Bahaya Formaldehid di Laboratorium Anatomi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi laboratorium anatomi. (Sumber: Laboratories UII)

Salah satu tempat kerja yang cukup berisiko yaitu laboratorium yang sering dijumpai pada perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa dan industri. Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja berupa bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi. Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan menerapkan manajemen risiko untuk menciptakan proses melakukan kerja secara aman dan kondisi lingkungan kerja yang aman dan nyaman.

Manajemen risiko di tempat kerja dapat dilakukan dengan melakukan risk assessment berdasarkan standard AS/NZS 4360 tahun 2004. Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan (likelihood) dan keparahan (severity) dari suatu kejadian. Semakin besar potensi terjadinya suatu kejadian dan semakin besar dampak yang ditimbulkan, maka kejadian tersebut dinilai memiliki risiko tinggi. Risiko dapat menggambarkan besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta besarnya keparahan yang diakibatkannya. Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai faktor seperti bearnya paparan, lokasi, pengguna, kuantitas serta kerentanan unsur yang terlibat.

Laboratorium Anatomi berukuran luas, memiliki pendingin ruangan di dalamnya dan juga dilengkapi dengan sistem ventilasi yang baik. Di lorong depan laboratorium terdapat lemari yang berisi tabung berisi organ-organ untuk dipelajari serta manekin organ tubuh manusia. Sarana dan prasarana yang tersedia di laboratorium ini yaitu meja praktikum untuk menempatkan cadaver dan terdapat kursi untuk mahasiswa. Laboratorium Anatomi dilengkapi fasilitas pencahayaan lokal yang berada di setiap meja praktikum.

Di dalam laboratorium juga terdapat layar LCD dan proyektor untuk kegiatan pembelajaran atau pelaksanaan workshop tentang anatomi. Sarana higiene dan sanitasi juga disediakan di laboratorium seperti tempat mencuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan handuk kecil serta tempat sampah yang tersedia di setiap sudut. Untuk penyimpanan cadaver sendiri disediakan ruangan khusus yang terpisah dengan area laboratorium yang terbatas hanya untuk petugas laboratorium.

Potensi bahaya yang terdapat di Laboratorium Anatomi yang teridentifikasi sebagai potensi bahaya kimia, fisik, mekanik, biologi, ergonomi, dan psikologis. Ditemukan 16 risiko yang teridentifikasi pada lima jenis aktivitas yang dilakukan di Laboratorium Anatomi dan berasal dari berbagai sumber bahaya.

Setiap laboratorium di tempat kerja pasti memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda bergantung pada fokus kegiatan yang dilakukan pada laboratorium tersebut. Berbagai kecelakaan dapat terjadi pada Laboratorium Anatomi yang merupakan tempat kerja bagi petugas laboratorium dan sebagai tempat praktikum mahasiswa. Kecelakaan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya human error, kegagalan struktur, peralatan atau kegagalan mesin dan kesalahan penggunaan serta kegagalan sistem atau adanya tumpahan cairan yang digunakan.

Laboratorium Anatomi memiliki dua risiko tinggi atau ekstrim sebagai risiko utama yang akan dibahas secara mendalam. Penggunaan formalin ini dibutuhkan sebagai bahan kimia utama yang digunakan untuk membuat cadaver baru dan melakukan perawatan cadaver dan menjadi sumber bahaya terbesar yang terdapat di laboratorium anatomi. Perawatan cadaver rutin dilakukan oleh petugas laboratorium setiap 2 minggu sekali sementara untuk pembuatan cadaver baru dilakukan setiap 2-3 bulan sekali.

Formaldehid merupakan senyawa kimia berbahaya yang digunakan dalam sejumlah besar kegiatan industri dan banyak digunakan dalam cairan untuk mengawetkan mayat, memastikan pelestarian dan desinfeksi potongan anatomi yang digunakan dalam kelas Anatomi. The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan formaldehid sebagai agen karsinogenik untuk manusia (Grup 1) berdasarkan bukti epidemiologis dan toksikologis bahwa apabila seseorang terpapar formaldehid dapat terkena kanker nasofaring.

Bahaya kesehatan yang diakibatkan dari formaldehid yang digunakan bersifat toksik apabila terhirup, setelah kontak langsung dengan kulit atau mata dalam bentuk cair atau gas dan setelah tertelan. Secara toksikologi, formaldehid dapat menyebabkan efek paparan akut dan kronis. Apabila formaldehid sebanyak 30 ml larutan formalin sebanyak 30% dapat menyebabkan kematian.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat risiko tersebut adalah dengan hirarki pengendalian bahaya secara administrasi, rekayasa teknik dan APD.  Pada setiap risiko terdapat upaya pengendalian yang dapat dilakukan seperti penyediaan jumlah sarung tangan tahan panas, penyediaan tong khusus untuk pembakaran, penyediaan anggaran agar laboran dapat membeli peralatan perlindungan seperti masker yang nyaman dan sesuai kebutuhan. Selain itu, panduan mengenai penggunaan yang benar dari peralatan serta arahan yang dilakukan sebelum melakukan praktikum.

Untuk mengurangi potensi bahaya yang ditimbulkan dari bahan kimia yaitu formalin dapat dilakukan dengan membaca Material Safety Data Sheet sebelum menggunakan produk, mengganti produk formaldehid konsentrasi tinggi dengan konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tidak berbahaya, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu besar, menggunakan peralatan pelindung yang sesuai saat melakukan penanganan terhadap formalin dan cadaver dengan menggunakan sarung tangan, kacamata, jas lab dan masker agar terhindar dari kontaminasi formalin di Laboratorium Anatomi. (*)

Penulis: Putri Ayuni Alayyannur

Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link artikel Scopus berikut ini:

http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/75

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).