Fungsi Suplementasi Probiotik dan Sinbiotik pada Susu Formula

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh wajibbaca.com

Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak ditemui, sejak di tingkat layanan primer hingga rumah sakit rujukan, terutama pada anak usia 1 – 5 tahun, Risiko tertular ISPA 1,5 – 3 kali lebih tinggididapatkan pada anak yang diasuh di tempat penitipan anak (TPA) dibandingkan di rumah. Mikrobiota usus dimulai sejak janin berada di rahim bawah dan terbentuk setelah lahir. Sebelum menjadi mikrobiom kompleks tipe dewasa, terjadi beberapa fase transisi yaitu pada saat menyusui, selama pengenalan makanan padat dan pada saat penyapihan dari ASI. Paparan lingkungan pada fase transisi tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan mikrobiota usus anak, terutama pada anak yang diasuh di TPA, dimana penyakit menular sering terjadi. 

Studi terdahulu menyebutkan ada tiga strategi untuk meningkatkan kolonisasi mikrobiota usus normal, yaitu dengan meningkatkan jumlah mikrobiota normal (probiotik), meningkatkan zat gizi yang akan meningkatkan pertumbuhan bakteri probiotik (prebiotik) dan menggabungkan mikrobiota dan substrat nutrisi (sinbiotik).  Namun demikian, bukti mengenai efek prebiotik, probiotik, dan sinbiotik terhadap pencegahan ISPA belum diketahui secara jelas sehingga diperlukan bukti yang lebih baik melalui uji klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek prebiotik, probiotik, dan sinbiotik yang terkandung dalam susu formula sebagai pencegahan ISPA pada anak berusia 1 – 5 tahun yang diasuh di TPA.

Penelitian ini dilakukan di 12 TPA yang tersebar di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik selama 26 minggu pada 213 anak berusia 1 – 5 tahun. Randomisasi dilakukan untuk membagi menjadi 4 kelompok yaitu P1 (kelompok prebiotik), P2 (kelompok probiotik), P3 (kelompok sinbiotik) dan kelompok P4 (kontrol/ susu formula standar). Anak yang sakit sejak awal penelitian; intoleransi laktosa;kelainan bawaan yang mengganggu sistem pernapasan, kardiovaskular atau pencernaan; alergi protein susu sapi; danatau memiliki riwayat mengkonsumsi probiotik, prebiotik atau makanan/ minuman yang mengandung suplemen tersebut selama 2 minggu sebelumnya, tidak diikutsertakan pada penelitian ini.

Didapatkan perbedaan insiden dan jumlah hari pada tiap episode ISPA yang signifikan antara 4 kelompok tersebut. Penurunan insiden (absolute reduction rate / ARR) yang signifikan terjadi pada kelompok P2 dan P3, yaitu sebesar 15 % dan 16%, apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jumlah hari pada tiap episode ISPA juga didapatkan lebih rendah pada kedua kelompok tersebut. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada kelompok P1, baik insiden maupun jumlah hari pada tiap episode ISPA apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok kontrol memiliki insiden dan jumlah hari pada tiap episode ISPA yang paling besar dibandingkan kelompok lain.

Suplementasi prebiotik pada penelitian initidak mempengaruhi insiden atau durasi ISPA, tetapi tidak pada probiotik dan sinbiotik. Hasil ini dapat terkait dengan usia sampel penelitian yaitu 11 – 59 bulan (rata-rata 38,57 ± 11,8 bulan) dimana pada usia tersebut, jumlah flora normal endogen sudah mulai menurun sehingga pemberian prebiotik (nutrisi untuk flora normal endogen) pada usia itu akan sangat tergantung pada jumlah sisa flora normal endogen. Beberapa penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa suplementasi prebiotik dan sinbiotik dapat menurunkan derajat keparahan dan durasi ISPA serta menurunkan jumlah peresepan antibiotik. Data tersebut sesuai dengan teori jalur sistem imun mukosa umum (common mucosal immune system/ CMIS) yaitu dengan meningkatkan respon imun di mukosa usus juga akan meningkatkan respon imun yang dihasilkan pada mukosa lainyaitu mukosa saluran napas.

Sebagai kesimpulan dari penelitian ini, suplementasi probiotik dan sinbiotik pada susu formula dapat menurunkan insiden dan jumlah hari pada tiap episode ISPA pada anak berusia 1 – 5 tahun yang diasuh di TPA, degan pencegahan terbaik pada anak yang mendapatkan suplementasi sinbiotik. Perbaikan respon imun mukosa saluran napas tersebut terjadi akibat peningkatan respon imun mukosa usus yang berkaitan melalui jalur sistem imun mukosa umum (CMIS).

Penulis: Prof. Dr. Subijanto Marto Sudarmo, dr., Sp.A(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://chimie-biologie.ubm.ro/carpathian_journal/Papers_11(5)/CJFST11(5)2019_6.pdf

Sudarmo SM, Yamin A, Athiyyah AF, Darma A, dan Ranuh RG. Carpathian Journal of Food Science and Technology, Special issue, 2019 11 (5), 43-49. Published 2019 Sept 20. doi:10.34302/crpjfst/2019.11.5.6

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).