UNAIR Jamin Kuota Bidikmisi Tetap Ada Dan Tidak Berkurang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Airlangga Education Expo Universitas Airlangga (AEE UNAIR) 2020 hari kedua berlangsung sangat meriah. Direktur Kemahasiswaan (Dirmawa) UNAIR, Dr. M. Hadi Subhan, SH, CN hadir langsung mengisi Talk Show mengenai beasiswa dan bidikmisi yang ada di UNAIR. Ribuan pelajar SMA nampak sangat antusias mengikuti acara tersebut pada Sabtu (22/2/2020).

Bertempat di Airlangga Convention Center (ACC) UNAIR, Hadi menuturkan bahwa sebagai kampus yang menampung puluhan ribu mahasiswa, UNAIR menyediakan beragam beasiswa. Ada dua jenis bantuan pendidikan yang ada di UNAIR yaitu bantuan berbasis Bidikmisi dan Beasiswa.

Menurutnya, secara keseluruhan tercatat sekitar 7000 mahasiswa UNAIR yang mendapatkan beasiswa lebih dari 50 lembaga yang bekerja sama dengan UNAIR. Jumlah tersebut hampir menyentuh angka 30 persen dari total mahasiswa UNAIR.

“Jadi, jangan khawatir nanti kalau lulus di UNAIR namun tidak kuat membayar SPP. Pasti ada jalan,” tegasnya.

Hadi menjelaskan bahwa bidikmisi merupakan bantuan pendidikan yang tidak termasuk ke dalam jenis beasiswa. Bidikmisi tidak diseleksi berdasarkan prestasi, namun diseleksi berdasarkan kondisi ekonomi calon mahasiswa baru (camaba).

“Bidikmisi sendiri diberikan kepada mereka (camba, red) yang memiliki keterbatasan ekonomi. Sedangkan beasiswa lebih difokuskan kepada mahasiswa yang memiliki prestasi di kampus,” jelasnya.

Di UNAIR sendiri, bidikmisi kemungkinan besar akan selalu ada karena berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap tahun UNAIR kekurangan kuota untuk penerima bidikmisi. Dari 1050 kuota mahasiswa bidikmisi yang ada, hanya 800-an mahasiswa yang mendapatkan bidikmisi, jadi ada 250 slot kuota kosong.

“Bidikmisi di UNAIR sangat terbuka lebar, tiga tahun terakhir, kuota (Bidikmisi di UNAIR) tidak terpenuhi. Jadi kadang sampai nyari nyari mahasiswa,” tuturnya.

Adapun kualifikasi untuk penerima bidikmisi antara lain, penghasilan orang tua yang rendah. Untuk penghasilan keluarga, lanjutnya, apabila dibagi dengan jumlah tanggungan keluarga tidak boleh sampai Rp. 700,000.

“Seperti misalnya buruh tani, kuli dan lain-lain. Untuk PNS golongan III dan IV, tidak bisa mendaftar Bidikmisi. Sedangkan untuk PNS golongan I dan II masih dipertimbangkan untuk mendapatkan bantuan bidikmisi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hadi menjelaskan prosedur yang harus ditempuh untuk mendapatkan bidikmisi. Pertama, camaba harus mendaftar bidikmisi terlebih dahulu, yang saat ini berganti nama menjadi KIP Kuliah.

“Jika saat ini belum memiliki KIP, masih ada kesempatan mendaftar KIP Kuliah hingga akhir Maret tahun ini,” tuturnya.

Beasiswa selanjutnya yang dijelaskan oleh Hadi ialah beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik). PPA tersebut kuotanya besar sekali, ada sekitar 1500 kuota untuk mahasiswa. “Syaratnya yang utama adalah nilai minimum IP (Indeks Prestasi) 3,00. Jadi harus kuliah dulu,” tambahnya.

Hadi berharap mahasiswa bisa lebih aktif, apalagi sekarang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sedang mencanangkan istilah “Merdeka Belajar”. Artinya, belajar tidak hanya di ruang kelas, namun juga bisa di luar kelas bahkan di luar kampus.

Hadi menyarankan kepada mahasiswa yang nantinya diterima di UNAIR, untuk tidak terlalu mengkhawatirkan masalah UKT. Untuk mahasiswa yang diterima melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN, ada 6 jenjang UKT. Jika mahasiswa bisa membuktikan bahwa dia benar-benar berasal dari keluarga kurang mampu, maka mahasiswa tersebut bisa mengajukan keringanan UKT.

“Jadi tidak perlu khawatir, meskipun nanti luput dari bidikmisi namun bisa membuktikan diri benar-benar tidak mampu, pasti bisa kena UKT rendah,” tutupnya. (*)

Penulis:  Sandi Prabowo

Editor:  Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).