Pengaruh Anti-Helicobacter Pylori pada Galur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh drugs topics

Helicobacter pylori merupakan bakteri pathogen gram negatif yang hidup di perut manusia sekaligus sebagai penyebab utama penyakit pencernaan, seperti tukak lambung dan gastritis kronis, serta berperan pada sebagian besar kasus kanker lambung di seluruh dunia. Secara umum, distribusi geografis infeksi H. pylori terkait dengan status ekonomi. Tingkat infeksi menurun seiring dengan tingkat perkembangan ekonomi yang semakin tinggi. Hubungan ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup mempengaruhi keberadaan bakteri.

Prevalensi infeksi oleh H. pylori di Indonesia termasuk rendah, namun memiliki tingkat infeksi yang sangat bervariasi. Prevalensi etnis Jawa (2,4%), sementara orang Papua (42,9%), Batak (20%), dan Bugis (36,7%). Oleh sebab itu, penyembuhan infeksi yang diakibatkan oleh H. pylori membutuhkan perhatian serius dalam beberapa etnis di Indonesia. Terapi eradikasi untuk infeksi H. pylori menggunakan terapi kombinasi, seperti terapi menggunakan clarithromycin atau levofloxacin-triple dengan terapi quadraple sebagai rute kedua. Namun, penelitian di beberapa negara melaporkan bahwa prevalensi resistensi H. pylori dengan terapi metronidazole adalah 85%, sedangkan clarithromycin dan levofloxacin dilaporkan melewati ambang batas 15%, membuat keberhasilan yang diharapkan turun ke tingkat yang tidak mencukupi, di sejumlah besar negara wilayah dalam ruang lingkup WHO. Masalah resistensi juga terjadi di beberapa negara Asia yang mencapai tingkat hingga 67%. Resistensi antibakteri menjadi tantangan untuk menemukan agen antibakteri alternatif untuk meningkatkan proses penyembuhan. Indonesia merupakan bagian dari negara di Asia Tenggara yang memiliki total populasi 260 juta nyawa pada tahun 2017 dengan berbagai etnis yang menjadikan Indonesia sebagai negara terpadat keempat di dunia. Sayangnya, tingkat resistensi terhadap beberapa pengobatan antibiotik cukup tinggi. Khusus untuk pengobatan H. pylori, beberapa antibiotik di resimen nasional tidak mencapai standar consensus Maastricht. Misal, tingkat resistensi clarithromycin dan metronidazole menunjukkan resistensi lebih dari 15% dan 40% dengan masing-masing 46,8% dan 21,4%. Oleh karena itu, perlu untuk menemukan zat alami sebagai terapi adjuvant untuk H. pylori, terutama dalam kasus strain resisten clarithromycin dan metronidazole. Propolis merupakan salah satu produk pengobatan tradisional yang cukup terkenal di Indonesia dengan berbagai manfaat dalam kesehatan, termasuk efek antibakteri terhadap beberapa bakteri. Propolis merupakan suatu campuran resin alami yang diproduksi oleh lebah madu dari air liur, lilin lebah, dan zat yang dikumpulkan dari bagian tanaman, seperti kuncup dan eksudat. Secara umum, propolis memiliki kandungan resin (50%), lilin (30%), minyak atsiri (10%), serbuk sari (5%), dan senyawa organik lainnya (5%).

Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa ekstrak propolis dan provinsi Sulawesi, Indonesia memiliki aktivitas anti-tukak terbaik bila dibandingkan dengan ekstrak propolis dari Banten dan Sumatera Utara, Indonesia. Kandungan flavonoid dan fenol yang tinggi dalam propolis diduga memiliki peran yang besar pada aktivitas anti-ulkus. Meskipun ekstrak propolis diketahui memiliki efek antimikroba terhadap beberapa bakteri termasuk bakteri gram negatif, namun efeknya terhadap infeksi H. pylori masih belum diketahui.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dari Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Institute of Tropical Disease, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan penelitiannya pada salah satu jurnal internasional, yaitu Systematic Review Pharmacy, yang berfokus untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh antibakteri dari propolis terhadap H. pylori pada turunan clarithromycin dan metronidazole.Persiapan ekstrak propolis mentah dari lebah spesiesTrigona diperoleh dari Sulawesi Selatan, sedangkan kultur H. pylori diperoleh dari pasien dyspepsia melalui pemeriksaan endoskopi di enam kota di lima pula terbesar Indonesia.

Salah satu kesimpulanpenting yang dapat diambil berdasarkan laporan kasus ini, yaitu ekstrak propolis menunjukkan hasil yang menarik dari efek zat aditif terhadap H. pylori dengan menggunakan clarithromycin dan metronidazole. Fakta bahwa propolis memiliki penghambatan urease dan penghambatan HpPDF (Helicobacter pylori peptide deformylase), mungkin merupakan hasil dari efek aditif dengan resimen anti H. pylori. Fungsi potensial propolis didukung oleh sifat bakterisidal dan efek aditif propolis, bahkan pada strain yang resisten (dengan MIC ringan).

Kesimpulan hasil penelitian ini, yaitu ekstrak etanol propolis berpengaruh terhadap H. pylori pada turunan clarithromycin dan metronidazole yang diamati pada penghambatan pertumbuhan setelah peningkatan konsentrasi menjadi 50 mg/mL (p <0,001) dengan penghambatan rata-rata 0,71 mm untuk konsentrasi 10 mg/mL dan 7,95 mm untuk konsentrasi 100 μg/mL. Peningkatan konsentrasi lebih lanjut hingga 100 μg/mL juga secara signifikan meningkatkan penghambatan dengan penghambatan rata-rata 8,89 mm (p<0,001).

Penulis : Muhammad Miftahussurur  dan Neneng Ratnasari

Informasi yang lebih rinci dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di Systematic Review Pharmacy, berikut kami sertakan link rujukannya,https://www.sysrevpharm.org/fulltext/196-1584710516.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).