Mahasiswa Difabel FISIP UNAIR Serukan Self-Empowerment Kepada Sesama Penyandang Difabel

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pada Kamis (27/02/2020), Kementrian Sosial Masyarakat BEM FISIP UNAIR menyelenggarakan acara Seminar OneDay Care yang bertajuk Etika Bergaul dengan Difabel di Aula Soetandyo Lt. 3 Gedung C FISIP UNAIR. Seminar itu bertujuan untuk mengenal para penyandang disabilitas tunanetra dan tunarungu.

Mengundang Alfian Andhika, seorang mahasiswa tunanetra Prodi Antropologi UNAIR sebagai narasumber mengatakan bahwa Indonesia saat ini telah lebih sensitif terhadap kaum difabel dengan telah diubahnya istilah kata penderita cacat menjadi penyandang cacat dan diubah kembali menjadi menjadi penyandang disabilitas menurut UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Alfian, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa tantangan untuk penyandang disabilitas saat ini adalah bagaimana mereka mensosialisasikan dirinya untuk membaur dan diterima dalam masyarakat umum. Menurutnya, apabila penyandang disabilitas tidak membangun suatu pendekatan inklusi kepada masyarakat umum, maka sampai kapanpun penyandang disabilitas akan diberikan eksklusifitas oleh masyarakat umum tersebut.

“Maksud saya adalah, kebanyakan orang itu kurang tahu bagaimana berinteraksi dengan kita. Jadi akhirnya mereka cenderung memilih untuk diam dengan alasan takut menyinggung kita. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah menghancurkan rasa takut itu dengan berinteraksi duluan agar mereka itu tahu bahwa kita ini sama seperti mereka hanya memiliki kebutuhan yang berbeda,” ujar mahasiswa angkatan 2016 itu.

Ketika ditanya apakah ia pernah mendapatkan diskriminasi ketika kuliah di FISIP UNAIR, Alfian  menjawab dengan penuh syukur bahwa ia tidak pernah mengalaminya. Selama menjalani masa studinya, Alfian seringkali pindah-pindah tempat duduk di kelas agar kenal dengan banyak teman.

“Saya merasa ilmu SKSD itu sangat diperlukan agar kita mendapat banyak teman. Karena saking seringnya saya pindah tempat duduk, teman-teman saya itu langsung membacakan apa yang dosen tulis di papan. Jadi itu sangat membantu sekali,” jelasnya.

Terkait dengan bagaimana Alfian menjalani kehidupan sehari-hari dan akademiknya, ia menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan dan mengaktifkan fitur yang dapat mempermudah ia melakukan koneksi dengan HP-nya.

“Untuk cara saya belajar, saya install suatu aplikasi di laptop agar dapat membacakan buku perkuliahan yang dalam bentuk e-book,” tambahnya.

Terakhir, ia berpesan bahwa penyandang disabilitas dapat menjadi mandiri dan berguna dalam masyarakat bila ia bisa percaya diri dan selalu berdoa kepada Tuhan. Alfian menambahkan bahwa caranya ia mendapatkan kepercayaan diri adalah menimba pengalaman dimanapun lokasinya dan keluar dari zona nyaman.

“Kalo saya sih, pokok wani sek. Saya kalau mau kemana-mana, ikut ini itu, saya hanya berdoa kepada Tuhan agar diberi keselamatan. Support orangtua juga sangat membantu,” tutupnya.

Penulis : Pradnya Wicaksana

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).