Virus Herpes Anak Banyak Menginfeksi Pasien HIV di Surabaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Virus herpes pada anak. (Sumber: Klikdokter)

Pada tahun 2018, Indonesia merupakan negara dengan peringkat tertinggi kedua di Asia Pasifik terkait dengan kematian pasien HIV. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan, Surabaya merupakan kota dengan pasien HIV terbanyak di Jawa Timur setelah Provinsi DKI Jakarta. Jumlah kematian dengan infeksi HIV sering berhubungan dengan adanya reaktivasi virus laten termasuk virus herpes.

Virus ini akan kembali aktif jika sistem imun melemah, dan akan menyebabkan radang pada paru-paru hingga otak. Orang dengan infeksi HIV/AIDS (ODHA) memiliki sistem imun yang lemah karena virus HIV tersebut. Selain itu, virus herpes ini juga merangsang virus HIV untuk bereplikasi.

Di Indonesia belum ada data epidemiologi terkait HHV-6 ini, padahal virus ini berpotensi tinggi untuk reaktivasi dan akan berakibat fatal.Virus yang umum menginfeksi anak dibawah usia 2 tahun ini, memiliki reseptor yang sama yaitu sel T  CD4+.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa HHV-6 menginfeksi 17,6% orang dengan HIV, yaitu lima belas dari delapan puluh lima orang. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan kasus orang sehat yang hanya tiga orang dari delapan puluh lima atau 3,5% sampel yang diperiksa.

Dalam penelitian ini HHV-6 memiliki 2 subtipe, yaitu subtipe A dan subtipe B. Subtipe B lebih dominan daripada subtipe A yaitu sebanyak 80%, dan hanya 13,3% subtipe A.

Apabila pasien HIV ternyata juga terinfeksi HHV-6, maka progres menuju kearah AIDS akan semakin cepat karena sifat kedua virus ini yang saling meningkatkan replikasi. Sehingga, virus HHV-6 sebaiknya dapat ditekan jumlahnya hingga ke angka yang tidak terdeteksi.

Viral load HIV juga diperiksa untuk menentukan adanya tidaknya korelasi dengan infeksi HHV-6 dan diketahui tidak ada hubungan antara banyaknya jumlah viral load HIV dengan infeksi HHV-6. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah viral load HIV rendah, tidak menutup kemungkinan terjadi infeksi HHV-6.

Karena di Indonesia tes HHV-6 bukan screening tes yang umum dilakukan, diharapkan dengan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pejabat yang berwenang dan tenaga medis khususnya dokter untuk dilakukan tes adanya infeksi HHV-6.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat terutama pasien HIV terkait virus lain yang dapat menginfeksi.

Penulis: Devi Oktafiani

Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link jurnal berikut ini:

https://doi.org/10.2147/HIV.S232146

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).