Kerusakan Kornea? Adakah Solusinya?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi kornea mata. (Sumber: Alodokter)

Kebutaan akibat kerusakan kornea masih menjadi masalah utama dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, ada sekitar 966.329 kasus kornea kebutaan pada 2013. Jenis kebutaan ini dianggap sebagai kebutaan paling umum kedua setelah katarak. Kornea adalah lapisan pelindung bening untuk mata. Cedera kornea terjadi karena infeksi, nutrisi yang tidak cukup dan trauma. Terapi pada kasus ini adalah dengan operasi yang disebut keratoplasty. Namun keratoplasty tidak dapat sepenuhnya menyembuhkan cedera kornea karena keterbatasan donor.

Di sisi lain, tingkat penolakan kornea implan adalah sekitar 13,3% hingga 65% empat bulan setelah keratoplasty. Reaksi yang tidak diinginkan dari pasien terjadi karena ketidaksesuaian bahan kornea dengan tubuh. Di Indonesia sendiri, data Bank Mata Indonesia pada tahun 2017 menunjukkan bahwa hanya 5-10 persen pasien kebutaan di Indonesia yang dapat menjalani transplantasi kornea.  Hal ini dikarenakan keterbatasa kesediaan kornea dari pendonor yang cocok dengan kondisi tubuh penerima.

Kornea buatan berbahan dasar kolagen – kitosan dan sodium hyaluronate (Na Ha). Kolagen tipe I yang merupakan komponen terbesar dari kornea ini, memiliki sifat mampu meningkatkan biokompatibilitas dan kekuatan mekanik dari material. Kolagen yang merupakan matriks penyangga dan tersedia melimpah di alam dan tubuh manusia, mampu meningkatkan sifat “menarik air” biomaterial pengganti kornea, yang membuat lingkungan yang sesuai untuk interaksi seluler dan spesifitas jaringan.

Sementara kitosan memiliki sifat yang baik pada kesesuaian dengan mata, permeabilitas dan tidak beracun. Kitosan yang ditambahkan pada kolagen dapat memperbaiki waktu biodegradasi serta meningkatkan sifat mekanik dan kestabilan dari kolagen. Kitosan juga memiliki sifat antibakteri sehingga akan sangat baik sebagai bahan penyusun kornea buatan karena  tidak ada satupun organ di tubuh kita yang terbebas dari paparan mikroorganisme bakteri.

Dengan memiliki sifat antibakteri, maka kornea buatan ini akan mampu mengeliminir bakteri dan menghindarkan mata dari kemungkinan terjadinya infeksi yang diakibatkan bakteri. Sodium hyaluronate merupakan bentuk hyaluronate acid (asam hialuronat) dalam wujud garam sodium dan dapat larut dalam air. Asam tersebut merupakan molekul alami yang terdapat dalam kulit dan jaringan ikat pada tubuh manusia. Adapun fungsinya adalah menghidrasi / melembabkan. Pada kornea kondisi lembab atau permukaan selalu basah sangat penting agar tidak terjadi dry eye/ mata kering.

Kondisi ini membuat mata tidak bisa menghilangkan debu atau benda asing yang mengganggu mata. Akibatnya, mata terasa sangat tidak nyaman bahkan bisa terasa perih..Pada mata yang sehat, kornea akan terus dialiri oleh air mata ketika mata berkedip, untuk memberi nutrisi pada sel kornea dan melindungi kornea dari lingkungan luar. Material kornea buatan sangat penting mempunyai sifat menghadirkan kondisi hidrasi/ pembasahan sehingga tidak akan menimbulkan komplikasi mata kering dan perih.

Sebagai organ optis, kornea perlu dapat menyerap cahaya agar fungsi penglihatan berjalan dengan baik. Kornea buatan juga harus memiliki sifat biokompatibel (dapat diterima tubuh), memenuhi fungsi kornea, mudah diimplankan, tidak mengakibatkan inflamasi, dan bersifat biodegradel sehingga mampu menjadi rekayasa jaringan yang dapat membantu atasi masalah penglihatan, terutama di Indonesia.

Untuk dapat memenuhi persyaratan klinis maka kornea buatan perlu lolos berbagai uji in vitro, in vivo dan pada saatnya nanti uji klinis. Material penyusun kornea buatan tidaklah material tunggal namun merupakan gabungan dari beberapa material demi memperoleh sifat terbaik. Untuk itulah Salah satu uji in vitro adalah uji Fourrier Transform Infra Red yang berfungsi untuk mengidentifikasi senyawa dan mendeteksi gugus fungsi bahan penyusun. Sifat yang tak kalah pentingnya adalah sifat “ menarik air”. Jenis sel tubuh kita sangat menyukai air, hal ini diperkuat dengan kondisi bahwa tubuh manusia Sebagian besar atau sekitar 80% terdiri dari cairan. Cairan ini diperlukan untuk interaksi antar sel dan mendukung pertumbuhan dan proses perbaikan sel yang rusak.

Pada penelitian yang dilakukan Widiyanti et al tahun 2019, telah membuktikan bahwa pemberian Na Ha / sodium hyaluronat dapat menurunkan derajat sudut kontak/ menaikkan kemampuan menarik air dari material. Tes penyerapan air  perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan kornea buatan menghadirkan kondisi hidrasi pada mata  dan untuk menjaga kejernihan mata. Penelitian yang dilakukan telah berhasil membuat kornea buatan  yang memiliki persentase penyerapan air lebih tinggi dari 77% yang telah sesuai dengan referensi sebelumnya.

Penelitian ini tentu masih membutuhkan tahapan lanjutan dengan berbagai uji untuk mengukur kemampuan dan karakteristik kornea buatan agar sesuai dengan kondisi kornea aslinya.  Yang perlu dipupuk adalah semangat optimisme  dan  kreativitas berinovasi  untuk menghadirkan solusi terbaik dari setiap permasalahan kesehatan yang ada.  

Penulis: Prihartini Widiyanti

Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link berikut ini:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1417/1/012035/pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).