UNAIR NEWS – Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok, salah seorang mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR), berhasil membawa pulang gelar juara I Islamic Science Writing Competition 2020 di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI). Perlombaan itu merupakan serangkaian acara dari Islamic Science Day 2020.
Wahyu berhasil mengalahkan pesaing dari beberapa universitas di Indonesia seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Islam Indonesia (UII), dan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) pada Sabtu dan Minggu (15-16/02/2020).
“Finalisnya diambil 5 tim terbaik untuk diundang presentasi setelah melewati seleksi paper,” ungkapnya.
Paper yang Wahyu lombakan terinspirasi dari salah satu ayat di dalam Al Qur’an surah An-Naml ayat 88. Ayat tersebut membahas tentang pergerakan gunung sebagai petunjuk pergerakan lempeng tektonik. “Kami mencoba mengembangkan ide untuk menyelesaikan masalah menggunakan sains teknologi yang berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an,” lanjutnya.
Berdasar telaah pada salah satu ayat pada Al Qur’an tersebut, Wahyu menawarkan alternatif solusi untuk mendeteksi gempa bumi menggunakan sensor fiber optik. Rangkaian sensor pada aplikasi yang ia buat menggunakan prinsip Interferometer Michelson. Di mana terdapat instrumen deteksi dan instrumen pembacaan melalui aplikasi EQUWAS.
“Untuk memudahkan pembacaan deteksi dan awareness gempa, kami merancang user interface namanya EQUWAS (Earthquake Warning System)” jelasnya.
Wahyu juga membagikan beberapa tips dalam menghadapi para juri dalam presentasi dalam lombanya. Dalam sebuah presentasi yang baik, pastikan kita paham, menikmati, dan percaya diri dalam penyampaianya.
”Jangan lupa terus berlatih, apa pun bahasanya,” jelasnya.
Dalam sebuah presentasi, Wahyu mengungkapkan bahwa setiap orang pasti pernah mengalami demam panggung. Ia berpesan untuk berdamai dalam 1 menit pertama di setiap membawakan sebuah presentasi. Selain harus menguasai materi dengan baik, slide presentasi yang menarik diperlukan dalam sebuah presentasi.
“Mainkan ritme dan tempo ucapan, selain itu artikulasi juga harus jelas,” ungkapnya.
Dari beberapa lomba yang telah ia ikuti, menurutnya sesi tanya jawab merupakan sesi yang paling menantang. Ketika di sesi tersebut salah satu kuncinya adalah tetap fokus. Selain itu, jangan sampai meminta pengulangan dalam sebuah pertanyaannya.
“Kalau misal ketemu sama juri yang ngebantai dan ngececar, tetap tenang, selesaikan satu persatu. Juri yang tipikal seperti itu biasanya sangat tertarik dengan paper kita, makanya benar-benar memastikan kebenaran ilmiahnya” pungkasnya. (*)
Penulis : Fahmi Royani
Editor: Feri Fenoria