Instrumen Valid dan Reliabel untuk Menilai Gejala Pasien Gagal Jantung

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi gagal jantung. (Sumber: Alodokter)

Masih bingung dengan gejala yang dirasakan pasien gagal jantung? Sekarang tentu tidak lagi, karena ada instrumen yang valid dan reliabel mengukur gejala yang dirasakan pasien gagal jantung. Instrumen ini adalah Heart Failure Somatic Perception Scale (HFSPS) v.3 yang telah di-Bahasa Indonesia-kan.

Gagal jantung merupakan penyakit kronis yang mengganggu fungsi tubuh karena adanya penurunan kapasitas pemompaan jantung. Sebagaimana kita ketahui bersama, jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Jika kapasitas pemompaannya berkurang, maka aliran darah yang tersalurkan ke seluruh tubuh juga akan menurun. Hal ini menyebabkan metabolisme di dalam tubuh terganggu. Penderita gagal jantung di Indonesia cukup banyak. Berdasarkan data Riskesdas Kemenkes RI tahun 2013, sejumlah 530.086 (0,3%) orang di Indonesia mengalami gejala gagal jantung.

Sayangnya, pasien seringkali merasakan dan melaporkan gejala yang bervariasi. Hal ini cukup menyulitkan bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi dan memastikan gejala tersebut apakah benar merupakan tanda dan gejala dari gagal jantung. Padahal pengkajian dan identifikasi awal yang tepat menggunakan instrumen yang berkualitas dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas pasien sejak awal.

Beberapa instrumen telah dikembangkan untuk mengevaluasi gejala gagal jantung. Namun beberapa instrumen tersebut memiliki kelemahan. Seringkali instrumen yang ada tidak mengkaji gejala awal keadaan dekompensasi yang terjadi pada pasien gagal jantung atau hanya mengkaji gejala utamanya saja (misal. dispnea -sesak) dengan satu item pertanyaan.

Selain itu, kadangkala pengkajian gejala gagal jantung dilakukan beberapa investigator menggunakan instrumen kualitas hidup yang tidak berfokus pada hambatan atau persepsi tanda dan gejala, namun pada efek gejala atau penatalaksanaan gagal jantung terhadap kualitas hidup individu. Instrumen pengkajian gejala gagal jantung yang kuat harus mampu mengkaji tanda utama, indikator awal, dan gejala halus dari keadaan dekompensasi yang akan terjadi secara luas dan kompleks.

Heart Failure Somatic Perception Scale (HFSPS) v.3 merupakan salah satu kuesioner yang paling banyak digunakan mengkaji gejala fisik pasien gagal jantung. Instrumen ini terdiri dari 18 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Corrine Y. Jurgens dari Teori Lenz’s tentang Unpleasant Symptoms. Instrumen ini merefekleksikan 5 kriteria yang diajukan oleh Lee dan Moser untuk mengevaluasi instrumen gejala, meliputi: komprehensivitas, kesederhanaan, tidak membebani saat melakukan pengisian, psikometrik memadai, dan informatif.

Evaluasi psikometrik dari instrumen ini telah dilakukan pada populasi pasien gagal jantung di Amerika dan Eropa serta dinyatakan valid dan reliabel. Namun, untuk digunakan lebih lanjut di Indonesia, perlu studi validitas dan reliabilitas lebih lanjut, apakah mendukung atau tidak untuk populasi gagal jantung di Indonesia. Hasil studi pada bulan Juni hingga Desember 2019 di dua rumah sakit milik pemerintah daerah di Jawa Timur telah mengonfirmasi bahwa instrumen HSFPS v.3 yang berbahasa Indonesia valid dan reliabel untuk mengkaji gejala gagal jantung pada populasi penderita gagal jantung di Indonesia.

Studi yang dilakukan melalui 2 tahap, yaitu tahap adaptasi kuesioner dan studi potong lintang pada 152 pasien gagal jantung, menghasilkan nilai yang valid pada seluruh item pertanyaan dan korelasi positif yang kuat jika dihubungkan dengan kuesioner kualitas hidup spesifik penyakit gagal jantung (Minnesota Living with Heart Failure Questionnaire) berbahasa Indonesia pada domain fisik. Hal ini sesuai dengan keadaan alamiah dari penyakit, dimana perbaikan gejala fisik gagal jantung menunjukkan fase kompensasi pasien terhadap penyakit. Sebaliknya, perburukan gejala fisik menunjukkan fase dekompensasi.

Selain itu, hasil studi tersebut juga mengonfirmasi bahwa kuesioner HFSPS v.3 reliabel dengan nilai Cronbach α sebesar 0,813 untuk total item kuesioner. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang meninjukkan nilai Cronbach α ≥ 0,75 pada populasi penderita gagal jantung di Eropa.

Instrumen ini dapat digunakan baik dalam seting tatanan rawat jalan maupun rawat inap. Kuesioner yang cukup ringkas namun memiliki cakupan yang luas ini hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 7 menit untuk mengisinya sehingga tidak membebani pasien. Mengapa kita harus mengevaluasi gejala gagal jantung pasien? Hal ini dikarenakan perbaikan gejala gagal jantung berhubungan dengan perbaikan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan selama 12 bulan. Perbaikan kualitas hidup tersebut dalam jangka pendek maupun panjang penting untuk mengurangi frekuensi masuk kembali ke rumah sakit dan tingkat mortalitas.

Dengan demikian penggunaan instrumen yang valid dan reliabel ini dalam perawatan pasien dengan gagal jantung penting untuk memprediksi morbiditas dan mortalitas pasien.

Info lebih lanjut dapat dibuka pada judul artikel berikut:

“Validity and Reliability Studies of the Indonesian Version of Heart Failure Somatic Perception Scale (HFSPS) Questionnaire” yang abstraknya dapat dilihat pada link berikut: https://www.psychosocial.com/article/PR270924/19325/.

Penulis: Fanni Okviasanti

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).