Seleksi Induk Kandidat Ikan Nila Hibrida

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ikan nila. (Sumber: Dictio Community)

Ikan nila adalah salah satu komoditas unggulan untuk budidaya air tawar di Indonesia. Produksi ikan nila nasional pada tahun 2010 mencapai 464.191 ton dan meningkat menjadi 999.695 ton pada tahun 2014. Data dari FAO menunjukkan bahwa produksi nila Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia. Oleh karena itu, penyediaan pasokan benih yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas penting untuk dilakukan.

Untuk mendapatkan benih yang unggul, perbaikan kualitas genetik ikan dapat dilakukan melalui selective breeding yang merupakan salah satu program pemuliaan benih. Aktivitas yang sudah dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah mendatangkan beberapa jenis varietas unggul hasil pemuliaan dari luar negeri. Selain itu, kegiatan pembibitan ikan nila di Indonesia juga memanfaatkan variasi yang ada dalam negeri dengan cara memperkenalkan beberapa varietas nila.

Selective breeding

Upaya peningkatan kualitas induk nila yang akan diterapkan dalam kegiatan budidaya dapat dilakukan dengan selective breeding, yaitu dengan menggunakan induk berkualitas tinggi. Benih terlebih dahulu akan disimpan sampai menjadi induk melalui seleksi genetik. Seleksi genetik adalah program pemuliaan yang bertujuan untuk meningkatkan susunan genetik ikan induk yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan benih yang unggul dan produktif.

Selective breeding hanya menggunakan persilangan ikan induk yang memiliki karakteristik terbaik dalam populasi. Misalnya, Nila Larasati (Red Tilapia Strain Janti) yang telah diproduksi di PBIAT Janti dengan mengacu pada program pemuliaan antara induk Kunti strain GIFT (GG) betina dan strain Pandu Singapore (SS) jantan.

Ikan Nila Larasati sangat populer karena dapat tumbuh cepat, memiliki daging yang tebal, dan tahan terhadap perubahan lingkungan juga serangan bakteri Streptococcus agalactiae. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan menganalisis teknik pemuliaan selective breeding untuk Pandu dan Nila Kunti di PBIAT Janti, Klaten, Jawa Tengah.

Sampel yang digunakan adalah induk Pandu dan Kunti nila (125 pasang). Ukuran rata-rata ikan jantan sebesar 40 cm dengan berat 1000 g sedangkan betina berukuran 30 cm dengan berat 300-400 g. Pemuliaan pada penelitian ini menggunakan metode tradisional (tanpa penambahan senyawa kimia) dengan perbandingan 1: 1. Metode kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini mendeskripsikan fakta secara sistematis, faktual, dan valid tentang efek dan karakteristik populasi atau area tertentu.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pembenihan ikan nila di PBIAT Janti dilakukan dengan menggunakan metode seleksi individual. Seleksi individu didasarkan pada keragaman fenotipe yang berbeda. Seleksi ini bertujuan untuk menghasilkan individu yang memiliki fenotipe terbaik. Metode ini menggunakan kombinasi strain induk ikan nila dan diulang sebanyak lima kali.

Ikan nila yang digunakan ada dua jenis, yaitu Kunti strain Gift (GG) betina dan strain Pandu Singapore (SS) jantan. Pemuliaan selektif dilakukan secara horizontal, yaitu mengawinkan ikan betina yang siap untuk memijah dari strain yang sama dari garis keturunan yang sama dengan rasio jantan dan betina 1: 1, sehingga tidak ada perkawinan silang yang diharapkan. Ikan pemijahan pada waktu yang berdekatan dan larva yang dihasilkan dari masing-masing pemijahan ditempatkan di kolam pembenihan yang sama, sehingga membutuhkan banyak jaring karena larva ditempatkan sesuai dengan pemijahan nila dan waktu penetasan larva.

Calon induk yang telah dipilih berdasarkan seleksi alam sehingga mereka telah beradaptasi dengan lingkungan di PBIAT Janti dan dikawinkan secara alami untuk menghasilkan larva. Jumlah larva nila yang dihasilkan antara 400-1250 ikan dari sepasang induk. Larva yang dihasilkan kemudian dipelihara sampai mereka menjadi bibit dengan panjang 3-5 cm. Benih dari pemeliharaan dipanen dan kemudian dipilih menggunakan proses penilaian dengan bantuan alat yang disebut bak penilaian. Bibit yang tidak lulus penilaian memiliki pertumbuhan yang lambat, sehingga dipelihara lagi di kolam pembibitan II yang terdiri dari 125-500 ikan, sementara yang lainnya dipindahkan untuk dijual.

Setelah pembibitan II, benih dipanen untuk proses pemeringkatan lagi untuk mendapatkan 50% populasi terbaik berdasarkan pertumbuhan optimal dan seragam, bentuk tubuh yang baik, dan warna cerah. Calon induk yang diperoleh melalui pembesaran sampai hari ini diambil dari 10-30 ekor ikan jantan dan 20-40 ekor ikan betina untuk kegiatan seleksi individu selanjutnya. Setiap ikan dengan kriteria terbaik untuk ketahanan terhadap penyakit, warna paling cerah, tidak pucat, dan pertumbuhan optimal diambil 10-20 ikan jantan dan betina untuk penandaan.

Sebagai kontrol, diambil 100 ekor ikan jantan dan 200 ekor ikan betina. Dua ikan terbaik dan kontrol dikawinkan secara masif setelah matang gonad. Pemilihan induk gonad dewasa dilakukan satu per satu dengan mengamati keadaan lambung dan urogenital. Induk betina ditebar menjadi hapa pemijahan dan dibiarkan selama 5-7 hari sampai kondisinya stabil (tanpa stres).

Keberhasilan pemuliaan selektif di PBIAT Janti dipengaruhi oleh kualitas air yang baik. Pemantauan kualitas air memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan di samping faktor pakan. Selain kualitas air, pakan juga dibutuhkan untuk menghasilkan seleksi induk yang baik. Ada dua jenis pakan di kolam pembibitan larva di Loka PBIAT Janti, yaitu pakan alami dan buatan. (*)

Penulis: Syifania Hanifah Samara

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012006/pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).