Pengaruh Joint construction dan Motivasi untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Genre

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi belajar bahasa Indonesia. (Sumber: Kompasiana)

Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Penutur Asing (English as a Foreign Language/EFL) memiliki banyak tantangan, khususnya dalam kemampuan menulis. Menulis merupakan proses kompleks yang meliputi pencarian ide, penyusunan struktur kalimat, serta penerjemahan dari bahasa ibu ke Bahasa Inggris. Untuk mengatasi hal ini, proses pembelajaran memerlukan bantuan-bantuan nyata yang instruktur berikan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan teory ZPD (Zone Proximal Development) yang dipopulerkan oleh Vygotsky, dalam proses pembelajaran, siswa memerlukan bantuan dari rekan sejawat ataupun instruktur dalam menyelesaikan masalah pembelajaran sebelum siswa tersebut mampu menyelesaikan masalah secara mandiri. Bersumber dari teori ini, teori pendekatan berbasis genre (Genre-based Approach) muncul. Teori ini berdasarkan pendekatan SFL (Systemic Functional Linguistics) yang dipopulerkan oleh Halliday dan Hasan. Teori ini menekankan pentingnya siswa EFL untuk belajar jenis teks genre yang mampu diaplikasikan di dunia nyata.

Pendekatan berbasis genre (Genre-based Approach) merupakan pendekatan pembelajaran yang terdiri dari lima siklus yakni setting the context, modeling, joint construction, independent construction, dan comparing. Setting the context merupakan penjelasan mengenai fungsi dari sebuah teks dan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Modeling merupakan pemberian contoh atau model dari teks di dunia nyata yang memiliki fungsi.

Tujuan dua metode di atas untuk memastikan siswa tahu fungsi nyata dari sebuat teks yang akan ditulis. Dalam joint construction, siswa menulis teks secara berpasangan maupun berkelompok dengan didampingi instruktur. Independent construction memberikan kesempatan siswa menulis secara mandiri. Comparing, siklus terakhir, bertujuan membandingan karakteristik dan fungsi dari berbagai macam teks genre yang telah dipelajari.

Di antara siklus tersebut, joint construction merupakan siklus yang paling merefleksikan penerapan teori ZPD dari Vygotsky. Salah satu masalah utama siswa di Indonesia dalam menulis adalah minimnya kosakata serta pengetahuan dasar tentang penyusunan struktur dan organisasi menulis. Hal ini dikarenakan tingkat literasi yang cukup rendah. Seorang penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Dengan demikian, minat siswa dalam membaca yang rendah mempengaruhi kemampuan menulisnya juga. Dalam hal ini, tingkat motivasi sangat berperan penting. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam menulis adalah siswa yang memiliki tingkat literasi yang tinggi.

Dalam praktik siklus joint construction, siswa secara berpasangan dan berkelompok berlatih menyusun suatu teks genre secara berulang. Dalam proses ini, tiap individu berkomunikasi dan berbagi pengalaman untuk menunjukkan kemampuan literasi mereka. Dalam satu kelompok, tingkat motivasi siswa satu dan yang lainnya berbeda. Kondisini ini memungkinkan terjadinya transfer positif dari siswa yang memiliki motivasi tinggi ke siswa yang memiliki motivasi rendah. Proses kerjasama dalam penulisan kolaboratif dan pengaruh eksternal motivasi inilah yang menjadi kunci dalam peningkatan ketrampilan menulis genre.

Berdasarkan hasil studi yang saya lakukan, terbukti bahwa joint construction ini memiliki peran positif dalam memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengasah kemampuan menulis dengan banyaknya repetisi latihan yang dilakukan dalam kelompok. Meskipun demikian, pengaruh joint construction ini bukan merupakan faktor tunggal yang mendukung peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks genre.

Siklus pendekatan berbasis genre yang lain seperti setting the context dan modeling, ternyata memiliki peran yang lebih besar. Saat saya menerapkan proses siklus ini dengan mengeliminasi joint construction, siswa tetap mampu meningkatkan kemampuan menulis mereka secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi siswa dan instruktur memiliki peran yang lebih besar dari pada peran rekan sejawat dalam proses penyusunan teks genre.

Setting the context dan modelling menekankan peran instruktur dalam memandu dan memberikan contoh proses penulisan meliputi fungsi, organsiasi, pilihan kata, serta struktur Bahasa. Joint construction, disisi lain, dianggap sebagai kesempatan untuk berlatih. Dengan demikian, siklus joint construction ini memiliki peran positif sebagai siklus tambahan yang mengasah ketrampilan menulis, namun bukan siklus utama yang menentukan peningkatan kompetensi menulis.

Selain itu, tingkat motivasi mahasiswa yang tinggi maupun rendah tidak mempengaruhi efektifitas dari metode tersebut. Baik mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah, mampu meningkatkan kemampuan menulis mereka saat mereka mempraktikkan joint construction. Demikian pula, saat siklus ini dihilangkan, siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah tetap mampu meningkatkan kemampuan menulis mereka. (*)

Penulis: Lutfi Ashar Mauludin

Informasi detail dari artikel ini dapat dibaca lebih lengkap pada publikasi ilmiah berikut : 

https://doi.org/10.2989/16073614.2020.1750965

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).