Potensi Tanaman Mahoni sebagai Antidiabetes

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh titiknol.co.id

Terapi modern untuk insulin Non-dependent Diabetes Melitus (NIDDM) melibatkan pengobatan yang berjenjang. Dimulai dengan modifikasi diet sebelum berlanjut ke antidiabetik oral dan kemudian insulin. Penggunaan terapi yang sudah ada seperti Sulfonilurea dan Biguanid dibatasi oleh sifat farmakokinetiknya, tingkat kegagalan sekunder dan efek samping yang mengiringinya cukup signifikan seperti efek merugikan pada sumsum tulang belakang. Berdasarkan penelitian di Inggris, penderita DM baik pria maupun wanita yang mengkonsumsi obat oral antidiabetes (OAD) dari golongan yang berbeda memiliki resiko infark miokard dan gagal jantung kongestif. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, pasien DM lansia yang menggunakan OAD lebih beresiko mengalami gagal jantung kongestif.

Sumber daya alam khususnya tanaman obat asal Indonesia memberikan alternatif pengobatan yang lebih efisien dan lebih aman dalam mengatasi atau mengobati penyakit diabetes dibandingkan dengan obat anti diabetes oral . Tanaman tidak hanya memiliki efek hipoglikemik, tetapi juga mencegah komplikasinya; di mana sampai saat ini   belum ada obat sintetis antidiabetes yang memiliki kedua sifat tersebut. Dari beberapa tanaman obat antidiabetes yang ada di Indonesia , salah satu tanaman yang potensial adalah biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) telah digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia dan India, meskipun paling populer tanaman mahoni digunakan sebagai bahan  kayu .

Metode penelitian ini dilakukan review sistematik dengan pendekatan kemotaksonomi untuk meninjau kandungan  fitokimia dan antidiabetiknya  serta sifat-sifat mahoni ( Swietenia mahagoni (L.) Jacq) dari bagian biji ,  kulit batang dan  daun. Tinjauan sistematis kualitatif  dilakukan dengan menganalisis jurnal yang diindeks dan peer review dari Swietenia dan Swietenia spp dari Scopus,PubMed, Medline, Google Cendekia, dan Research Gate. Kriteria pemilihan data sesuai dengan data botani, fitokimia, in vitro, in vivo, dan uji klinis dari subjek terkait. Kata kunci yang digunakan untuk pencarian di database adalah tanaman Swietenia, Swietenia mahagony, diabetes, dan diabetes.

Hasil penelitian menunjukkan tanaman mahoni  (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) ekstrak telah menunjukkan secara in vitro, in vivo dan uji klinis terbatas antidiabetiknya properti. Ekstrak etanol, metanol,  air, petroleum eter,  n-heksana dari biji , kulit kayu atau daun mahoni  memiliki aktivitas antidiabetes sebanding dengan obat sintetis serta bagian yang digunakan juga diketahui  relatif tidak toksik, sehingga aman untuk digunakan dalam pengobatan. Mekanisme penurunan kadar gula diduga  melalui pengurangan kadar glukosa darah, memulihkan hati dan sel β-sel fungsi dengan cara menghalangi fungsi epinefrin, menghambat α-amilase dan β-glukosidase, antioksidan dan antihiperlipidemia. Senyawa  aktif dari tanaman mahoni terdiri dari fenolat  yaitu flavonoid : swietemacrophyllanin, katekin , epichatekin,  dan tanin, triterpenoid, dan tetranortriterpenoid  terdiri dari limonoid: mahonin, secomahoganin, swietmanins, swiemahogins, swietenine dan swietenolide, saponin dan alkaloid yang dikenal sebagai senyawa bioaktif antidiabetes. Kesimpulan dari review pustaka tanaman mahoni adalah mahoni sangat  berpotensi digunakan dan dikembangkan sebagai untuk obat  antidiabetes. Untuk implemantasinya sebagai antidiabetes lebih lanjut, pengembangan formulasi dan uji klinis yang lebih luas , serta penentuan biomarker senyawa aktif diperlukan menjamin mutu, efikasi dan toskisitas sediaan obat herbal yang di produksi.

Penulis : Sukardiman , Martha Ervina 

Informasi yang lebih rinci dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di  The recent use of Swietenia mahagoni (L.) Jacq. as antidiabetes type 2 phytomedicine: A systematic review, berikut kami sertakan link rujukannya : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7068623/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).