UNAIR NEWS – Badan Kesehatan Dunia PBB World Health Organization (WHO) mendeklarasikan keadaan darurat internasional terkait virus corona. Virus yang juga disebut dengan 2019-nCov kini telah menyebar di 25 negara dari Malaysia hingga Filipina statusnya sudah terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona bahkan virus tersebut menyebabkan ratusan korban jiwa yang ada di Cina.
Dengan adanya ini, muncullah keraguan dari masyarakat Internasional akan tidak adanya masyarakat di Indonesia yang terkonfirmasi inveksi virus corona. Hal itu justru menjadi pertanyaan apakah benar Indonesia belum ada atau Indonesia belum mampu mendeteksinya.
Menanggapi penyebaran virus tersebut, UNAIR bekerja sama dengan Kobe University berhasil mendapatkan reagen untuk memeriksa dan mendeteksi virus corona jenis baru dengan kode Novel 201 Coronavirus yang berasal dari Wuhan. Reagennya yaitu premier spesifik yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi seseorang yang suspect atau confirm virus corona Wuhan.
“Ini merupakan berita baik untuk meyakinkan masyarakat luas akan status positif dan negatifnya virus corona di Indonesia. Jangan sampai di media tidak ada tapi di lapangan sebenarnya ada,” ungkap Rektor UNAIR, Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., M.T., Ak., CMA.
Dalam hal ini, sambung Prof Nasih, masyarakat dapat memanfaatkan Lembaga Penyakit Tropis yang ada di UNAIR untuk mengidentifikasi keberadaan virus tersebut. Dalam mengidentifikasinya pun hanya memerlukan waktu yang tidak cukup lama dan akurasi pendeteksiannya pun hingga 99 persen.
“Jika ada yang suspect virus corona bawa saja ke unair, melalui sampel dahak yang dikeluarkan kami akan mendeteksi dan hasilnya akan keluar dalam beberapa jam saja,” tandasnya.
Saat ini, di Indonesia hanya ada dua lembaga yang memiliki reagen dalam mendeteksi virus tersebut yakni UNAIR dan Balitbang Kementerian Kesehatan. Tentu hal ini tidak terlepas dari kerja sama berbagai pihak seperti RSUA, RSUD dr. Soetomo, LPT dan beberapa pakar lainnya yang dikepalai oleh Prof. Soetjipto dr., M.S., Ph.D.
“Dengan identifikasi tersebut diharapkan bisa menghasilkan riset yang benar-benar bisa mengatasi virus tersebut dan virus itu benar-benar tidak ada di Indonesia,” tambahnya.
Prof Nasih juga mengimbau agar masyarakat tidak terlalu panik dalam menyikapi virus tersebut. UNAIR akan membuka peluang kerja sama seluas-luasnya jika ada universitas atau rumah sakit yang memiliki pasien yang masih dalam status suspect atau confirm untuk bisa dibawa ke UNAIR melalui proses identifikasi atau deteksi virus corona.
“Artinya UNAIR sudah siap dari proses identifikasi awal hingga tahap penyembuhan,” tutupnya.
Penulis : Khefti Al Mawalia