Jalan Panjang Mereduksi Konsumsi Botol Plastik Masyarakat : Pelajaran dari Kampus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Limbah botol plastik. (Sumber: Liputan6)

Salah satu masalah yang belum terpecahkan di Indonesia hingga saat ini adalah terkait masalah limbah plastik. Data terbaru dari Kementrian Lingkungan Hidup (2019) menunjukkan bahwa per tahun masyarakat Indonesia menghasilkan 187,2 juta ton sampah plastik. Salah satu problem utama mengapa masalah ini terus terjadi dikaranakan kurangnya awarness masyarakat terkait bahaya sampah plastik bagi lingkungan.  Hal ini sejalan dengan data yang disampaikan oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam satu tahun telah mencapai 10,95 juta keping limbah kantong plastik. Jumlah tersebut setara dengan 65,7 hektar lahan kosong jika dibuat dalam bentuk lahan.

Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya sampah plastik yang masih kurang tentu saja menjadi penghambat untuk mengurangi hal tersebut Kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat. Realisasi pencegahan bahaya sampah plastik yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah sederhana, misalnya, penggantian kemasan plastik dengan bahan yang lebih ramah lingkungan, misalnya penggunaan botol tumbler untuk air minum agar mengurangi limbah botol plastik.

Terkait hal tersebut, kami mencoba melakukan penelitia case study pada lingkup mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Dipilihnya mahasiswa FST tersebut dikarenakan mereka mempunyai pengetahuan yang lebih terkait dengan bahaya limbah plastik dibandingkan dengan masyarakat awam. Namun apakah pengetahuan tersebut dapat berubah menjadi habit mereka untuk mengurangi penggunaan limbah plastik pada kehidupan sehari-hari mereka. Terutama terkait dengan penggunaan limbah plastik pada botol minuman.

Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa 58% mahasiswa FST masih sering membeli minuman kemasan plastik dibandingkan menggunakan “tumbler” untuk memenuhi kebutuhan minuman mereka. Rata-rata mahasiswa membeli sekitar 1 -2 minuman dalam kemasan plastik per hari. Padahal mereka sudah mengetahui bahwa plastik tersebut berbahaya bagi lingkungan. Selain itu yang menarik dari hasil penelitian kami menunjukkan bahwa sebenarnya 90% mahasiswa sudah menunjukkan keinginan untuk mengurangi konsumsi botol plastik. Namun keinginan tersebut masih belum menunjukkan tindakan nyata berupa pengurangan konsumsi botol plastik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada level mahasiswa FST yang memiliki pengetahuan lebih tentang bahaya botol plastik bagi lingkungan saja belum bisa memperaktekkan dalam kehidupan nyata. Mahasiswa masih enggan untuk melakukan upaya nyata untuk mengurangi limbah botol plastik, yang ditunjukkan melalui banyak botol plastik yang dibeli oleh siswa. Apa kita berharap pada masyarakat awam untuk secara sukarela mengurangi plastik tentu saja akan jauh lebih berat.

Untuk itu, gerakan pendidikan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh botol plastik dan pentingnya mengurangi penggunaan botol plastik masih perlu ditingkatkan bagi siswa untuk meminimalkan dampak botol plastik pada kesehatan dan lingkungan. Serta penerapan pajak lingkungan untuk botol plastik harus segera ditingkatkan. Kenapa? Karena dengan instrumen pajak, kita bisa menciptakan instrumen negatif bagi masyarakat dan mereka secara sukarela akan mengurangi konsumsi plastik mereka. (*)

Penulis: Gigih Prihantono

Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link berikut ini:

https://www.ijicc.net/images/vol10iss12/101228_Jariyah_2020_E_R.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).