Cegah Penyakit Jantung, Jika Tidak Sekarang Kapan Lagi?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi sakit jantung. (Sumber: Alodokter)

UNAIR NEWS – Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia setidaknya 15 dari 1000 orang atau sekitar 2,8 juta manusia menderita penyakit jantung.

Bukan hanya usia tua, tetapi usia muda bahkan remaja juga bisa terkena penyakit jantung. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) dari Departemen Epidemiologi juga menyebutkan bahwa generasi muda rentan mengalami penyakit tersebut.

Hal itu dikarenakan oleh pola hidup para generasi milenial yang tidak sehat. Seperti merokok, minum alkohol, rendahnya konsumsi makanan bergizi terutama sayur dan buah, serta rendahnya aktifitas fisik. Oleh sebab itu, Santi membagikan beberapa tips bagi masyarakat untuk menjaga jantungnya mulai sejak dini.

Medical Check Up

Rutin melakukan pemeriksaan merupakan solusi pertama yang Santi sebutkan. Menurutnya, untuk usia muda, lebih baik mulai dari usia 18 tahun atau mahasiswa setidaknya pernah melakukan pemeriksaan. Lima tahun sekali sudah menjadi waktu yang baik bagi mereka yang normal. Namun jika dirasa tidak normal, maka harus segera memeriksakan kepada dokter.

“Mahasiswa itu setidaknya ya pernah periksa, berapa tekanan darahnya, gula darahnya, dan kolesterolnya. Agar mereka itu bisa lebih aware,” ujarnya.

Mulai dari usia 40 tahun ke atas, sebaiknya masyarakat lebih aware dengan melakukan pemeriksaan. Jika seseorang tidak ada riwayat hipertensi, diabet, dan stroke, cek tersebut dapat dilakukan dua tahun sekali. Namun jika seseorang memiliki riwayat penyakit kronis, maka sebaiknya cek dilakukan minimal sebanyak satu kali dalam setahun.

Santi juga menambahkan, bahwa seseorang yang kurus belum tentu memiliki Body Mask Indeks (BMI) yang normal. Karena sekarang ini, banyak ditemui kasus bahwa mereka yang kurus kadar kolesterolnya pun juga tinggi. Seningga semua orang harus tetap berhati-hati.

Mengenali Faktor Risiko dan Gejala

Faktor risiko dalam hal ini dibagi menjadi dua, yakni faktor risiko perilaku dan metabolik. Faktor risiko metabolik berupa tekanan darah, gula darah, kolesterol darah, dan obesitas. Sedangkan faktor perilaku seperti kurangnya aktivitas tubuh atau olahraga, merokok, dan seringnya mendapat paparan asap rokok, minuman keras atau alkohol, serta pola makan tinggi kolesterol dan lemak.

Beberapa faktor risiko tersebut harus diperhatikan. Seperti faktor perilaku yang tidak sehat harus dihindari dan diganti dengan perilaku-perilaku yang sehat (Healthy Life Style).

“Seperti halnya olahraga itu harus rutin dilaksanakan. Sebetulnya olahraga itu harus kita lakukan sebagai bagian dari hidup,” ungkapnya.

Gejala-gejala sederhana penyakit sebaiknya harus dikenali dengan baik. Meskipun terkadang gejala tidak khas, maka jangan takut memperiksakan diri sebagai upaya pencegahan dan penanganan. Seperti hipertensi tandanya pusing; stroke tandanya kelemahan dari anggota tubuh dan perot; serta diabetes tandanya sering lapar, haus, dan kesemutan.

Membiasakan Rutin Olahraga

Olahraga sebagai bentuk aktivitas fisik harus rutin dilakukan. Olahraga ringan seperti jalan kaki menjadi pilihan sederhana yang dapat dilakukan oleh semua orang.

Sebaiknya, olahraga dilakukan minimal selama 30 menit dan sebanyak tiga kali dalam seminggu. Atau bisa juga sebanyak dua kali dalam seminggu dengan proporsi waktu selama satu jam. Bahkan lebih mudah, dilakukan 15 menit setiap hari.

Bisa juga ditambah dengan memakai jam atau memanfaatkan smartphone untuk menghitung stepnya per hari. 10.000 langkah per hari merupakan jumlah ideal langkah yang disarankan untuk mendapatkan aktivitas fisik yang cukup.

“Hidup sehat mulai dari sekarang. Karena mahasiswa itu agent of change. Agent of change buat dirinya sendiri atau buat lingkungan sekitarnya. Karena pendidikan berhasil jika pengetahuannya diamalkan,” tuturnya.

Kendati demikan, olahraga yang cukup bukan berarti memaksakan seseorang untuk melakukan aktivitas yang berlebihan. Olahraga juga harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh, karna sejatinya otot juga memerlukan waktu untuk istirahat. Pemilihan jenis olahraga menjadi penting, terkait dengan usia dan kondisi kesehatan. (*)

Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah

Editor : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).