Ubah Keterpurukan Jadi Pemicu Pribadi Lebih Baik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Herman Bagus Dwicahyo Wisudawan Terbaik S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat. (Ilustrasi: Feri Fenoria Rifai)

“Hormatilah dan muliakanlah guru, agar ilmu yang kita peroleh menjadi barokah dan bermanfaat”

UNAIR NEWS – Wisuda periode Maret 2020 menjadi salah satu momen paling bahagia bagi Herman Bagus Dwicahyo. Mahasiswa yang akrab disapa Herman itu berhasil memperoleh gelar Wisudawan Terbaik Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. Herman berhasil menorehkan IPK nyaris sempurna yaitu 3,87.

Saat ini, Herman aktif bekerja di Direktorat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Lingkungan UNAIR. Selain bekerja, Herman juga aktif di organisasi. Saat menempuh S1, dia aktif mengikuti organisasi intra kampus seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

“Sedangkan saat S-2, saya aktif di organisasi luar kampus, yaitu Komunitas Sosial Kemasyarakatan,” ucapnya.

Dia berhasil merampungkan tugas akhirnya dengan judul “Hubungan Antara Paparan Toluena dengan Kadar Eritrosit, LDL dan MDA, Serta Keluhan Gangguan Saraf pada Pekerja Bengkel Pengecatan Mobil di Surabaya”. Pemilihan judul tersebut bukanlah tanpa sebab. Herman mengaku ingin mendalami ilmu baru mengenai Toksikologi Industri.

“Sejak S1, saya memang berfokus pada industri informal, karena dalam industri informal terkadang banyak kesehatan dan keselamatan para pekerja yang kurang mendapat perhatian,” tuturnya.

Selama menempuh pendidikan magister di UNAIR, Herman ada cukup banyak hambatan yang ia lalui. Pertama, terkait cara membagi waktu antara kuliah dan bekerja.

Yang paling berat, menurutnya, adalah kondisi keluarga saat menempuh pendidikan magister. Ketika masih di pertengahan jalan, Herman harus merawat ayahnya yang jatuh sakit. Dia sering bolak-balik rumah di kampung hingga setelah ayahnya meninggal dunia.

“Sepeninggal ayah saya, saya juga harus memikirkan ibu saya yang tinggal seorang diri di rumah di kampung halaman, sehingga pikiran terpecah antara kuliah-kerja-keluarga,” ungkapnya.

Menurutnya, ada dua pilihan yang bisa dilakukan ketika berada dalam fase terburuk. Pertama, menjadikan kondisi terburuk sebagai pemicu untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Atau sebaliknya, kondisi terburuk itu akan membuat semakin terpuruk jika menyerah dan hanyut dalam kesedihan.

“Jangan menyerah, manfaatkanlah waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak bisa diulang kembali,” ujarnya. (*)

Penulis: Sandi Prabowo

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).