Sukses Kembangkan Vaksin, Satria Jadi Tim Pembuatan Pedoman TB MDR WHO di Eropa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Satria Arief Prabowo PhD (Foto : Istimewa)

UNAIR NEWS – Indonesia merupakan negara terbesar ke-3 dengan jumlah penderita Tuberkulosis (TB) terbanyak di dunia. Sebagai dokter dan peneliti, Dr. H. Satria Arief Prabowo, MD, PhD atau yang karuib disapa Satria merasa bertanggung jawab untuk berkontribusi dalam memberikan solusi.

Salah satu solusi yang diupayakan oleh Satria adalah pengembangan vaksin terapeutik bagi penderita TB. Kemudian, pada tahun 2019, Satria juga dipercaya menjadi tim penyusun guideline atau pedoman WHO untuk penanganan Tuberkulosis Resisten-Obat (TB MDR) pada anak-anak dan remaja di wilayah Eropa. Buku tersebut telah dipublikasikan pada tahun 2019 dan dapat di akses di website WHO.

“Keikutsertaan saya pada tim penyusun buku pedoman tersebut turut mempertimbangkan pengalaman saya selama beberapa tahun terakhir di bidang ini,” ucap Satria.

Selain mengembangkan vaksin, Satria juga berkesempatan untuk menyampaikan hasil ristenya di berbagai kongres internasional bergengsi. Di antaranya adalah kongres European Society for Paediatric Infectious Diseases (ESPID) di Madrid, Spanyol (Mei 2017) dan Ljubljana, Slovenia (Mei 2019), World Global Forum for Tuberculosis Vaccines di New Delhi, India (Februari 2018), World Conference of the International Union against Tuberculosis and Lung Diseases (IUATLD) di Liverpool, Inggris (Oktober 2016-17), dan Keystone Symposia: New Approaches to Vaccines for Human and Veterinary Tropical Diseases di Cape Town, South Africa (Mei 2016).

Ketika memperentasikan hasil riset di IUATLD, Satria menyempatkan diri untuk menelfon kedua orangtuanya yang ada di Surabaya untuk meminta doa restu beberapa saat sebelum presentasi. Dukungan merekalah yang kemudian membuatnya percaya diri dan dapat tampil maksimal di acara bergengsi tersebut.

“Dukungan orangtualah yang membuat saya percaya diri dan dapat tampil maksimal ketika mempresentasikan hasil riset saya,” lanjtunya.

Saat ini Satria masih melanjutkan risetnya untuk pengembangan vaksinasi terapeutik bagi penderita Tuberkulosis (TB) sebagai research fellow di LSHTM, Inggris. Riset itu dimulai pada tahun 2014 saat memulai program Doktoral dan masih dilanjutkan Satria setelah menyelesaikan PhD hingga saat ini. Riset tersebut dikerjakan dengan bekerja sama dengan Immunitor Inc. dan Archivel Farma, S.L. yang merupakan lembaga pengembangan vaksin non-profit di Eropa.

Telah Keliling 51 Negara

Satria bersyukur, di usianya saat ini ia telah berkeliling di 51 negara-negara di dunia dalam rangka riset. Menurutnya, terlibat dalam riset kolaboratif mancanegara memberikan manfaat baginya, terutama membuatnya berkesempatan untuk berinteraksi dengan banyak peneliti dari berbagai institusi di dunia. Baik dalam rangka presentasi hasil riset di kongres internasional, menghadiri pertemuan untuk kolaborasi riset, mengunjungi beberapa institut, serta menjalin relasi dengan sejawat peneliti di Eropa dan dunia.

Satria percaya bahwa setiap orang memiliki peran dan panggilan hidup masing-masing selama hidup di dunia. Untuk itu, kepada para mahasiswa UNAIR, Satria menyarankan agar dapat menemukan passion dan keahlian dalam bidang yang dicintai sedini mungkin.

Dia menambahkan, mahasiswa perlu menyiapkan diri untuk senantiasa mau bekerja keras dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan. Ketika sudah berusaha dan berikhtiar secara maksimal, maka selebihnya adalah menyerahkan diri atau tawakal kepada Allah SWT sebagai Sang Pencipta.

Man Jadda Wa Jadda (Barang siapa bersungguh sungguh pasti akan berhasil, red),” pungkas Satria. (*)

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).