Kemanan Formula Protein Terhidrolisis Parsial untuk Bayi Sehat Non-ASI

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi susu formula. (Sumber: SehatQ)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan nutrisi terbaik bagi bayi dan anak adalah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang adekuat, dengan menyusui berlanjut hingga usia 2 tahun. Pada bayi/anak yang karena sesuatu hal tidak memungkinkan untuk mendapat ASI, maka susu formula menjadi pilihan yang umumnya tersedia untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan.

Susu formula biasanya dibuat dari susu sapi yang dimodifikasi secara industri dan diproses untuk menyesuaikan dengan kebutuhan gizi bayi.  Namun, diketahui sekitar 2% –5% dari bayi yang diberi susu formula pada tahun pertama mengalami alergi. Salah satu strategi untuk mencegah alergi susu sapi pada bayi yang tidak mendapat ASI adalah penggunaan formula terhidrolisis parsial (pHF) pada bayi berisiko tinggi, yaitu bayi yang lahir dalam keluarga dengan penyakit atopik.

Studi epidemiologis menunjukkan bahwa sekitar 50% bayi yang mengalami alergi, ternyata bukan berasal dari dari kelompok berisiko. Secara teoritis bayi yang tidak berisiko masih memiliki sekitar 15% risiko untuk mengalami alergi. Sehingga pada studi literatur ini penulis ingin mengevaluasi efek dari pemberian formula whey terhidrolisis parsial (pHF-W) pada bayi yang tidak mendapat ASI dan menentukan apakah pHF-W dapat mencegah penyakit atopik pada bayi berisiko tinggi dan dapat digunakan sebagai formula awal yang rutin tanpa melihat status risiko alergi bayi tersebut.

Pemberian pHF untuk pencegahan atopi

Formula hidrolisa berisi protein susu sapi yang telah mengalami hidrolisis menjadi berbagai peptida yang lebih kecil dibandingkan yang ditemukan dalam formula susu sapi standar. Efek dari pHF untuk pencegahan penyakit atopi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: sumber protein (kasein atau whey), metode dan derajat proses hidrolisanya. Oleh karea itulah efek dari pHF harus dievaluasi secara spesifik untuk masing-masing formula, karena tidak semua pHF mempunyai efek yang sama.

Sebuah studi meta-analisis, tahun 2010, menyimpulkan bahwa bayi risiko tinggi yang mendapat phF-W 100% menunjukkan sebuah pengurangan insiden dermatitis hingga 55% dibandingkan bayi yang mendapatkan formula susu sapi standar. Studi meta-analisis yang lain juga menunjukkan hasil yang relatif serupa yang menunjukkan efikasi pHF-W terhadap pengurangan eksema. Basis bukti terkuat datang dari studi GINI (German Infant Nutritional Intervention) yang mengevaluasi jangka panjang hingga 15 tahun juga menunjukkan pengurangan insiden dermatitis atopi pada kelompok pHF dibandingkan kelompok formula susu sapi standar.

Pemberian pHF untuk semua bayi non-ASI

Penggunaan formula HF pada bayi beresiko direkomendasikan pada beberapa Pedoman. Akan tetapi ternyata diketahui bahwa sekitar setengah dari bayi yang mengalami alergi, bukan berasal dari kelompok bayi beresiko karena jumlah bayi yang termasuk golongan tidak berisiko sangat lebih besar. Oleh karena itu, apakah formula pHF dapat dipertimbangakn sebagai formula untuk semua bayi non-ASI, tanpa melihat potensi risiko genetik untuk mengalami alergi, masih diperdebatkan para ahli.

Regulasi dari berbagai otoritas mempertimbangkan pHF sebagai salah satu sumber pemenuhan protein yang dapat digunakan dalam formula standar bayi. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa pHF juga memenuhi semua unsur nutrisi yang disyaratkan untuk standar formula susu sapi (Vandenplas, 2017). Akan tetapi the European Food Safety Authority (EFSA) menyatakan bahwa efikasi dan keamanan dari formula hidrolisat harus dibuktikan melalui studi klinis. Dan pada tahun 2005, EFSA telah menyetujui keamanan dan efikasi dari satu formula pHF yang berbasis protein whey (pHF-W) dan memberikan otorisasi untuk penggunaannya pada tahun 2006.

Studi literatur mengkonfirmasi bahwa pemberian pHF-W mendukung pertumbuhan normal dari bayi, dan bila diberikan pada bayi non-ASI ketika berusia 4-6 bulan pertama dapat mengurangi risiko terhadap dermatitis atopi. Tidak didapatkan perbedaan pertumbuhan fisik sampai dengan usia 6 bulan antara bayi sehat yang mendapatkan pHF-W 100% dibandingkan dengan bayi yang mendapat formula susu sapi standar dengan protein intak.

Penelitian longitudinal jangka panjang dari studi GINI  juga menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan dalam hal BMI sampai dengan usia 10 tahun antara bayi yang mendapat pHF-W 100% pada usia 4 bulan pertama dengan bayi yang mendapat  formula susu sapi standar. Enam dari delapan studi klinis menunjukkan indikasi pengurangan gejala atopik pada bayi yang mendapatkan pHF-W spesifik dibandingkan formula susu sapi standar pada usia satu tahun pertama.

Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayi. Pada kelompok bayi yang tidak memungkinkan mendapat ASI, formula pHF-W mempunyai kandungan yang memenuhi standar kebutuhan nutrisi dan dapat dipertimbangkan sebagai pengganti formula susu sapi standar, karena formula pHF-W efektif untuk mencegah dermatitis atopi dibandingkan formula susu sapi standar, dan tidak ada bukti data yang menunjukkan potensi merugikan ketika diberikan kepada bayi normal dan sehat. Oleh karena itu, formula pHF-W dapat diberikan kepada semua bayi non-ASI tanpa memandang status risiko atopi bayi tersebut.

Penulis: Ahmad Suryawan

Informasi detail dari studi ini dapat diakses pada link berikut ini:

https://doi.org/10.3345/kjp.2018.07276

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).