Adakah Pengaruh Probiotik pada Respon Imun Bawaan Liver?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi liver. (Sumber: Tirto.ID)

Insiden penyakit hati pada anak adalah 1 dari setiap 2500 kelahiran hidup dengan atresia bilier, kelainan metabolic dan hepatitis neonatal. Prevalensi penyakit hati pada anak di Indonesia masih tinggi, meskipun tidak ada data secara pasti yang menyebutkan mengenai prevalensi tersebut.

Mikrobiota yang ada di dalam saluran cerna memiliki hubungan fungsional pada fungsi sel hepatosit, termasuk keseimbangan respon imunologis yang dikenal sebagai mekanisme gut-liver-axis. Probiotik telah dikenal memiliki efek protektif pada saluran cerna melalui berbagai mekanisme, tetapi efek probiotik pada sel Kupffer belum diketahui secara pasti. Penelitian pada hewan ini dilakukan untuk mengetahui apakah probiotik berpengaruh pada respon imun bawaan di liver.

Penelitian ini menggunakan tikus jantan putih galur Balb/c dengan berat badan 30 – 40 gram dan berusia 10 – 12 minggu. Selama 21 hari, tikus-tikus tersebut mendapatkan probiotik dan plasebo pada masing-masing kelompok. Probiotik yang diberikan adalah kombinasi dari L. casei PXN 37, L. rhamnosus PXN 54, L. acidophilus PXN 54, L. bulgaricus PXN 39, Bifidobacterium breve PXN 25, B. infantis PXN 27, Streptococcus thermophilus PXN 66 dan frukto-oligosakarida (FOS). Respon imun bawaan yang diteliti pada penelitian ini adalah jumlah sel Kuppfer, NF-κB p105 dan NF-κB p65.

Sebanyak 16 tikus dilibatkan pada penelitian ini dan sebagai hasil penelitian, didapatkan peningkatan yang signifikan pada jumlah sel Kuppfer dan NF-κB p105 pada kelompok yang mendapatkan probiotik. Sel Kupffer adalah makrofag utama dalam hati yang bertindak sebagai hepatoprotektor terhadap infeksi akut maupun kronis. Jumlah sel Kuppfer yang lebih banyak juga didapatkan pada studi sebelumnya yang menggunakan probiotik Lactobacillus acidophilus UFV- H2b20. Studi lain juga menunjukkan korelasi yang kuat antara probiotik dengan status pematangan sel Kupffer dan fungsinya.

Sebuah penelitian yang juga dilakukan pada tikus sebagai model hewan kolestasis menunjukkan bahwa NF-κB diaktifkan dalam hepatosit untuk mengurangi apoptosis hepatosit dan kerusakan hati. Hal tersebut sesuai dengan peningkatan NF-κB p105 yang didapatkan pada penelitian ini meskipun hasil yang berbeda didapatkan pada NF-κB p65. Hal tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa model hewan dalam penelitian ini adalah tikus sehat, tanpa kondisi peradangan sedangkan proteolisis NF-κB p105 menjadi NF-κB p65 dan NF-κB p50 dipicu oleh proses peradangan.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lipopolisakarida (LPS) akan meningkatkan aktivasi NF-κB p50 dan p65 akibat proses peradangan yang ditimbulkan, sedangkan pemberian probiotik akan menurunkan aktivasi NF-κB p50 yang disebabkan oleh LPS tersebut, yang diharapkan dapat mengurangi proses peradangan. Studi lain menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa penghambatan NF-κB dapat mengurangi viabilitas hepatosit dibandingkan efek lain yang menguntungkan.

Penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa probiotik mempengaruhi respon imun bawaan di liver dengan meningkatkan jumlah sel Kuppfer dan NF-κB p105, tetapi tidak pada NF-κB p65. Beberapa keterbatasan yang ada pada penelitian ini yaitu penggunaan model hewan tikus sebagai sampel penelitian, meskipun tikus memiliki banyak kesamaan dengan manusia dalam aspek imunologis dan tidak adanya patogen sebagai penginduksi proses peradangan. Dengan adanya keterbatasan tersebut, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menggambarkan mekanisme probiotik dalam aspek imunologis pada liver yang lebih baik. (*)

Penulis: Alpha Fardah Athiyyah

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://chimie-biologie.ubm.ro/carpathian_journal/Papers_11(5)/CJFST11(5)2019_5.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).