Ekstrak Kulit Batang Cempedak Tingkatkan Respon Imun Mencit yang Terinfeksi Parasit Plasmodium Berghei

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan di dunia. Sampai saat ini upaya untuk mengeliminasi malaria terhambat karena timbulnya resistensi parasit terhadap obat malaria yang digunakan saat ini. Oleh karena itu, obat alternatif malaria yang aman dan efektif sangat diperlukan. Bahan alam, khususnya tanaman telah terbukti dapat menjadi sumber penemuan obat baru. Beberapa obat malaria yang digunakan saat diperoleh dari tanaman seperti artemisinin yang diisolasi dari Artemisia annua, klorokuin dan quinine dari Chinchona sp atau dikenal dengan nama kina.

Indonesia memiliki biodiversitas yang potensial untuk dieksplorasi sebagai kandidat obat baru. Salah satu tanaman yang telah digunakan secara tradisional sebagai obat malaria adalah kulit batang Artocarpus champeden atau yang dikenal dengan nama daerah cempedak. Ekstrak etanol dari kulit batang Artocarpus champeden (ACEE) telah terbukti berkhasiat sebagai antimalaria. Bahkan beberapa senyawa murni yang aktif sebagai antimalaria telah berhasil diisolasi dari kulit batang cempedak tersebut. Saat ini telah dikembangkan produk ACEE dalam bentuk sediaan kapsul sebagai obat antimalaria.

Efek antimalaria dari formula ACEE dalam bentuk sediaan kapsul telah dibuktikan pada hewan coba mencit yang diinfeksi parasit malaria. Sekaligus pada penelitian ini dilaporkan juga bagaimana efeknya terhadap respon imun host dalam hal ini mencit yang diinfeksi parasitemalaria. Pada penelitian ini, kami mengamati produksi sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi yaitu T-helper 1 (Interferon-γ/IFN-γ dan Tumor Necrosis Factor-α/TNF-α) dan T-helper 2 (Interleukin-10/IL-10) dari hewan coba mencit yang terinfeksi parasit Plasmodium berghei dan diberikan formula  ACEE secara oral. Selain itu, kami juga mengamati keamanan penggunaan formula ACEE terhadap fungsi liver hewan coba.

Pada penelitian ini digunakan hewan coba mencit jenis Balb/c yang diinfeksi parasit P. berghei galur ANKA. Parasit P.berghei adalah parasit malaria yang menginfeksi hewan rodent khususnya mencit. Parasit ini mempunyai sifat yang mirip dengan P. falciparum yang banyak menginfeksi manusia sehingga P. berghei sering digunakan sebagai model penelitian antimalaria secara in vivo pada hewan coba mencit.  Formula ACEE diberikan secara oral dengan dosis  20, 50, dan 100 mg/kg BB mencit, dua kali sehari selama lima hari, pada mencit yang sebelumnya sudah diinfeksi parasit. Kemudian setiap hari dilakukan pengamatan jumlah parasit dalam darah mencit, selama tujuh hari berturut-turut melalui hapusan darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa. Pengamatan hapusan darah tipis ini dilakukan di bawah mikroskop. Dilakukan juga selama 14 hari pengamatan untuk mengetahui kemampuan bertahan hidup dari mencit.  Pengamatan keamanan pada fungsi liver mencit dilakukan  melalui pengukuran Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). Sedangkan pengukuran produksi sitokin T-helper 1 (IFN-γ, TNF-α) dan
T-helper 2 (IL-10) dilakukan dengan metode The Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa formula ACEE dapat menghambat pertumbuhan parasit dengan aktivitas paling tinggi pada dosis 100 mg/kg BB mencit. Terjadi penurunan jumlah parasit dan peningkatan daya hidup mencit setelah pemberian formula ACEE bila dibandingkan dengan mencit tanpa perlakuan. Kadar SGOT dan SGPT berada pada rentang normal dan tidak berbeda bermakna antara mencit kontrol yang tidak diberi obat dengan mencit yang diberi formula ACEE (P > 0.05). Walaupun tidak memberikan efek pada produksi IL-10,  Mencit yang diberi formula ACEE menunjukkan peningkatan produksi IFN-γ dan TNF-α. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ACEE dapat meningkatkan produksi IFN-γ dan TNF-α sehingga berpengaruh pada penurunan jumlah parasit dalam darah mencit. Sesuai dengan penelitian terdahulu yang  telah melaporkan bahwa TNF-α mengalami peningkatan dalam waktu 24 jam setelah adanya infeksi parasit. Peningkatan TNF-α akan menghambat multiplikasi parasit dan meningkatkan proteksi imunitas terhadap plasmodium. Selain itu, IFN-γ akan mengaktifkan makrofag pada saat host terinfeksi parasit sebagai respon untuk mengeliminasi parasit. 

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian formula ACEE  secara oral pada mencit terinfeksi P.berghei efektif menghambat pertumbuhan parasit dan memperpanjang daya hidup mencit. Formula ini tidak mempengaruhi fungsi liver mencit berdasarkan hasil pengamatan kadar SGOT dan SGPT yang berada pada rentang normal. Aktivitas antimalaria dari formula ACEE dapat dijelaskan diantaranya melalui mekanisme kerjanya pada respon imun dengan meningkatkan produksi sitokin pro-inflamasi IFN-γ dan TNF-α. Sehingga dengan demikian, formula ekstrak kulit batang cempedak (ACEE) ini dapat menjadi salah satu obat komplementer-alternatif untuk mengatasi permasalahan penyakit malaria yang terjadi saat ini.

Penulis: Dr. Aty Widyawaruyanti, M.Si., Apt.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.hindawi.com/journals/ecam/2020/4678634/

Aty Widyawaruyanti, Nirtanti Harwiningtyas, Lidya Tumewu, Achmad Fuad Hafid, Soetjipto. Effect of formulated Artocarpus champeden extract on parasite growth and immune response of Plasmodium berghei-infected mice. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, Volume 2020, Article ID 4678634, 7 pages. https://doi.org/10.1155/2020/4678634

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).