Jaringan Produksi di Kawasan ASEAN Plus Six. Peluang atau Ancaman?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi jaringan produksi di kawasan ASEAN. (Sumber: Okezone)

Mitra ASEAN (negara-negara di Kawasan Asia Tenggara) mengalami liberalisasi pasar yang substansial dalam dua dekade terakhir, disertai dengan integrasi regional yang mendalam. ASEAN mencapai penghapusan tarif dalam skala besar-besaran dan hambatan-hambatan non-tarif. Selain itu, ASEAN telah terlibat dalam program fasilitasi perdagangan dan beberapa inisiatif lainnya. Namun demikian, sementara perdagangan Intra-ASEAN berkembang dengan cepat, pola-pola perdagangan secara struktural tetap serupa dengan level 2000. Pada saat yang sama, perdagangan ASEAN lebih diuntungkan dari penjualan ke negara-negara di luar kawasan ASEAN.

Karakteristik rantai nilai global adalah fragmentasi yang tinggi dengan banyak industri di seluruh negara yang berpartisipasi dalam proses produksi, dengan menambahkan beberapa nilai barang, bukan dengan memproduksi barang sepenuhnya (production sharing). Dalam 20 tahun terakhir,  anggota ASEAN berpartisipasi lebih aktif dalam rantai nilai global, dan mengubah ASEANuntuk  menjadi wilayah dengan pangsa perdagangan terbesar di bawah struktur pembagian produksi (production sharing).

Namun, ASEAN memiliki ketergantungan besar terhadap input asing, terutama dari Asia Timur. Baik ekspor maupun impor barang setengah jadi bersifat regional, menunjukkan bahwa ASEAN telah menjadi sebuah Kawasan yang lebih regional dan kurang berorientasi secara global, meskipun secara nilai, ASEAN telah meningkatkan ekspor globalnya.

Is the ASEAN Plus Six a Good Deal or a Threat?

Studi ini menganalisis dampak perluasan kawasan basis produksi tunggal ASEAN ke ruang lingkup ASEAN Plus Six yang lebih luas (Cina, Korea Selatan, Jepang, India, Australia, dan Zeeland Baru) di bawah optik struktur pembagian produksi. Studi ini menggunakan dataset input-output global yang mencakup 29 negara dan 35 sektor. Studi ini mengevaluasi perubahan dalam pola Spesialisasi Vertikal di kawasan ASEAN Plus Six, dan menganalisis perubahan peran yang dimainkan oleh ASEAN ketika wilayah tersebut menguat terhubung dengan mitra Asia yang lain.

Mitra Asia Timur dan Selatan (India) adalah pendorong kuat perdagangan dan pertumbuhan di kawasan Asia. Studi ini melalui pendekatan jaringan produksi mengungkapkan pentingnya struktur ini dalam ekspansi perdagangan yang cepat di kawasan ASEAN. Hasil menemukan sebuah integrasi regional yang lebih kuat dan penurunan hubungan global dengan Amerika Utara dan kawasan Eropa.

ASEAN menumbuhkan arus perdagangannya di Asia Timur, mempertahankan tingkat integrasi vertikal Intra-ASEAN, dan mengalami kehilangan pasar di Eropa dan Amerika Utara (NAFTA). Perubahan terbesar dalam pola perdagangan vertikal untuk ASEAN muncul ketika ia meningkatkan partisipasinya dengan bergabung dengan GVC. Proyek produksi tunggal kawasan ASEAN tampaknya tidak menjadi mesin ASEAN untuk menjadi sebuah Kawasan yang lebih terintegrasi, atau setidaknya tidak mengubah pola integrasi regional.

Dinamika dalam pertumbuhan ASEAN muncul karena ASEAN lebih terhubung dengan seluruh jaringan Asia, yang berarti cakupan integrasi yang lebih besar dapat membantu kawasan ini untuk memperluas lebih banyak. Asia Timur dan India mengubah pola perdagangan mereka ke arah pangsa ekspor barang jadi yang lebih besar daripada produk setengah jadi. Perubahan pola Asia Timur dan India membuka peluang bagi ASEAN untuk melengkapi mereka dengan memasok suku cadang dan komponen (IPC), dan mengalihkan produksi IPC di kawasan ASEAN.

Integrasi lebih lanjut dengan ASEAN Plus Six juga merupakan tantangan bagi ASEAN, terutama di empat hal. 1) Asia Timur tidak bergantung pada input asing untuk produksi ekspor (bukan mesin pertumbuhan untuk produk-produk ASEAN). 2) Barang-barang ASEAN yang menggunakan Asia Timur sebagai saluran untuk mengirim produk ke negara-negara lain di Dunia tidak sebera besar. 3) Anggota Plus-Six memiliki kemampuan produktif, inovasi teknis, dan jaringan global yang lebih besar daripada ASEAN, yang akan meningkatkan penyelesaian di sektor teknologi tinggi. 4) ASEAN memiliki neraca perdagangan negatif dengan semua rekan dagang ketika mempertimbangkan perdagangan dengan konsep Nilai tambah.

Penulis: Miguel Angel Esquivias Padilla

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://jssidoi.org/jesi/article/355

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).