Ada Keluarga Punya Riwayat Jantung Koroner? Simak Cara Jaga Kondisinya Tetap Stabil

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

“Bagi penderita riwayat PJK hindari olahraga yang kompetitif, ada beberapa pilihan olahraga seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang…

UNAIR NEWS – Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2TPM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahwaPenyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyumbatan atau penyempitan yang terjadi pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah. Ketika seseorang memiliki riwayat PJK risiko yang bisa terjadi adalah terkena serangan jantung.

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tahun 70 persen kematian di dunia pada tahun 2015 disebabkan penyakit tidak menular. Yaitu, sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta kematian. Dari seluruh kematian akibat penyakit tidak menular, sebanyak 45 persen disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah yang berarti sejumlah 17,7 juta dari 39,5 juta kematian.

Salah satu cara untuk mendeteksi adanya riwayat penyakit jantung koroner atau tidak adalah dengan melakukan pengecekan kesehatan tahunan secara berkala. Minimal melakukan pemeriksaan setiap 6 bulan sekali.

Ns. Hafna Ilmy Muhalla, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. M. B.dosen D3 Keperawatan Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan apabila terdapat anggota keluarga yang menderita PJK, ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar penyakit yang diderita agar tubuh tetap dalam keadaan stabil. Pertama, atur asupan makan.

Seseorang dengan riwayat PJK dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan omega 3 seperti ikan laut. Makanan yang mengandung protein dan omega 3 akan mengurangi risiko penyakit jantung. Konsumsi sayur, buah, gandum, serta kacang – kacangan, karena kacang – kacangan mengandung zat yang mampu melawan penyakit jantung.

Pilihlah lemak yang tepat dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh, tetapi diperbolehkan untuk mengonsumsi lemak tak jenuh seperti minyak zaitun atau minyak kacang. Lemak jenuh tidak bisa melarutkan vitamin A,D,E,K sehingga akan menyebabkan aterosklerosis dan pembuntuan pembuluh darah. Selain itu mengurangi kadar garam juga menjadi salah satu cara mengatur asupan makanan bagi penderita PJK.

“Atur asupan makanan seperti konsumsi lebih banyak makanan yang mengandung protein dan omega 3. Konsumsi sayur, buah gandum, dan kacang-kacangan. Pilihlah lemak yang tepat, kurangi lemak jenuh <7%. Boleh konsumsi lemak tak jenuh tunggal atau ganda seperti minyak zaitun, minyak kacang. Kurangi kadar garam dalam makanan”, ucapnya.

Hafna mengungkap, seseorang yang memiliki riwayat PJK juga lebih baik menghindari untuk mengkonsumsi kopi karena kopi mengandung kafein yang akan menstrimulasi sistem saraf pusat sehingga akan menyebabkan jantung berdebar. Ketika hal itu terjadi maka ritme atau irama jantung akan berubah lebih cepat

Kedua, pilihlah olahraga yang sesuai. Meskipun seseorang mempunyai riwayat PJK akan tetapi ia tetap harus melakukan olahraga untuk menjaga kesehatannya. Dengan catatan, seseorang dengan riwayat PJK harus menghindari olahraga yang kompetitif.

Olahraga yang kompetitif dapat menyebabkan kinerja jantung semakin meningkat, hal tersebut juga akan menyebabkan perubahan irama dan kerja jantung. Ada beberapa pilihan olahraga yang bisa dilakukan seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, hingga berenang. Frekuensi yang dianjurkan sebanyak 3–5 kali seminggu disesuaikan dengan kemampuan setiap orang, olahraga bisa dilakukan selama 30 menit saja. Lakukanlah olahraga dengan santai dan menyenangkan.

“Bagi penderita riwayat PJK hindari olahraga yang kompetitif, ada beberapa pilihan olahraga seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang. Dengan frekuensi 3-5 kali seminggu disesuaikan dengan kemampuan, olahraga dapat dilakukan selama 30 menit saja. Lalu, lakukanlah olahraga dengan santai dan menyenangkan,” paparnya.

Ketiga, monitor pengobatan. Keluarga harus memonitor pengobatan yang diberikan oleh dokter dengan tujuan agar ketidakefektifan terapi tidak terjadi. Ketidakefektifan terapi dapat mengakibatkan seseorang dengan riwayat PJK mengalami kondisi yang lebih buruk seperti tekanan darah tidak stabil hingga terjadi serangan jantung.

Keempat, berhenti merokok. Keluarga yang memiliki salah seorang anggota dengan riwayat PJK harus mengedukasinya untuk berhenti merokok. Rokok dapat merusak dinding pembuluh darah, sehingga pendistribusian oksigen dan nutrisi menjadi terganggu. Merokok juga dapat menyebabkan kekentalan darah meningkat sehingga dapat mengakibatkan pembekuan atau menyumbat pembuluh darah. Hal tersebut dapat memicu terjadinya serangan jantung.

“Seseorang dengan riwayat PJK harus berhenti merokok. Rokok itu merusak dinding pembuluh darah, akibatnya distribusi oksigen dan nutrisi terganggu. Merokok juga menyebabkan kekentalan darah semakin meningkat sehingga beku atau menyumbat pembuluh darah sehingga mudah terjadi serangan jantung”, jelasnya.

Kelima, mengontrol tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan jantung lebih berat bekerja karena tekanan pembuluh darah dan tekanan jantung menjadi semakin tinggi. Tekanan darah bisa terkontrol dengan melakukan diet rendah garam, rendah lemak, menghindari obesitas, serta mengatur stress.

Keenam, mengontrol kolesterol. Ketujuh, mengontrol gula darah. Kandungan gula yang berlebihan dalam darah akan menyebabkan kerusakan dinding endotel pembuluh darah. Apabila tidak terkontrol maka akan menyebabkan komplikasi penyakit jantung dan stroke.

Lalu, Kedelapan, ungkap Hafna, mengontrol tingkat stres. Stres menjadi salah satu penyebab terjadinya serangan jantung karena hormone kortisol meningkat sehingga akan meningkatkan kerja jantung. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengontrol tingkat stress yaitu dengan menciptakan suasana di dalam rumah yang kondusif, bahagia, saling memberi dukungan antar anggota keluarga, tidak saling menyalahkan, dorong agar mereka tetap percaya diri dan tidak bosan untuk minum obat.

“Stres menjadi salah satu penyebab serangan jantung karena hormone kortisol meningkat sehingga meningkatkan kerja jantung,” pungkasnya. (*)

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).