Heat-killed Probiotic Complex (HKPC) untuk Anak Diare, Bergunakah?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi diare pada anak. (Sumber: Alodokter)

Diare adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara berkembang, terutama pada anak usia 6-24 bulan. Banyaknya kejadian diare pada usia tersebut disebabkan karena sudah berkurangnya asupan ASI dan adanya pemberian makanan pendamping ASI yang diberikan. Probiotik telah dikenal sebagai salah satu terapi diare akut, karena mendukung fase pemulihan diare terutama yang disebabkan oleh virus dengan meningkatkan produksi IgA sekretori dan menghambat multiplikasi virus. Probiotik juga menghasilkan bakteriosin yang bertindak sebagai inhibitor kompetitif dan mengurangi pertumbuhan bakteri.

Heat-killed probiotic complex (HKPC) adalah salah satu bentuk sediaan probiotik yang berisi probiotik yang tidak aktif dan lebih stabil terhadap panas serta penyimpanan dalam jangka waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa HKPC memiliki manfaat yang sama dengan atau lebih baik daripada probiotik hidup terhadap diare akut pada anak, tetapi tidak sedikit juga penelitian yang menunjukkan hasil sebaliknya. Pada penelitian ini kami bertujuan untuk mengamati efek probiotik HKPC pada durasi dan tingkat pemulihan dari diare akut pada anak-anak berusia 6 – 24 bulan.

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 98 anak dengan diare akut yang dirawat di rumah sakit dan kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapatkan HKPC dan kelompok kontrol (plasebo). Durasi diare dan tingkat pemulihan diare dievaluasi sebagai luaran pada penelitian ini. Tingkat pemulihan diare ditentukan berdasarkan frekuensi buang air besar (BAB) dan konsistensi feses yang diklasifikasikan menjadi 4 yaitu 1) Level I apabila konsistensi tinja padat tidak lebih dari 3 kali per hari; 2) Level II apabila konsistensi tinja lembek tidak lebih dari 3 kali sehari; 3) Level III apabila tinja berair dengan gumpalan tidak lebih dari 3 kali sehari; dan 4) Tidak ada pemulihan. Konsistensi tinja diamati berdasarkan Bristol stool chart. Pengamatan dilakukan selama tujuh hari. Anak yang telah mendapatkan probiotik, antibiotic, atau seng dan anak dengan komorbiditas yang berat atau malnutrisi tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

Rerata usia pada penelitian ini adalah 11 bulan pada kedua kelompok. Anak laki-laki lebih banyak (53%) didaparkan pada penelitian ini dibandingkan anak perempuan. Infeksi rotavirus ditemukan pada lebih dari setengah (53%) anak pada penelitian ini. Waktu yang dibutuhkan kelompok kontrol (4 hari, rentang 2 – 7 hari) untuk pulih dari diare tidak berbeda dibandingkan kelompok HKPC (3 hari, rentang 2 – 8 hari). Tingkat pemulihan diare pada level I dan II juga didapatkan tidak berbeda sejak hari pertama hingga hari terakhir (hari ke-7) pengamatan pada penelitian ini.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa probiotik HKPC gagal meningkatkan tingkat pemulihan dalam mengobati diare akut pada anak usia 6 – 24 bulan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang bervariasi. Durasi diare yang tidak berbeda juga ditemukan dalam penelitian lain, tetapi pada penelitian tersebut probiotik HKPC dibandingkan dengan probiotik aktif. Sebuah studi lain menemukan bahwa probiotik HKPC memang memperpendek durasi diare dan mempersingkat lamanya rawat inap dibandingkan probiotik hidup, tetapi tidak pada frekuensi feses. Beberapa penelitian tersebut menilai tingkat pemulihan diare berdasarkan pada frekuensi (waktu/ hari) dan durasi diare (jam) untuk menghindari adanya bias pada studi sedangkan pada penelitian ini, bias dapat dikurangi dengan mengevalusi konsistensi feses dengan menggunakan Bristol stool chart.

Dari penelitian ini diketahui bahwa probiotik HKPC tidak memiliki efek yang bermakna terhadap durasi dan tingkat pemulihan diare pada anak berusia 6 – 24 bulan dengan diare akut. Penelitian lebih lanjut terutama pada tingkat pemulihan diare yang dinilai dari konsistensi feses perlu dilakukan. (*)

Penulis: IGN Reza Gunadi Ranuh

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://chimie-biologie.ubm.ro/carpathian_journal/Papers_11(5)/CJFST11(5)2019.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).