Implementasi Pemeriksaan Esofagoskopi Transnasal di Rumah Sakit Rujukan Tersier

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dokter THT memeriksa pasien. (Sumber: Halodoc)

Esofagus merupakan organ saluran pencernaan bagian atas, berupa sebuah tabung dengan otot-otot yang berfungsi menghantarkan bolus makanan yang masuk melalui mulut menuju ke lambung. Esofagus berperan dalam proses menelan yang dimulai sejak fase oral dan faring. Gangguan proses menelan pada fase esofagus dapat ditandai dengan keluhan sulit menelan, rasa terbakar pada dada serta munculnya keluhan lebih lanjut. Upaya deteksi dini kelainan pada esofagus memerlukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat lumen esofagus. Jika ditemukan kelainan maka dapat dilakukan tindakan lanjutan yang sesuai.

Pemeriksaan endoskopi pada esofagus disebut esofagoskopi. Esofagoskopi adalah standar baku pemeriksaan untuk mengevaluasi, diagnosis, skrining dan surveilan penyakit esofagus. Esofagoskopi yang biasa dikerjakan di bidang THT-KL adalah esofagoskopi kaku/rigid yang memerlukan sedasi. Prosedur dengan menggunakan sedasi memiliki kelebihan serta kekurangannya.

Sebuah terobosan teknologi, esofagoskopi dapat dilakukan tanpa sedasi yaitu esofagoskopi transnasal. Esofagoskopi transnasal kaliber kecil tanpa sedasi memberikan efisiensi dan penilaian endoskopi secara akurat dari esofagus, dengan resiko yang lebih rendah dibandingkan prosedur yang disertai sedasi dan dapat digunakan sebagai metode untuk skrining penyakit esofagus pada pusat kesehatan.

Esofagoskopi transnasal mampu mendeteksi kelainan pada esofagus serta dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk keganasan kepala dan leher berdasarkan American Society for Endoskopi Gastrointestinal (ASGE). Peran esofagoskopi transnasal sangat tinggi untuk memeriksa saluran aerodigestif tanpa risiko penggunaan anestesi umum dan diklaim The American broncho oesophagology association memiliki keuntungan yang sama dengan panendoskopi di ruang operasi.

Pasien dengan keluhan disfagi, heart burn, maupun riwayat keganasan pada kepala dan leher yang memerlukan skirining metastasis pada eosofagus memiliki indikasi pemeriksaan esofagoskopi transnasal. Keluhan disfagi didapatkan sebagian besar pada rentang usia 51-70 tahun karena pada orang dengan usia lanjut terjadi proses penurunan kualitas dan efektivitas proses menelan karena terkait dengan defisit anatomi atau fisiologis di mulut, faring, laring, maupun esofagus.

Selain itu, keganasan kepala dan leher banyak ditemui pada pria dan rentang usia tersebut. Keluhan heart burn pada pasien GERD serta keluhan terkait relfuks laring faring juga menjadi salah satu indikasi pemeriksaan trasnasal esofagoskopi. (*)

Penulis : Rizka Fathoni Perdana

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat dari tulisan kami di:

https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/18455/10015

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).