Hadapi Masalah Kesehatan Global, Kurikulum Adaptif Harus Diterapkan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Masalah kesehatan global semakin hari semakin beragam. Salah satunya adalah pandemi yang saat ini mengguncang dunia yang dikenal dengan Covid-19. Beraktivitas dari rumah menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk menghadapi pandemi ini. Salah satunya adalah belajar. Bahkan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, tak ada satupun yang tidak luput dari penerapan proses pembelajaran dari rumah. Kegiatan belajar yang dialihkan dari rumah tentu harus dibarengi dengan penerapan kurikulum adaptif sehingga proses interaksi antara mahasiswa dengan dosen dapat berjalan dengan baik serta tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dr. Kusnanto, S.Kp.,M.Kes. selaku wakil dekan I Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga (UNAIR) saat menjadi pemateri pada web seminar (Webinar) yang diadakan oleh FKP UNAIR pada Selasa (2/6/2020) mengatakan bahwa kurikulum adaptif sangat diperlukan untuk menghadapi pandemi. “Perhatikan kondisi saat ini dan juga perkembangan zaman yang sangat cepat perubahannya bahkan tidak terprediksi maka diperlukan sebuah kurikulum adaptif,” ucapnya.

Covid-19 mengakibatkan dampak yang signifikan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh mau tidak mau harus dilaksanakan agar pembelajaran dapat tetap berlangsung.

“Agar pembelajaran tetap dilakukan maka harus dilakukan secara jarak jauh atau daring. Yang tadinya kurang terbiasa bagi beberapa Perguruan Tinggi atau mahasiswa, sekarang harus dibiasakan,” tutur Kusnanto.

Dr. Kusnanto, S.Kp.,M.Kes. wakil dekan I FKp UNAIR. (Foto: Istimewa)
Dr. Kusnanto, S.Kp.,M.Kes. wakil dekan I FKp UNAIR. (Foto: Istimewa)

Baru – baru ini Indonesia tengah disibukkan dalam persiapan untuk menghadapi era new normal yang akan segera diterapkan, menurut Kusnanto pembelajaran jarak jauh harus menjadi sebuah pola dalam kurikulum adaptif.

“Dengan adanya new normal maka pembelajaran jarak jauh harus menjadi sebuah pola. Jika terkait dengan aspek kognitif sebenarnya tidak perlu secara langsung (Pembelajaran, Red) bisa menggunakan daring. Untuk aspek yang sifatnya afektif dan psikomotor ini baru dilakukan dengan pembelajaran di kampus,” jelasnya.

Permasalahan lain yang dihadapi di sektor pendidikan adalah banyaknya institusi yang mendapat tekanan finansial.

“Sekarang institusi banyak yang mengalami tekanan finansial. Salah satunya karena orang tua dan mahasiswa meminta potongan biaya kuliah. Tentunya ini akibat dampak pandemi di sektor ekonomi keluarga,” imbuhnya.

Meskipun saat ini institusi tengah dihadapkan dengan tekanan finansial akan tetapi Perguruan Tinggi tetap memiliki tanggung jawab untuk menjamin lulusan yang memiliki kualifikasi setara dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), mengembangkan kurikulum yang merupakan hak serta kewajiban masing-masing Perguruan tinggi, serta mampu menjawab tantangan yang ada.

Saat mengembangkan kurikulum yang merupakan otonomi suatu perguruan tinggi, maka harus memperhatikan visi perguruan tinggi.

“Saat mengembangkan kurikulum yang harus diperhatikan adalah visi perguruan tinggi. Maka, setiap perguruan tinggi harus menentukan arah kebijakan yang jelas. Dari visi itu tadi kita turunkan pada misi hingga unit pengelola program studi,” ucap Kusnanto.

Meskipun Perguruan Tinggi memiliki kebebasan untuk merancang kurikulum secara mandiri akan tetapi dalam tetap dipengaruhi oleh kebijakan nasional. Selain itu, kondisi terkini, prediksi keadaan di masa depan, serta kondisi global juga harus diperhatikan.

“Tentunya kurikulum sangat dipengaruhi oleh kebijakan nasional seperti kebijakan dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan lain sebagainya. Kita lihat kondisi yang saat ini terjadi, bagaimana prediksi ke depan, bagaimana kondisi global, itu semua harus diperhatikan sehingga kurikulum benar-benar mengakomodasi situasi dan kondisi saat ini dan ke depan,” imbuhnya.

Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta stakeholders juga tak luput dari perhatian untuk mengembangkan kurikulum saat ini. “Kita harus perhatikan SDM kita seperti apa. Saya rasa SDM yang dimiliki Indonesia sudah bagus. Kemudian sarana dan prasarana juga harus  betul – betul kita perhatikan. Tidak ada artinya membuat kurikulum sebagus mungkin jika tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang baik. Stakeholders juga demikian harus kita perhatikan supaya nanti kedepan pada akhirnya kita akan menghasilkan lulusan seperti yang diharapkan”, pungkasnya. (*)

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).