Pengaruh Penggunaan Pelarut Polar yang Berbeda Terhadap Stabilitas Thermal Ekstrak Fikosianin Spirulina platensis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: https://www.pngwing.com/en/free-png-zaeui

Spirulina platensis merupakan salah satu jenis mikroalga hijau biru yang termasuk dalam kelas cyanobacteria. Secara mikroskopik, Spirulina platensis tampak seperti benang tipis yang berbentuk spiral. Filamen merupakan koloni sel yang bergerak. Mikroalga ini berukuran panjang 200-300 µm dan lebar 5-70 µm, berdiameter 1-12 µm, serta tidak memiliki inti sel. Spirulina banyak digunakan sebagai bahan baku kosmetik. Generasi milineal banyak menngunakan spirulina sebagai bahan dasar pembuatan masker wajah yang banyak menunjukkan manfaat seperti anti penuaan dini, anti jerawat dan menjaga kekencangan kulit.

Fikosianin adalah pigmen berwarna biru, pigmen sekunder yang membantu dalam proses fotosistesi organisme autotrof. Fikosianin dan fikobiliprotein banyak digunakan dalam makanan, bioteknologi, dan industri kosmetik karena warna dan antioksidannya. Fikosianin telah dilaporkan dapat diekstraksi dan dimurnikan dari Spirulina platensis, S. fusiformis, S. maxima, Synechococcus sp., Osilator quadripunctulata, Aphanizomenon flos-aquae, Phormidium dan diproduksi secara komersial. Sekitar 50-90% biaya produksi fikobilin berada dalam tahap pemurnian. Sehingga kami menempatkan proses produksi fikobilin yaitu proses extraksi sebagai kajian ilmiah yang perlu ditelaah.

Proses extraksi fikosianin

Degradasi protein fikosianin tergantung pada pH, cahaya, kosentrasi protein,  suhu, dan pelarut. Penerapan fikosianin pada produk makanan dan produk lainnya sangat terbatas, karena kepekaanya terhadap perlakuan panas yang hasilnya menjadi pigmen biru. Penggunaan fikosianin dalam produk makanan membutuhkan suhu tinggi pada proses seperti memasak dan sterilisasi. Fikosianin juga dapat digunakan sebagai pengawet yang efisien seperti sodium azide (NaN3) dan dithiothreitol (DTT) yang umumnya digunakan sebagai pengawet. Fikosianin yang dihasilkan harus aman dari residu bahan pengekstrak dan harus besifat food grade.  Oleh karena itu metode ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak yang berkualitas tinggi dan stabilitas termal fikosianin harus diperhatikan.

Stabilitas termal merupakan kemampuan suatu produk terhadap suhu untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristik. Kami melakukan riset ini bertujuan untuk menyelidiki optimalisasi proses extraksi menggunakan pelarut yang aman untuk menghasilkan fikosianin dari Spirulina platensis yang nantinya berpengaruh pada stabilitas termal bahan tersebut.

Riset yang kami lakukan  menggunakan Teknik ekstraksi sederhana yaitu maserasi menggunakan pelarut yang berbeda. Proses maserasi dimulai dari menimbang bubuk spirulina dan dilarutkan kedalam tabung yang masing-masing berisi pelarut akuadest, etanol 96%, dan metanol 96% kemudian diinkubasi menggunakan suhu ruang dengan waktu 12 jam. Penambahan kosentrasi ekstrak mikroalga Spirulina platensis yaitu terdapat tiga formulasi sediaanya.

A1          : Spirulina platensis : akuadest  = 6% = 0,6 g : 10 ml

A2          : Spirulina platensis : etanol      = 6% = 0,6 g : 10 ml

A3          : Spirulina platensis : metanol   = 6% = 0,6 g : 10 ml

Ekstraksi maserasi bertujuan melarutkan pigmen fikosianin yang dimiliki Spirulina platensis dalam pelarut yang digunakan. Kami mempunyai hopotesa bahwa pelarut yang berbeda akan menghasilkan kualitas pigmen yang berbeda pula.  Hasil ekstrak akan diuji menggunakan suhu 80 oC selama 60 menit kemudian dikarakterisasi berdasarkan parameter yang menggambarkan kualitas pigmen.  

Riset yang kami lakukan menggunakan metode experimental dengan parameter yang menggambarkan kualitas pigmen terdiri dari kosentarsi, kemurnian, rendemen dan kemurnian relative.

Ekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan extrak yang berkualitas sehingga Ketika mendapatkan perlakuan suhu 80oC extrak masih menunjukkan konsentrasi fikosianin tertinggi dimana berbanding lurus dengan kemurnian yang dihasilkan. Parameter rendemen dan kemurnian setelah medapatkan perlakuan suhu juga mengkonfirmasi bahwa extrak yang dihasilkan menggunakan pelarut etanol juga menunjukkan kestabilan paling baik terhadap paparan suhu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pelarut yang dapat menghasilkan ekstrak fikosianin dengan stabilitas termal terbaik pada Spirulina platensis yaitu proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol.

Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan uji stabilitas termal menggunakan metode spray drying, dan mengaplikasikan ekstrak Spirulina platensis baik dalam bidang pangan maupun non pangan.

Penulis : Annur Ahadi Abdillah

Artikel lengkap dapat diakses pada tautan berikut ini:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012050

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).