dicurigai sebagai tumor ganas.

SFT ekstrapleural hampir selalu jinak dan sembuh dengan cara eksisi bedah sederhana. SFT yang terletak di ruang bukal, dapat meluas ke ruang infratemporal  dan dirawat dengan biopsi eksisi menggunakan pendekatan transoral yang relatif cepat dan mudah dengan sedikit komplikasi. Pertimbangan utama mengenai sayatan wajah adalah estetika. Keuntungan utama dari pendekatan transoral adalah untuk menyembunyikan bekas luka intraoral. Pertimbangan kedua untuk sayatan wajah adalah lokasi otot dan saraf yang mengendalikan ekspresi wajah (N. VII) yang dapat trauma jika luka terjadi di sekitar mereka. Hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan, selain bentuk kosmetik yang parah tetapi juga dapat memiliki konsekuensi fungsional yang signifikan. Struktur anatomi vital lainnya, seperti kelenjar parotis, mungkin juga perlu dipertimbangkan.

Penulis: Andra Rizqiawan, Anindita Zahratur-Rasyida, Indra Mulyawan

Link terkait tulisan di atas: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31976050/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).