Stigma Internal pada Orang dengan Gangguan Jiwa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh ayo jakarta

Stigma atau penilaian negatif dialami oleh pasien gangguan jiwa di Indonesia. Penilaiaan negatif itu terjadi akibat adanya cara pandang seseorang terhadap suatu kelompok yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan lingkungan sekitar, seperti orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Penyebab stigma adalah kurangnya informasi yang diketahui oleh masyarakat tentang gangguan jiwa. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penilaian negatif ternyata tidak hanya berasal dari lingkungan, namun ODGJ juga mengalami penilaian negatif terhadap diri sendiri, atau dikenal dengan stigma internal. ODGJ menilai dirinya sendiri berbeda dan negatif sebagai bentuk konsekuensi psikologis penilaian negatif dari lingkungan.

Beberapa ODGJ menyampaikan bahwa “tidak ada orang yang mau mendekat dengan saya, karena saya memiliki perilaku yang aneh dan suka berbicara sendiri”. ODGJ menilai dirinya sendiri sebagai respon dari perlakuan masyarakat disekitarnya. Data penelitian menunjukkan bahwa ODGJ yang cenderung memiliki stigma internal yang tinggi adalah ODGJ yang masih berusia muda, tidak memiliki pekerjaan dan masih menunjukkan gejala gangguan jiwa seperti sering mondar-mandir, sering berbicara sendiri dan sering berperilaku agresif. Kesadaran ODGJ terkait kondisi yang dialami menyebabkan perasaan malu yang berkembang menjadi harga diri rendah yang menahun, yang tentunya akan berdampak buruk bagi proses pemulihan kesehatan mental. 

Internal stigma yang terjadi pada ODGJ juga mempengaruhi kondisi emosional keluarga. Keluarga juga menampakkan perasaan malu memiliki anggota keluarga dengan kondisi ODGJ yang berpengaruh terhadap dukungan keluarga yang kurang pada ODGJ. Dilain sisi ODGJ di Indonesia secara umum hampir seluruhnya tinggal bersama keluarga. Ketika keluarga tidak memberikan dukungan yang cukup pada ODGJ, maka akan menurunkan partisipasi keluarga dalam merawat dan berdampak pada kurang maksimalnya kualitas hidup ODGJ. Keluarga dan ODGJ membutuhkan bantuan tenaga profesional untuk mengatasi stigma yang dialami.

Tenaga kesehatan, terutama perawat jiwa dapat berkontribusi dalam membantu ODGJ dan keluarga untuk menurunkan stigma internal yang alami. Perawat dapat memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan tentang gangguan jiwa meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala dan cara merawat ODGJ di rumah dan di masyarakat. ODGJ dan keluarga juga membutuhkan dukungan dari perawat dan tenaga kesehatan untuk dapat menceritakan perasaan yang dialami melalui psikoedukasi keluarga, sehingga dapat dibantu untuk memilih dan melatih koping (cara menghadapi masalah) yang lebih positif, menurunkan stigma internal dan dapat melanjutkan kehidupan dengan kualitas yang lebih baik.

Penulis: Rizki Fitryasari

Terkait publikasi penelitian di atas sebagai berikut: https://www.researchgate.net/publication/340452609_Factors_associated_with_internalized_stigma_for_Indonesian_individuals_diagnosed_with_schizophrenia_in_a_community_setting_Running_title_Internalized_stigma_in_schizophrenia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).