Mencari Tingkat Salinitas Terbaik untuk Budidaya Ikan Lele yang Lebih Optimal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh agrikompleks.my.id

Ikan lele (Clarias sp.) Adalah ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di hampir seluruh Indonesia. Karena ikan lele merupakan komoditas penting, dan memiliki prospek pasar yang baik. Beberapa manfaat ikan lele adalah memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi, nilai ekonomi, pertumbuhan yang cepat dan perawatan yang mudah. Salah satu masalah bagi pembudidaya ikan lele yaitu tidak semua wilayah memiliki sumber daya air tawar yang baik. Seperti halnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di tengah laut lepas yang merupakan wilayah dengan sumber daya air tawar yang minim. Oleh sebab itu, sumber daya air di wilayah tersebut umumnya berkualitas buruk lantaran air tanahnya asin atau payau.

Kondisi air tanah yang asin atau payau, erat kaitannya dengan salinitas. Salinitas adalah salah satu parameter kualitas air yang secara langsung mempengaruhi metabolisme ikan, terutama proses osmoregulasi. Sehingga dengan memberikan perlakuan salinitas yang berbeda pada kegiatan budidaya, hal tersebut diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan rasio konversi pakan (FCR) pada ikan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menemukan sebuah solusi terkait permasalahan krisis air tawar yang layak untuk kegiatan budidaya ikan lele. Dengan menggunakan ikan lele berukuran 7-9 cm, penelitian ini menetapkan empat perlakuan dengan merubah kadar salinitas pada air budidaya. Antara lain: salinitas 0 ppt (P0), 3 ppt (P1), 6 ppt (P2) dan 9 ppt (P3).

Hasil penelitian terkait tingkat pertumbuhan pada ikan lele yang diberi perlakuan dengan salinitas berbeda menunjukkan perbedaan atau pengaruh yang signifikan. Selama 30 hari, laju pertumbuhan pada P0 rata-rata sebesar 2,524 gram; P1 sebesar 1,572 gram; P2 sebesar 1,783 gram dan P3 sebesar 3,085 gram. Tingkat pertumbuhan adalah peningkatan panjang dan berat ikan dalam waktu tertentu. Pertumbuhan ikan akan terjadi ketika ada energi berlebih dari protein pakan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan aktivitas tubuh yang digunakan untuk pertumbuhan. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada P3. Lebih tingginya kadar salinitas yang terkandung pada P3 (9 ppt) menyebabkan ikan lebih aktif dan proses osmoregulasi terus terjadi pada tubuh ikan. Sehingga kecendurungan ikan untuk aktif dapat mengembalikan energi untuk makan kembali dan menyesuaikan lingkungan, serta proses fisiologis dalam tubuh ikan dapat bekerja secara normal kembali.

Terkait uji kelangsungan hidup pada ikan, perlakuan salinitas yang berbeda tidak berpengaruh terhadap hal tersebut. Sebab data yang dihasilkan menunjukan nilai 100% secara keseluruhan. Menurut Muhammad (2006), bahwa ikan lele merupakan ikan stenohaline, yang merupakan organisme dengan kemampuan tingkat adaptasi yang tinggi terhadap salinitas, sehingga daya tahan ikan lebih kuat dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup yang lebih optimal.


Lalu untuk rasio konversi pakan (FCR) yang merupakan rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan dengan pertambahan bobot ikan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian selama 30 hari pemeliharaan, dihasilkan data rata-rata FCR untuk P0 sebeaar 0,891; P1 sebesar 1,142; P2 sebesar 1,074 dan P3 sebesar 0,765. Semakin rendah nilai rasio konversi pakan, maka hasil tersebut merupakan hasil yang terbaik untuk kegiatan budidaya secara komersil, sebab pakan yang dibutuhkan ikan lebih rendah namun pertumbuhan ikan yang dihasilkan lebih optimal. Nilai rasio konversi pakan terendah dihasilkan perlakuan P3 (9 ppt). Salinitas dibutuhkan oleh ikan untuk mengatur keseimbangan cairan yang dapat merangsang pertumbuhan lebih cepat. Energi yang berasal dari makanan dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan pertumbuhan ikan, sehingga proses fisiologis berjalan normal. Sedaangkan untuk Rasio konversi pakan tertinggi adalah perlakuan P1 (3ppt) dan P2 (6ppt). Konversi pakan yang tinggi disebabkan oleh adanya pakan yang tidak tercerna atau jenis pakan yang kurang disukai. Sehingga hal tersebut menyebabkan nilai amonia yang tinggi di perairan dan cenderung membuat ikan lele tidak dapat memanfaatkan pakan dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengaruh salinitas yang berbeda (0ppt, 3ppt, 6ppt, 9ppt) dapat mempengaruhi laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan rasio konversi pakan pada ikan lele. Hasil tingkat pertumbuhan tertinggi ditemukan pada perlakuan P3 (9ppt), yaitu 3,085 gram. Hasil nilai kelangsungan hidup yang diperoleh pada semua perlakuan adalah 100%. Dan hasil rasio konversi pakan terendah ditemukan pada perlakuan P3 (9ppt) sebesar 0,765.


Penulis: Prayogo

Referensi: Prananingtyas D, Prayogo dan B.S Rahardja. Effect of Different Salinity Level within Water Against Growth Rate, Survival Rate (FCR) of Catfish (Clarias sp.). IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 236 (2019) 012035.

doi:10.1088/1755-1315/236/1/012035

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).